4

22 4 0
                                    

Kanza saat ini ia tengah berada didalam mobil Nauval. Sejak insiden Nauval menarik tangan-nya dengan kasar, Nauval langsung membawa Kanza pergi dari tempat tersebut. Kanza hanya terdiam sekarang, yang Kanza pikirkan bagaimana nasib Haykal yang ia tinggalkan begitu saja?

"Opal kita balik ke cafe aja yuk, pal."

Nauval hanya melirik sekilas, lalu menatap Kanza sinis. Kanza berdecak "ayolah opal, gue gak enak sama Haykal? Tadi gue berangkat bareng dia."

Nauval langsung menepikan mobil-nya. Mata Nauval sukses melotot, Ia menatap Kanza "lo bareng Haykal?"

Kanza mengangguk.

"Ck! Bilang napahh! Lo malah diem aja."

"Gimana mau bilang? Orang lo narik gue kayak kesetanan gitu."

Nauval mengacak rambutnya. "Tau gitu gue tinggalin aja lo disitu. Biar balik sama si Keriting."

"Emang kak Haykal keriting ya? Perasaan enggak deh."

"Berisik! Terserah gue lah mau bilang dia keriting kek, buncit kek, botak kek. Ga ada urusannya sama lu."

"Bisa gak sih gausah marah-marah mulu. Tuh udah banyak kerutan di muka lu. Kan gak lucu, masih SMA udah keriput." Kanza melirik Nauval dengan tatapan mengejek.

Satu jitakkan melayang di kepala Kanza.

"Sakit bego!" pekik Kanza.

"Gue harus cuci mobil gue deh kayaknya. Udah ternodai gara-gara di dudukin sama lo."

"Lagian gue ga minta tumpangan ya Nauval Prahardi!"

"Gue harus bawa lo pergi jauh Kanza Machira! Sebelum lu bikin rusuh dan bikin malu gue disitu." Kanza mengerucutkan bibir-nya. "Bibir lu gausah monyong-monyong dah! Ga ada kesan imut sama sekali." ledek Nauval.

Kanza tidak menghiraukan-nya. Ia masih memikirkan Haykal yang ia tinggalkan disana.

"Ck! Gue harus bilang apa besok ke Kak Haykal? Gatau malu banget gue udah ditraktir malah ninggalin gitu aja." Batin Kanza.

***

"Loh tumben nak Kanza ga berangkat pagi? Biasanya udah stand by di kursi itu." sapa pak Aryo sambil menunjuk ke arah kursi yang biasa Kanza duduki setiap pagi.

"Kesiangan pak Aryo hehe." Kanza menampilkan deretan gigi putih-nya. "Duluan pak!"

Pak Aryo hanya membalas dengan senyuman ramah.

Kanza berjalan dengan lesu. Ia semalaman tidak tidur karena tugas sekolah yang menumpuk, bahkan saat ia duduk di angkutan umum sesekali ia menguap bahkan tertidur, sampai sekolahnya hampir saja terlewat jika seorang ibu-ibu yang baik hati tidak membangunkan-nya.

"Aduhhhh" pekik seorang perempuan. "Eh maaf bu- eh salah maksudnya mba-- eh bukan kamu aduh maaf. Gue gak konsen." Kanza memijit pelipisnya dan sesekali berusaha membuka mata-nya. Ia menabrak salah satu murid dis sekolahnya.

Perempuan itu menatap kanza sinis. "Lain kali hati-hati! Pake mata!"

Kanza berdecak. "Berisik amat sih lu! Baru juga gua tabrak bukan gua gibek! Mau lu gua gibek?"

Kali ini Kanza melotot marah. Perempuan itu pun berlalu sambil menahan takut. Kanza masih menatap perempuan itu dengan sinis. "Cari masalah sama gue tu orang!" gerutu Kanza pelan.

Ia kembali berjalan dan memasuki ruang kelas-nya. Saat kaki kanan Kanza melangkah memasuki ruang kelas-nya.

"Kanzaa!! Mana tugas gue!"

K A N Z ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang