3

56 6 1
                                    

Kanza tersenyum senang saat melihat batang hidung pak Aryo. "Nak Kanza maaf lama nunggu nih." sapa pak Aryo.

"Selow aja pak! Lagian saya juga baru dateng."

"Oh, yaudah nak silakan masuk" pak Aryo mempersilahkan Kanza bak seorang Putri kerajaan Inggris. "Walah pak Aryo, saya udah kaya ratu Inggris nih hahah."

Tawa Pak Aryo pecah. "Duluan pak!"

Dengan menyeret kain pel yang ada di genggaman-nya, Kanza menuju ruang Guru. Mengerjakan tugas-nya di Rabu pagi. Menjalankan hukuman dengan si Opal-nya. Mengepel dan membersihkan meja guru.

Senyum kanza merekah, terlihat Nauval tengah duduk membawa ember dan menghisap rokok-nya. "Opalll gue tau kok lo bakal bertanggung jawab kan? Sini embernya!" teriak Kanza sambil berlari bahagia menuju si Opal-nya.

Nauval yang melihat Kanza berlari membuatnya berdecih dasar gila! Gerutu-nya.

"Opal! Jangan ngerokok aja! Mentang-mentang sepi ngerokok se-enaknya!"

"Berisik!!! Udah ngepel sana."

Kanza berdecak, sebal.

Ia berjalan menuju toilet guru dan mulai mempersiapkan seperangkat alat ngepel.

Setelah selesai burkutat dengan air dan pembersih lantai, ia melihat Opal-nya masih duduk santai dengan rokoknya. Melihat itu, Kanza hanya menghembuskan nafas kasarnya.

"Opall ini udah di sap--"

"UDAH!!" teriak Nauval dari luar Ruang Guru. Membuat senyum Kanza merekah. Ishh opall rajin banget sih, dateng langsung nyapu Batin-nya.

"Ngapain lu senyum-senyum begitu?" Kanza terkejut didapati-nya Nauval kini sudah ada dihadapan-nya.

"Ha? Engg- enggak!"

"Gua gayakin kalo lo waras!"

"Sembarangan! Udah cepet beresin meja guru-nya!" perintah Kanza. "Kenapa lo jadi ngeboss?"

"Gue gak nge-Boss! Buktinya gue juga kerja nih, nihh!!!!" sahut Kanza sambil menunjukkan pel-an yang ada di tangan-nya.

Nauval yang melihat itu hanya membuang muka.

"Kenapa gue harus ketiban durian runtuh ya?" gerutu Nauval. Alis Kanza bertaut, "maksudnya?"

"Iyaa, kenapa gue harus ketiban durian runtuh. Nih kaya gini nih misalnya. Harus kena hukuman bareng lo!"

Senyum kanza merekah. Durian runtuh?

"Tapi sialnya lagi, dapet duriannya yang busuk!"  penekanan pada kata busuk sukses membuat bibir Kanza mengerucut.

"Gak lucu ya NAUVAL PRAHARDI!" teriak Kanza dan dibalas tatapan sinis dari Nauval.

Meskipun lo anggep gue kayak durian busuk yang runtuh. Gapapa kok opal ku sayang! Batin- Kanza.

"Gue pengen cepet-cepet lulus dari sini! Gak kuat berurusan sama makhluk kaya lo."

"Kalo lo tipe orang yang gasuka ditanya. Kali gue gasuka yang banyak omong! Ngerti?! Nikmatin aja pekerjaan yang ada." timpal kanza yang dibalas tatapan jengkel dari Nauval.

"Nikmati? Rokok yang biasa gue isep tadinya nikmat jadi pait gara-gara siapa? Elo! Dan ini pekerjaan jadi gabisa dinikmatin karena siapa? Ya elo!"

Kanza tak menghiraukan ocehan yang keluar dari mulut Nauval. Ia sudah biasa menanggapi perkataan kasar Nauval terhadap-nya.

Setelah semua ruangan telah rapi dan lantai-nya pun sudah bersih, Kanza bergegas merapihkan seperangkat alat ngepel-nya. Dan berlalu menuju kelas.

Nauval sudah sedari tadi meninggalkan Kanza. Di antara mereka berdua, hanya pekerjaan Nauval yang mudah, hanya menyapu dan membereskan yang berantakan. Kalo ga ada yang berantakan pertanda kerja-nya sudah selesai.

K A N Z ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang