"Kanz, gue nginep yaa disini? Boleh kan?" sahut Laurent. Kanza yang baru saja membuka pintu rumah-nya terkejut melihat kedatangan Laurent dengan penampilan menyedihkan."Boleh kok! Masuk, la. Lo kenapa?" Mata-nya berkaca-kaca seperti menyiratkan sesuatu, tak lama Laurent terisak. Kanza semakin bingung. "Oke tenang dulu, la. Gue bikinin minum ya? Bentar." Kanza berlari menuju dapur. Terdengar suara Laurent masih terus terisak. Laurent berjalan mengikuti langkah Kanza.
"Lo sendiri dirumah kanz?" suara parau Laurent menyadarkan Kanza. Laurent mendaratkan bokongnya di meja makan sambil memandangi Kanza yang tengah menyiapkan cangkir, teh dan gula lalu menuang air panas ke dalam cangkir. "Iya, la. Nyokap lagi pergi. Hari minggu baru balik." Laurent hanya ber 'oh' ria saja. "Nih udah jadi teh manis-nya." Kanza menaruh teh manis di hadapan Laurent.
"Thanks."
"Udah lebih tenang la? Bisa cerita?" Laurent mengangguk. "Nyokap gamau cerai."
"Dan hampir bunuh diri, untung ada tante gue disana. Bokap ga peduli dan tetep mau cerai. Nyokap nangis terus, kanz. Gue pusing dirumah! Bokap sekalinya pulang pasti bikin ribut.
"Dika gue telponin ga di angkat terus! Pacar apaan coba kaya gitu." gerutu Laurent. Kanza masih setia mendengarkan. "Gue gatau selanjutnya gue bakal jadi apa. Oiya, gimana perasaan lo kanz pas dulu ngerasain kaya gue?"
Kanza terdiam sejenak."Kok jadi gue sih, la?"
"Lo gapernah cerita kenapa nyokap lo pisah sama bokap lo. Lo cuman cerita mereka cerai dan ga pernah cerita apa penyebabnya."
Kanza tersenyum getir. "Perasaan-nya hancur la. Banget! Gue sampe gak percaya Ayah lakuin itu ke mam. Sampe sekarang masih gak nyangka."
"Kejadiannya gimana sih kanz?"
Flashback
Ponsel berdering, tanda pesan masuk. Wanita paruh baya pemilik ponsel tersebut langsung membuka pesan yang masuk. Keterkejutan di wajah-nya membuat Kanza bingung.
"Kenapa mam?"
Mam nya hanya menggeleng dan langsung mengambil kunci mobilnya. "Mam mau kemana? Kanza ditinggal sendirian gitu disini?"
"Mama sebentar doang kok sayang, ntar mama telpon Nauval buat jemut kamu kalo misalnya mama lama."
"Tapi mam-" belum sempat Kanza melanjutkan perkataan-nya Mam-nya sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan-nya. Kanza menghembuskan nafas kasar. "Ck! Mam nih kebiasaan." gerutunya dan kembali menyesap White Coffee di hadapan-nya.
30 menit Kanza menunggu kedatangan Mam-nya. Tapi tidak ada tanda-tanda Mam-nya akan kembali. Ia melirik arloji di pergelangan-nya, sudah menunjukkan pukul 6 sore. Langit sudah mulai menggelap.
"Mam!!! Kemana sihhh" rengek-nya. Sudah ia hubungi, namun ponsel Mama-nya sedang tidak aktif.
"Kanza!"
Si empu nama tersebut menoleh saat tau nama-nya dipanggil. "Opal! Nyokap gue ga jemput gue?"
Nauval menggeleng. "Dia tadi telpon gua suruh jemput lu. Nyusahin banget sih!"
Kanza berdecak dan membuang muka. "Bodoamat."
"Ayok pulang! Gc gue ada urusan."
"Ck! Iya iya bawel!"
Kanza membereskan tas-nya dan membayar bill makanan-nya.
Sepanjang perjalanan pulang Nauval hanya terdiam dan tidak ingin membuka suara. Jika ia membuka suara maka Kanza akan memperpanjang hingga tidak ada habisnya, membayangkan saja membuat kepala Nauval terasa berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
K A N Z A
Roman pour AdolescentsKanza seorang gadis biasa penyuka White Coffee di Pagi hari. Hobby membaca buku Novel remaja, bersifat ceria dan cenderung ceplas ceplos. Bertemu dengan Nauval Prahardi, si pendiam yang bicara seperlunya, ketus dan sangat membenci sosok Kanza. Mampu...