Milo 2

44 10 6
                                    


Fay berjalan lunglai memasuki kelasnya, mengarahkan kakinya menuju bangku paling pojok, melempar tasnya begitu saja lalu meletakan kepalanya di meja. Berniat untuk tidur, pertengkaran dengan papanya semalam membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak.

"Kalo bu Dani dateng, bangunin ya, sya." Katanya pada Tasya, teman sebangkunya. Tasya mengangguk mengerti lalu kembali fokus pada PR-nya. Hingga 5 menit sebelum bell Davin dan Alvan datang, mengeryitkan dahinya melihat Fay tertidur.

"Dia udah lama datengnya ?" Tanya Alvan pada Tasya, Tasya mendongakkan kepalanya.

"Lumayan, dateng dateng langsung tidur."

Alvan mengangguk lalu berjalan ke arah bangku seberang, bangkunya bersama Davin.

"Habis berantem kali, sama bokapnya." Alvan melirik Fay sekilas.

"Mungkin iya kali, vin. Ntar juga cerita sendiri. Eh, sya. Tuh anak bangunin dah ada bu Dani tuh." Sahut Alvan. Bagi ketiganya, ketika guru datang, lo mesti dalam keadaan sadar, pas pelajaran berlangsung, tidur aja sepuasnyaa.

Kali ini pelajaran matematika, pelajaran yang amat pake sangat di benci oleh Alvan. Sedari tadi ia menggerutu, dua temannya sudah terlelap, sebenarnya ia juga ingin, mengingat daya matanya tinggal 5 watt. Tapi omelan mamanya masih tergiang di pikirannya, hingga ia mau tak mau harus mendengarkan biarpun ia tidak paham.

"Nilai matematikamu itu dibawah standart. Belajarr yang bener, jangan cuma tidurr !!!"

Alvan hendak menyuara tapi mamanya lebih dulu bersuara.

"Apa ?? Mau bikin pembelaan ? Kalo Davin sama Fay, tidur tapi otaknya jalan. Lah kamu ?? Udah tidur, gak paham pulaa. Masya Allah, Mama tuh sampe malu kalo lagi kumpul sama bu Dani. Ditegur mulu."

Alvan hanya menghela nafas pasrah, ia salah ia tau itu, tapi kan kantuk tidak bisa di cegahnya.

"Minta ajarin Fay matematika sana !! Biar pinteran dikit ."

Alvan kembali menghela nafasnya, kali ini lebih panjaaang. Davin yang sudah tersadar menatapnya bingung.

"Kenapa lo ? Tumben gak tidurr."

"Habis kena omel emak, anjir banget, bu Dani mulutnya ember kalo gue hobi tidur. Nilai matemat gue kan ancur bangett " sungut Alvan.

"Terus ?"

"Nyokap pengen gue belajar matematika sama Fay, dia mau gak ya ?" Tanyanya.

"Kalo lo niat sih mau aja. Kalo lo gak niat sih dia ogahh." Alvan diam. Fay paling malas kalo ngajarin orang yang diajarin gak bisa bisa. Ntar dia kena omel lagi.

"Gimana kalo lo aja yang ngajarin ?" Tanyanya lagi, Davin melebarkan matanya.

"Ogah. Minta ajarin Aisha aja, tuh. Gak kalah pinter." Davin menunjuk Aisha dengan dagunya. Alvan nampak berfikir, lalu tersenyum lebar.

"Nah iya, ntar deh gue minta pas istirahat." Lalu matanya kembali fokus ke depan melihat bu Dani yang siap melayangkan teguran.

Bell istirahat berbunyi, Alvan segera melesat ke meja Aisha, Fay yang melihat itu menatap Davin bingung, tak biasanya Alvan mau mengobrol dengan teman-temannya yang berjenis kelamin perempuan.

"Nyokapnya ngomel nilai dia jeblok, tadinya mau minta ajarin lo, tapi gue tau lo pasti ogah. Jadi gue suruh minta bantuan si Aisha." Sahut Davin, lalu merangkul Fay dan menggiringnya ke kantin.

"Jadi, masalah apa lagi yang bikin lo berantem sama bokap lo ?" Tanya Davin saat mereka telah berad di koridor.

"Masalah yang sama. Udahlah gak usah dibahas lagi."

Miracle of Love~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang