"Libur telah tiba, libur telah tiba, aye ayee""Hatiku gembira, Fay. Bukan Aye aye"
"Ayee ayee, Alvaaaaannn. Tanya aja sama Sherena."sergah Fay.
"SHERINAA, WOY!"
"Loh, udah ganti ya?"
"DARI DULU NAMANYA SHERINA BUKAN SHERENA. YA ALLAH!" Teriak Davin dan Alvan. Fay menatap keduanya datar.
"Oh." Jawaban singkat, padat dan nylekit membuat keduanya mengelus dada. Kemudian Fay memerintahkan kakinya menuju kantin, UAS sudah berakhir, raport sudah ditangan, liburan menanti untuk di nikmati. Bayangan tidur seharian tanpa gangguan ada di benaknya, akhirnyaa masa yang dinanti nanti datang. Ia lalu memerintahkan Alvan untuk memesan bakso dan es jeruk untuknya, suasana kantin yang lenggang membuatnya bisa duduk di bagian mana saja. Hanya ada segelintir siswa yang masih bertahan, raport di SMA-nya memang diambil oleh siswa masing-masing, akan tetapi, pihak sekolah juga akan mengirim transkip nilai untuk orang tua siswa. Ia dan Davin memilih bangku yang menghadap lapangan, entahlah, tempat itu favorit bagi mereka bertiga. Hingga bunyi ponsel Fay, memecahkan keheningan diantara ia dan Davin.
"Assalamu'alaikum, Budhe." Sapanya pada sang penelepon.
"Waalaikum salam, nak. Bagaimana raportmu?" Tanya orang diseberang sana.
"Seperti biasa, budhe. Oiya, kenapa budhe menelepon?" Dalam hati Fay tersenyum, masih ada orang yang mempedulikannya.
"Kak Rika udah lahiran loh. Liburan ke jogja, ya?" Fay terdiam sesaat, harapannya tidur seharian berhari-hari lenyap, ia paling tidak bisa menolak keinginan kakak dari mamanya itu.
"Iya, nanti Fay ke jogja liburannya."
"Ada Rindu sama temennya juga nanti, jadi kamu ndak kesepian. Yaudah, wassalamu'alaikum."
"Waalaikum salam." Tepat saat Fay menutup telfonnya, Alvan datang membawa pesanan mereka.
"Lo jadi waiter aja, van. Cocok kok." Celutuk Davin, Fay mengangguk menyetujui.
"Sialan, gue tadi denger, lo mau ke jogjes?" Alvan menoleh ke arah Fay.
"Ho.oh, budhe yang minta, mau ikut?" Jawab Fay, sambil menyeruput es jeruk miliknya.
"Enggak, gue mau ke Kebumen, nenek gue sakit, sekalian liburan bareng sepupu, sih. Lo, vin ?" Yang ditanya mendongak lalu menggeleng.
"Devi ngajakin ke Bandung. Ke rumah Om Izal, tau deh, diimingi apaan, tuh bocah." Fay terkekeh mendengar itu, ia tau banget kalo Devi paling anti sama Om-nya yang satu itu, pasti ada udang di balik bakwan yang membuat bocah satu itu berkeinginan ke sana.
"Nah, lo cari pacar dah di Jogjes, Fay. Biar gak jones amat." Sahut Alvan di sela-sela menikmati makanannya.
"Ho.oh, biar ada yang ngingetin mandi, makan." Sambung Davin.
"Ada atau enggaknya yang ngingetin makan, mandi, belajar, gue bakal tetep lakuin itu, itu kan udah rutinitas, gak usah lebay lah mesti diingetin segala." Ucap Fay lalu kembali memasukan potongan bakso ke mulutnya lagi.
"Selama jomblo gak bikin gue mati sih, woles aja. Ya gak ?"
"Yoii, viin. Yang ada gebetan mah sombong." Fay melirik Alvan dengan tujuan menggoda cowok itu, tapi ya namanya Alvan, sok gak peka padahal tau banget kalo yang di maksut dia.
"Alah, sok gak peka. Padahal tau banget kalo itu buat dia, dasar cowok. Untung ganteng." Sindirr Fay lagi, kali ini Alvan langsung menoleh.
"Makasih, Fay sayang. Udah muji abang ganteng. Muahh!" Alvan mengedipkan sebelah matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love~
Teen FictionIni cerita tentang Fay. Iya Fay dengan dua teman lelakinya yang hoby bikin guru senewen, bikin gaduh di sekolah, tidur di kelas, jailin temen, bolos, semua berjalan baik baik saja sampai seorang cowok tengil menurutnya, merusak semua kebebasannya. F...