Sejuknya udara pagi dengan kilauan cahaya matahari yang mulai terbangun dari singgah sana tampak mulai menyinari seluruh daratan kerajaan Uchiha.
Sakura, sang pemimpin kerajaan Suna yang dibawa pergi oleh Sasuke dengan keadaan buruk kini mulai menampakan pergerakan dari jari-jari kedua tangannya.
Iris klorofil indah itu perlahan terbuka. Rasa pening tiba-tiba menyengat mendera kepalanya, pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan, nampak kosong dan menerawang. Wanita itu tidak—atau belum menyadari sesuatu yang menimpa dirinya.
Menghembuskan napas perlahan, ia memejamkan mata dan membukanya kembali. Menoleh, pandangannya menjelajah seisi kamar yang terasa asing baginya.
"Ini dimana?" gumamnya tampak bingung dengan tempat ia berada sekarang. Ruangan ini begitu besar dan terkesan mewah. Sakura sadar jika ia bukan di kamarnya, bukan pula di atas alas tidur sederhananya seperti biasa.
Suara derap langkah kaki mengusik indera pendengarannya. Saat pintu terbuka, Sakura kembali memejamkan mata berpura-pura tertidur kembali untuk memastikan apa yang terjadi kepadanya saat ini sebelum ia bertanya.
"Ino, kau sudah memberikan obat untuk luka-lukanya bukan?"
Suara itu...
Suara seorang laki-laki yang terdengar asing di telinga Sakura dan ia tidak mengenalnya.
"Ya. Dan bagaimana keadaannya, Sai?"
Ah, ternyata mereka sepasang pria dan wanita. Sakura bernapas lega mendengar pembicaraan mereka berdua. Mungkin mereka tabib baru di Suna. Pikirnya.
Saat ia akan membuka matanya untuk melihat orang-orang itu, ia terhenti ketika salah satu diantara mereka menyebut nama yang membuat tubuhnya membeku.
"Aku tidak mengerti Sai, sebenarnya apa tujuan Sasuke-sama membawanya ke sini?"
Sasuke... Sasuke... Sasuke...
Nama itu tidak asing lagi bagi Sakura. Lalu apa hubungannya mereka dengan Sasuke? Benarkah orang yang mereka berdua bicarakan adalah orang yang sama? Lantas, kenapa ia sekarang ada di tempat ini?
Seketika tubuh Sakura semakin menegang ketika ia menyadari dalam situasi apa sekarang ini, dan hal itu semakin membuat Sakura menutup matanya rapat-rapat untuk menahan gemetarnya.
"Kita tidak boleh mencampuri urusan Sasuke-sama." ujar sang lelaki.
Sakura mendengar langkah kaki mendekat, dapat Sakura rasakan jika seseorang memberikan obat yang terasa dingin dikulit pipinya. Rasanya benar-benar perih saat tangan itu menyentuh dan menekan luka dipipinya keras, tapi sebisa mungkin Sakura bertahan untuk tidak mengeluarkan suara.
"Kau benar," jeda sesaat. "Wanita ini cantik sekali, apakah ia..." Ino menggantungkan kalimatnya saat terdengar suara pintu bergeser dan kembali terbuka. Sunyi. Tak ada suara selain langkah kaki setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Sasuke
Fanfiction[17+] Mengandung unsur kekerasan. Kekacauan, kekerasan pengorbanan manusia hingga menyebabkan pertumpahan darah akan aku lakukan demi sebuah kekuasaan. Karena aku, sang raja penguasa dari segala raja. Namun hidupku berubah ketika aku menemukan sesua...