Kala di Senja itu

12 1 2
                                    


kadang, rindu menusuk tulang yang begitu kokoh

hanya dengan goretan nama yang terpampang tinggi diangkasa

bumi seakan menyuarakan panggilan itu untukku

aku yang goyah dan tak berdaya mengartikannya

mengapa bumi seakan meminta ku tuk memanggilmu kembali?


memanggil namamu adalah alasan runtuhnya benteng pertahananku

bahkan pijakan bumi yang kokoh menarikku dalam-dalam saat nama itu tak sengaja terucap

bumi bersekongkol denganmu untuk memperdalam tusukan didadaku saat mengingatmu

mengingat senja yang kita saksikan tersenyum diantara mata telanjang kita


bagaimana jika aku menginginkan kehangatan kulitmu kembali?

bagaimana jika aku membutuhkan deru napas yang membelengguku selama ini?

aku bisa berjalan dengan tegak saat namamu tenggelam dalam masa lalu itu

namun goyah langkahku saat nama itu mendesak keluar dari ingatan masa itu.


kenangan yang sengaja aku kubur untuk dapat melupakanmu

kenangan yang sengaja tak kuanggap saat aku dapat melihat jelas gerak-geriknya

kenangan yang selalu meloncat-loncat dengan indah dibalik mimpi-mimpiku

kenangan yang menjadikanku segenggam es yang membeku.


apakah kau mengerti betapa aku ingin berlari menggapai arahmu?

mengejar jejak langkahmu dan mengayunkan tangan diangkasa bersama tanganmu?

apakah kau pernah berharap namaku terukir indah dihati dan ingatanmu?

membawa kenangan itu masuk dan membebaskan diri dari belenggu kesesatan di kepala indahmu?

mungkinkah aku sedang melukis indah wajahmu di awan biru sore ini?

atau mungkinkah aku mengikrarkan janji putih dihadapan pecahan ombak menderu?

atau aku sedang bermimpi saat menggenggam tangan putih memandang senja di malam itu.


aku tak mengerti, hanya rindu yang terbersit di pikiran kecil ini.

Aku dan DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang