Meet You

1.4K 35 1
                                    

Kehidupan telah membawaku
Ke masa lalu
Aku dikelilingi oleh kenangan
Yang tak terhitung jumlahnya

Sekarang aku menemukan
Jawaban yang kucari
Apa yang kurindukan
Dan apa yang kuterima

Aku diperintahkan untuk terus hidup
Tapi tanpamu
Namun dalam hatiku
Api cinta selalu membakar
Untukmu

Bumi terus berputar. Waktu demi waktu terus berlalu. Keempat musim sudah dijalani selama hidup. Sudah dua kali dia kehilangan cahayanya, cintanya, tulang rusuknya. Umurnya kini tak lagi muda. Kira-kira sudah 50 tahunan. Tapi dirinya masih kuat dan bugar. Hanya garis-garis wajah yang memperlihatkan umurnya yang sudah setengah abad.
Diliriknya foto yang terpajang di sudut meja kerjanya. Di sana ada foto kedua orang tuanya. Foto wanita berambut merah dan pria bersurai sama dengan dirinya. Kedua orang itu baru saja meninggal 2 tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat. Meski dia tahu bagaimana sosok sang ayah di masa lalu, Naruto tetap menyayanginya. Sang ayah adalah sosok yang sangat ia banggakan. Serta sang ibu yang telah membuatnya lahir ke dunia yang sangat ia cintai dan sayangi. Kedua sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.
Di sebelah foto tadi, ada foto seorang gadis berambut indigo dan beriris mata biru. Umurnya sudah lebih dari 25 tahun. Ia ingat pertama kali ayahnya membawanya ke rumah di saat dia baru lahir. Anak yang telah direbut dari ibu kandungnya sendiri. Semenjak itu pula, istri sahnya, Shion langsung menggugat cerai dirinya. Sudah lama Naruto tidak bertemu dengan anaknya semenjak dia memutuskan untuk kuliah di Universitas Kyoto dan sekarang telah menjalani program pasca sarjana di sana. Terakhir mereka bertemu adalah pada saat anak itu di wisuda.
“Tou-chan!”
Suara feminism yang memanggil namanya membuatnya terperanjat. Dia simpan bingkai foto itu kembali pada tempatnya. Pandangannya beralih pada sosok gadis yang sangat ia rindukan. Gadis kecilnya yang sudah tak lagi kecil.
“Hima, kapan kau pulang? Kenapa tidak memberitahu Tou-chan?”
Gadis itu tersenyum lebar.
“Aku ingin memberi kejutan untuk Tou-chan!” ucapnya lalu berlari menghampiri ayahnya.
HAP
Himawari memeluk Naruto dengan erat.
“Aku merindukanmu, Tou-chan!”
Kehangatan menjalar dari hatinya. Naruto tersenyum lembut sambil balas memeluk anaknya. Sebelah tangannya membelai surai indigo sang anak.
“Tou-chan juga merindukanmu!”
CUP
Naruto mencium kening putrinya. Duduk dipangkuannya, sudah lama sekali anaknya tidak bemanja-manja padanya. Tangan mungilnya terulur ke kepala sang ayah. Jari-jari lentiknya memainkan rambut Naruto.
“Tou-chan, ternyata kau sudah tua!” godanya sambil terkekeh geli. “Kau sudah banyak uban.”
Naruto menyeringai. “Kalau begitu, cepatlah menikahlah dan berikan tou-chan seorang cucu!”
Wajah Himawari tiba-tiba memerah. Hal itu membuat Naruto tertawa.
Meski kisah percintaannya tidak semulus orang lain, dia pernah gagal berumah tangga, serta hubungannya dengan kedua orang tuanya tidak sedekat orang lain, Naruto menjamin hal itu tidak akan terjadi kepada kedua anaknya. Dia membebaskan anaknya dari aturan keras klan-nya. Meski dia tidak tahu keberadaan putranya dengan ibunya, Naruto percaya bahwa mereka akan baik-baik saja. mereka bahagia di tempat entah di mana.

Berpuluh-puluh tahun kemudian...

“Papa!”
Pria itu menoleh.
“Ada yang ingin bertemu denganmu.”
Pria itu membelalakan matanya ketika melihat orang yang dimaksud.
“Naruto!” gumamnya.
“Ah, nama saya Hyuuga Boruto! Sebelumnya, maaf karena mengganggu waktu Anda, Uchiha-san!”
“Hn. Ada apa kau ingin menemuiku?”
Tiba-tiba jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Bertemu dengan Uchiha Sasuke memang membuat siapa saja sulit menelan ludahnya ketika melihat tatapannya yang tajam. Namun ini lebih dari itu karena ada hal yang lebih penting.
Dia tarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya.
“Kedatanganku kemari adalah… aku ingin melamar Sarada.” Ucapnya mantap.
Bukan hanya Sasuke saja yang terkejut. Sarada sendiri pun ikut terkejut. Pasalnya dia tidak tahu kalau Boruto akan menemui ayahnya untuk melamarnya.
“Apa kau sudah mantap ingin meminang putriku? Lalu apa yang kau punya?”
“Kami sudah menjalani hubungan selama bertahun-tahun. Soal itu… saya memang tidak punya apa-apa. Pekerjaan saya hanyalah seorang pilot. Dan mungkin saja Sarada akan sering ditinggalkan.” Jelasnya sedikit kecewa.
“Jangan bicara formal padaku. Santai saja.” ucap Sasuke datar.
“Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga. Tabunganku sudah cukup untuk pernikahan. Dan aku membuka bisnis toko bunga yang cukup besar. Dulunya itu adalah milik ibuku. Tapi toko itu kemudian diambil oleh orang lain. dan sekarang aku membelinya lagi lalu menjalani usahanya untuk ibuku.”
Dari perkataannya, Sasuke seperti melihat sosok temannya. Orang yang penuh semangat dan tidak mudah menyerah. Serta menyayangi ibunya.
“Siapa orang tuamu?”
Tiba-tiba senyum di wajah Boruto memudar.
“Apa?”
“Ceritakanlah tentang dirimu! Jika kita akan menjadi keluarga, tidak boleh ada yang ditutup-tutupi, kan?”
“Sebenarnya ini adalah masalah pribadi. Tapi, karena kita akan menjadi keluarga, tidak ada salahnya aku mengatakan ini.” Ucapnya dengan percaya diri. “Aku hanya tinggal dengan ibuku. Hyuuga Hinata. Di pedesaan daerah Okinawa. Selama ini aku tidak tahu di mana ayahku, dan apakah dia masih hidup atau tidak. Aku juga tidak tahu dari mana uang mengalir ke rekening ibuku. Padahal dia tidak bekerja. Setelah aku bekerja, barulah dana itu tidak pernah ada lagi. Lalu kami kembali ke rumah kami di sini. Di Tokyo.”
Sudah Sasuke duga. Dia mempunyai teman yang kisah percintaannya begitu menyedihkan. Dan Boruto ini sangat mirip dengannya. Bukan hanya dari fisik, tapi juga sifatnya.
“Baiklah, aku mengerti!”
Sasuke mengangkat tubuhnya lalu berjalan melalui Boruto. Lalu pria paruh baya itu berdiri di depan jendela yang menyinarinya dengan cahaya matahari.
“Jadi, bagaimana Papa?” tanya Sarada bingung.
Sasuke menutup matanya.
“Aku tidak akan bisa menerimamu jika kau menyakiti Sarada.” Kepalanya menoleh untuk melihat pria yang melamar putrinya. “Keputusanku ada di tangan Sarada.”
Boruto tahu maksudnya itu. lalu dia melirik orang yang dimaksud.
“Aku…” ucapnya terbata-bata. “Aku mau menerimanya, Papa!”
Boruto pun senang bukan main. Kali ini dia akan memulai hidup barunya bersama wanita pujaan hatinya.

Anata no TameniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang