Prolog

62 8 4
                                    

Di kala masa lalu itu memang selalu di belakang, namun bukan berarti kenangan itu selamanya akan mati, bukan? Mungkin aku tak pernah sadar jika Ia telah melepaskan aku, aku tidak berhak lagi untuk memilikinya. Setiap hari aku menunggunya. Membiarkan waktuku terbuang sia sia. Aku mengorbankan hal terpenting itu hanya untuk melihat dia yang bukan lagi milikku. Setiap hari aku mengintip jendela, berharap Ia melewati lorong kelasku. Walau hanya sekadar melihatnya, hatiku tenang.

Langit seolah menertawakanku. Bahkan awan mengejekku. Rumput seakan berkata bahwa aku ini bodoh. Untuk apa? Untuk apa lagi aku berharap padanya? Yang telah melepasku. Walau perlahan namun menyakitkan. Aku tau aku bukan lagi miliknya, dan dia bukan lagi milikku. Tapi salahkah aku jika aku masih memiliki rasa itu? Salahkah aku jika aku masih merasa dia milikku? Aku hanya butuh waktu untuk melupakannya. Yang tak tau sampai kapan.

Hanya secangkir teh yang menemani senjaku hari ini. Dan hanya sepotong roti yang mengerti perasaanku saat ini. Aku memandang ke depan. Tatapanku kosong entah pikiranku melayang kemana. Aku tak bisa menyelesaikan konflik dengan batinku. Seolah ingin pergi tetapi hati memaksa bertahan. Seolah ingin menjauh tapi batin memberontak. Aku benar benar nggak mengerti dengan perasaanku saat ini. Yang aku tau, aku hanya ingin menangis.

Gimana ceritaku? Tertarik baca kelanjutannya? Lets go !

Flush Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang