"Jadi kamu suka sama Karamel? Eh maksudnya karel?" Tanya rey heran ketika aku menceritakan tentang perasaanku baru baru ini kepadanya.
"Maybe. Aku juga agak ragu. Entah ini suka atau cuma perasaan kagum. Yang jelas, dia udah buat aku lupa sama semua masa laluku." Aku menjelaskan. Bisa kulihat dari raut wajah rey dia agak aneh.
"Syukur deh kalau kamu udah lupain si Dave yang brengsek itu. Aku restuin kok kalo kamu jadian sama dia. Asal jangan lupa traktirin aku nasi bakar ya hahahaha" untuk kesekian kalinya dia menggodaku. Dan untuk pertama kalinya aku tidak menggubrisnya. Hanya senyuman kecil yang tergambar di raut wajahku. Setelah itu, diam. Tak ada lagi ucapan apapun dari Rey. Sunyi. Aku menikmatinya. Namun tidak bagi Rey. Dia seolah gelisah dan akhirnya memulai pembicaraan lagi.
"Bel, menurutmu aku ini ganteng ngga sih?" Ucapnya dengan nada pede selangit sambil mengedipkan mata.
"Geli tau ngga sih Rey" aku tertawa.
"Kalau aku nembak cewek kira kira diterima ngga ya?"
"Ya ampun rey kamu suka sama siapa? Kok ngga cerita cerita ke sahabatmu yang satu ini?"aku menepuk bahunya. Dia tertawa kecil.
"Ada lah temen socmed ku. Dia tinggal di Jogja. Rencananya semester depan kita mau ketemuan jadi ntar suprise nya aku tembak dia ahahahaha" dia mulai bercerita sementara aku hanya ternganga mendengar ceritanya. "Dia cantik banget bel. Aku liat dari foto profil facebook nya dia manis banget. Namanya Sheren" dia menjelaskan. Aku tertawa.
"Astaga. Baru kenal di socmed udah mau pacaran aja hahaha. Kamu lucu banget sih rey. Kamu kan belum tau wujud aslinya. Siapa tau aja dia ladyboy" sekarang giliran aku yang meledeknya. Dan dia malah membalasnya dengan tampang sewot.
"Huh dasar. Kamu tuh ngga ngerti perasaan aku blablablabla..." ucapnya panjang. Aku hanya menutup telingaku. Lalu berbisik pelan.
"Liat aja nanti"Aku berjalan melewati lorong menuju perpustakaan untuk mencari materi tentang perlombaan karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh salah satu universitas ternama di Jakarta. Sebenarnya ini sudah waktunya untuk pulang tapi kali ini aku memilih untuk nungguin dia basket daripada harus jalan.
"Abel?" seseorang menepuk pundakku dari belakang. Suaranya tak asing di telingaku. Aku membalikkan badanku dan kini kami sedang bertatapan. Bisa ditebak siapa sosok di depanku ini. Karel. Dia tersenyum.
"Aku tebak pasti kamu lagi nyari buku ini" ucapnya sambil memperlihatkan buku yang sedang Ia baca.
"Iya kak hehehe"
"Nih" dia memegang tanganku kemudian meletakkan buku itu di genggamanku. Jujur saja kalian pasti tau apa yang saat ini kurasakan. Ah lebay wkwkwk. Tapi jujur aku beku. Ngga bisa bilang apa apa. Cuma bengong menatap tangannya yang masih memegang tanganku.
"Eh maaf Bel" dia melepaskan tangannya. "Tanganku suka nakal kalo deket cewe cantik hehehe" dia tertawa. Seketika aku seolah diabetes menatap manisnya wajah Kak karel. Aku tersenyum.
"Iya kak gpp. Makasih buku nya kak"
"Sama sama bel. Kamu mau pulang? Yuk bareng aku." Kali ini dia mengucapkannya dengan nada agak memaksa lalu menarik tanganku. Aku yang sedaritadi pikirannya melayang layang saking bahagianya tidak bisa menolak ajakan itu.Hmm. Maaf kelamaan ngelanjutin ceritanya lagi sibuk sama tugas hehe. Jangan lupa vote dan comment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Flush Of Love
Teen FictionI Thank My God Upon Every Remembrance of You Diantara sekian banyak kebetulan, perjumpaan denganmu adalah yang paling aku syukuri. Dealova Christabel atau yang biasa dipanggil abel terjebak kisah cinta dengan Karel, kakak kelasnya. Pertemuan mereka...