Part 1

63 9 3
                                    

"Move on kali, Bel" komen Rey setelah mendengar curhatan dariku. Rey sahabatku. Saat pertama menginjakkan kaki di sekolah ini, cuma dia yang setia menemaniku. Menjadi sahabatku. Dan juga setia jajanin aku. Hehehe. "Sama aku aja sini" ledeknya.
"Ih apa sih Rey. Genit banget huu." Wajahku cemberut cemberut alay.
"Lebay banget mukanya biasa aja kali Bel. Liat tuh bibir monyong monyong gitu apacoba" Hahaha dia tertawa jahat. Rey memang paling senang menggodaku. Katanya kalau aku cemberut aku mirip mantannya. Dia jadi suka flashback gitu. Aku menutup wajahku malu. Dia jadi semakin gencar meledekku.
"Eh ntar aku ngga bisa anter kamu pulang, aku ada latihan basket. hari ini sendiri dulu ya Abel sayang. Besok pagi abang jemput." Ucapnya dengan nada alay alay gitu sambil mengacak rambutku. Pake segala sayang sayangan lagi.
"Sayang sayang makan tuh sayang. Yaudah iya. Ntar aku jalan." Jawabku sambil memasang tampang andalanku galak galak alay dan menepis tangannya dari kepalaku.
"Sensi banget sih Bel. Lagi pms ya? Eh btw ntar kamu nebeng mantan aja. Dia alone loh si Nada ngga masuk," lagi lagi dia meledekku lalu kabur. Aku gregetan lalu mengejarnya. Dia memang konyol. Tapi aku sayang banget sama sahabatku yang satu ini*sayang dalam artian sahabat ya* Walaupun dia cowo tulen yang pastinya pernah suka sama cewe, dan yang pasti bukan aku, tapi dia tetep lebih mementingkan aku dibanding gebetannya. Toh buktinya tiap hari dia anter jemput aku, beliin aku makan siang, bantuin ngerjain pr, dll. Rey kalo diliat liat lumayan. Ganteng, kulitnya sawo mateng gitu, tinggi, pinter, anak basket, udah gitu care banget lagi. Beruntung deh yang jadi pacarnya.

Jam terakhir usai dan saatnya pulang. Pas aku mau jalan ke kelasnya Rey...

Oh iya

Kan aku hari ini jalan dulu. Argghh. Matahari terik banget lagi. Aku membujuk Rey untuk mengantarku pulang. Namun Rey bener bener ngga bisa. Tangannya ditarik tarik sama si Kevin, temen basketnya.
"Yaudah aku pulang dulu" pamitku kepada Rey. Meskipun masih dengan hati kesal dan gondok.
"Iya bel ati ati ketemu mantan" godanya
"Sialan"

Belum ada setengah perjalanan kakiku sudah pegal. Akhirnya aku malah nongkrong di trotoar sambil pijit pijit kaki. Tiba tiba saat aku sedang mengikat tali sepatu, hujan turun. Duh gawat ngga bawa payung lagi. Batinku. Aku panik. Perlahan bajuku mulai basah. Tapi ngga masuk akal. Kok bisa ya tadinya matahari terik banget tiba tiba hujan. Dan baru kusadari ternyata itu bukan hujan. Tapi cipratan air dari penyiram tanaman di belakangku. Sial. Gara gara duduk di trotoar nih.

Alhasil, aku pulang dengan basah basahan. Walaupun ngga basah banget tetep aja, aku malu. Dan saat aku berjalan pulang dengan tergesa gesa karena malu, sesuatu serasa menabrakku

Dan

BRUKK... Aku tumbang.

Entah aku tak tau bagaimana keadaanku saat ini. Sulit sekali rasanya membuka mata. Kepalaku serasa ingin meledak. Perlahan aku memelekkan mataku. Aku tersentak kaget. dimana aku? Apa yang barusan terjadi? Dan... siapa dia? Aku berusaha mengingat semuanya. Ketika itu juga kepalaku terasa sangat sakit.
"Aww" aku meringis. Sosok laki laki itu menghampiriku dan mengelus elus kepalaku. Tampak dari almamater yang dikenakannya, mungkin Ia adalah salah satu murid di sekolahku.
"Kamu udah bangun? Gimana? Masih sakit?"tanyanya penuh perhatian.
"Kamu siapa? Dan, apa yang barusan terjadi?" Aku bingung. Wajahku penuh tanya.
"Maaf tadi aku ngga sengaja nabrak kamu. Nih kamu ganti baju aja. Baju kamu basah nanti masuk angin" dia menyodorkan handuk dan kaos merah jambu yang khas banget punya cewek. Kira kira punya siapa? Ah sudahlah. Ngga penting juga. Tanpa pikir panjang aku meraih handuk dan kaos itu. Dia tersenyum. Manis sekali.

Sejak kejadian itu, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Aku berusaha mencari identitasnya untuk mengembalikan baju pinjaman dan mengucapkan terima kasih yang waktu itu tidak sempat kuucapkan.

"Kamu kenapa bel? Kok kayak ngga konsen gitu?" Tanya rey heran saat hendak mengajariku di perpustakaan siang ini.
"Oh ngga papa, susah banget fisikanya sampe kepalaku pusing" aku mencari alasan. Yang sesungguhnya kupikirkan adalah pria itu dan kaos merah jambunya. Entah mengapa akhir akhir ini aku jadi sering memikirkannya. Bahkan Dave, mantanku yang manakala selalu kupikirkan, kini bayangnya hilang entah kemana dari benakku. Memang itu hal yang bagus. Setidaknya aku bisa belajar melupakannya. Tapi kini penggantinya adalah pria yang menabrakku siang itu. Mengapa dia? Aku bahkan tak mengenalnya. Hatiku penuh tanda tanya.

Entah ini takdir atau hanya kebetulan. Aku bertemu lagi dengan pria itu untuk kedua kalinya setelah hampir sebulan aku terus memikirkannya. Kami bertemu di ekskul yang sama. Dan aku baru mengetahui bahwa dia adalah kakak kelasku. Kelas XI MIA 2. Namanya Karel. Begitu saat dia memperkenalkan diri di hadapan seluruh anak KIR.   Manis memang. Seperti saat pertama kali dia tersenyum padaku.
"Jangan diliatin mulu bel, ntar suka. Dia ganteng loh" goda rey saat melihatku terus memperhatikan Kak Karel. Aku memang belum menceritakan semuanya pada rey. Karena akhir akhir ini rey sibuk dengan latihan basketnya.
"Rey" ucapku pelan. Aku berniat ingin menceritakan semuanya.
"Apa?"
"Aku mau cerita, tapi jangan diledekin"
"Yaelah bel kaamu kayak baru pertama kali kenal aku aja. Bukan rey namanya kalo ngga suka ledekin orang" dia tersenyum licik. Aku hanya memasang tampang cemberut.
"Bercanda bel yaampun baperan banget" dia mengacak rambutku. "Ayo cerita aja. Aku siap jadi pacarmu eh maksudnya jadi pendengar yang baik hehehe" Aku menceritakan semuanya pada rey. Dia lagi lagi menggodaku. Sampai sampai kami tidak fokus pada pembina ekskul dan kami pun ditegur. Semua mata tertuju padaku dan rey. Termasuk kak karel.

Sepulang ekskul, aku menghampiri kak karel dengan maksud mengembalikan baju merah jambu itu.
"Kak karel, tunggu!" Aku mengejarnya. Dia membalikkan tubuhnya.
"Apa de?" Dia menatapku penuh arti.
"Masih inget aku? Yang waktu itu kakak tabrak. Aku mau ngembaliin ini. Makasih bajunya kak." Aku menyodorkan kaos itu.
"Oh iya de. Udah bajunya untuk kamu aja. Nama kamu siapa?" Dia menolak kaos itu.
"Abel kak."
"Oh abel. Oke. Bajunya kamu pegang aja. Di rumahku ngga ada yang make. Baju cewe soalnya hehhehe"
"Mama kakak?" Pertanyaan ku barusan seperti bom buat kak karel. Dia diam dan menunduk sebentar. Saat ia menegakkan kepalanya, kulihat matanya yang berkaca kaca sambil berusaha tegar.
"Ah bajunya ngga muat sama mamaku. Hehehe udah ya de aku pulang dulu. Kamu mau bareng?" Dia menawarkan tebengan.
"Ah engga kak. Aku sama temenku aja."
"Oke de. Aku duluan ya" dia melambaikan tangan sambil tersenyum.
"Iya kak hati hati" aku membalas lambaian tangannya.
Ada apa dengan kak karel? Ada apa dengan mamanya? Ada apa dengan kehidupannya? Otakku terus bertanya tanya tentang kehidupan orang yang kini sedang mengisi hatiku. Menggantikan posisi Dave di hatiku.

Gimaana ceritaku? Jangan lupa vote dan komen ya¡¡ See you on next thor guys ^·^







Flush Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang