Solas.

127 18 11
                                    

"Izinkan saya untuk memperkenalkan diri," kata wanita berbaju hitam putih itu sembari mendekati takhta Vrochi dan memberi hormat. "Solas Solarsa, putri dari Raja Solarsa. Saya diutus dari Soleria untuk menyatakan damai dengan Negeri Synnefo."

"Oh, tentu saja," balas pangeran yang duduk di takhta tersebut seraya berdiri. "Vrochi Synthesta."

Sang pangeran mendekati Solas dengan mengulurkan tangan, tetapi Solas tidak menggubrisnya. Satu detik, dua detik, Pangeran pun menarik tangannya kembali.

"Ayahku sudah menunggu kedatangan Raja Solarsa selama lima belas tahun," sahut Vrochi.

"Maafkan saya, Pangeran. Sang Raja tidak ingin berdamai pada saat itu."

"Lalu, bagaimana bisa Anda sampai kemari, Solas? Apakah Sang Raja telah mengizinkan? Apakah Raja sudah ingin berdamai?"

"Tidak, Pangeran," kata Solas seraya menggigit bibirnya. "Raja sudah meninggal."

###

"Sejak kapan Beliau meninggal?"

"Kemarin," jawab Solas. "Raja jatuh sakit sudah sejak sebulan yang lalu."

Mendengar itu, Vrochi mengangguk mengerti.  "Turut berdukacita, Solas."

Tetesan hujan, kue raindrop, dan hangatnya tubuh Solas pada sore itu menemani mereka berdua. Aroma tanah pun tercium, menenangkan jiwa Vrochi. Hujan selalu berhasil membantu Vrochi, apa pun masalahnya. Selalu berhasil. Namun, bagaimana dengan masalah yang akan ia atasi sekarang?

Akan tiba waktu sang hujan harus berhenti.

"Apakah Pangeran merindukan Daveren?" tanya Solas tiba-tiba. Vrochi tersenyum dan menatap matanya dengan hangat.

"Tentu saja, Solarsa," ia menghela nafas panjang. "apakah kamu juga merindukan saudara perempuanku itu?"

"Malanka? Tentu saja. Aku masih mengingat dirinya seperti baru saja bertemu kemarin. Pangeran sudah tahu, aku menganggapnya sebagai saudariku sendiri."

Semenjak kedatangan keluarga Raja Solarsa lima belas tahun yang lalu, tidak ada tamu yang berkunjung ke Negeri Synnefo. Tentu, Vrochi merindukan suasana kerajaannya dulu. Semua berubah sejak hilangnya saudara Solas, Daveren; dan saudari Vrochi, Malanka, menghilang.

"Lucu, Solas," sahut Vrochi, "aku malah tidak ingat apa-apa."

###

"Pangeran, maafkan aku jika banyak bertanya," ucap Solas. "apakah Pangeran masih mengingat warna pelangi?"

Vrochi hanya duduk diam, memandangi tetesan embun di dedaunan yang tak berwarna, hingga akhirnya ia menggeleng pelan.

"Oh, begitu rupanya," kata Solas kembali, "apakah Pangeran ingin melihatnya sekarang?"

"Tidak, Solas. Terima kasih," jawab Vrochi. "saya masih menyukai hitam, putih, dan abu-abu. Tunggulah sebentar."

"Apakah Pangeran ingin melihat warna pelangi pada lain waktu saja?"

Vrochi mengangguk.

"Atau mungkinkah bahwa Pangeran tidak ingin melihat warna kembali?"

Vrochi terdiam.

"Pangeran, maafkan aku jika banyak bertanya," ucap Solas kembali.

"Tidak apa-apa," sahut Vrochi, "setidaknya sekarang aku memiliki teman untuk diajak berbicara."

"Solas tidak percaya bahwa Pangeran tidak pernah melihat warna," kata Solas sambil memainkan jari-jarinya sementara pandangannya mengitari sekitar ruangan yang begitu asing baginya. Begitu dingin. Begitu kusam. Begitu... mengecewakan. "Apakah Pangeran tidak bosan?"

Solas ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang