***
Aku kembali tidak mempedulikan label payah yang orang-orang berikan padaku. Tenggelam dalam novel setebal 500 halaman dan headset yang menyumpal salah satu telingaku, sudah cukup membuatku merasa ... cukup.
"Eh! Gue denger, Satya mau nembak Irisina nanti pas istirahat kedua!"
Kalimat yang tak sengaja kudengar dari salah satu kelompok penggosip di kelasku, ternyata berefek sama dengan ketika mata Satya bertubrukan denganku. Mungkin aku harus mengecek ke dokter jantung kalau-kalau aku mempunyai penyakit seperti itu.
Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat. Tidak. Satya memang pantas bersama Irisina. Cantik dan populer. Cocok dengan Satya yang supel dan juga terkenal seantero sekolah.
Karena Aya Ralana, gadis kikuk yang hanya pernah sekali berinteraksi dengan Adhysatya Dirga, tidak akan pernah bisa bersama dengan lelaki tersebut.
Atau haruskah aku menunggu keajaiban lainnya untuk datang dan berharap keajaiban itu adalah takdir kami kembali bersinggungan dengan Satya yang juga merasakan hal yang sama denganku?
Apakah aku serakah jika berharap lagi?
wall·flow·er/ˈwôlˌflou(ə)r/
a person who has no one to dance with or who feels shy, awkward, or excluded at a party.
END.
***
author's note : yay, sudah berakhir. Eh, gak deng, buku kedua akan rilis besok, mungkin 00-nya hari ini.
Sejauh ini, gimana?
Tunggu buku keduanya ya~
- Anis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wallflower [Book 1]
Fiksi RemajaBook 1 of Repentance Trilogy (END) [ a n o v e l l a ] Aku yakin kamu tidak pernah mengetahui bahwa aku selalu memerhatikanmu dari jauh. Hanya dengan melihatmu tertawa saja, sudah cukup untuk membuat hatiku menghangat dan membuat sisa hari...