my love (s)tory

12 4 0
                                    

Nama ku Fiona, seorang remaja yang terlambat menyadari segala keanehan diri. Tinggal di keluarga bahagia yang hangat, itu yang kurasakan tanpa memasukkan rasa sedih dan tersiksa yang ku dapatkan dri dunia sebelah. Beruntung aku hidup pda zaman dimana anak indigo hanya ditakuti, dianggap seram ataupun pembohong. Mungkin jika aku hidup di masa lalu, aku akan dikejar warga menggunakan garpu ladang dan dianggap sebagai penyihir.

Aku tak menyalahkan mereka yang membenciku, pada kenyataannya aku membenci diriku sendiri. Kemampuanku yang datang secara mendadak menghancurkan segala impian dan harapan, termasuk hubungan. Aku tahu bahwa perbedaan ini akan membawa kesulitan bagi karir, hubungan, masa depan, termasuk cinta. Apa boleh buat, aku hanya bisa berharap.

Aku tidak pernah menaruh rasa pada seseorang sebelumnya, mungkin aku masih terlalu muda untuk merasakan cinta. Ada beberapa pria tampan yang mendekatiku, tapi aku menolak mreka. Ini bukan soal fisik ataupun tebalnya dompet mereka. Apa boleh dikata, terkadang aku membaca sikap asli mreka yang membuatku tahu tentang betapa bejatnya para lelaki itu. Dan mungkin hal itu yang akan mempersulit masa depanku nanti.

Ada saat dimana aku dipertemukan oleh seorang anak lelaki. Kami seumuran, tapi aku memanggilnya bocah dalam hati karena kepolosan dan kebodohan yang ia miliki. Pertemuan pertama kami tidak berlangsung baik, aku merendahkan kelemahannya dalam hati dan merasa tidak perduli. Aku hanya menganggap ia bocah ingusan yang baru saja mengenal betapa luasnya dunia, dan betapa sempit pikirannya. Ia bermasalah, ya, ia bermasalah tapi tidak bersalah. Bodohnya aku mau ikut campur di dalamnya.

Pertemuan ku tidak berakhir disitu, tidak pernah terpikir olehku utk bertemu dengannya lagi. Aku melihatnya dalam mimpi, sebuah imajinasi yang memberikan pertanda. Aku berani membenarkan itu karena aku sangat jarang bermimpi. ketika aku bermimpi, aku bisa mengingat segala detail yang ada dan peringatan yang muncul. Sayangnya mimpi ku selalu berurusan dengan hal negatif, dan kerap menjadi kenyataan. Ini merupakan siksaan yang harus kuhadapi. Antara mengabaikan, atau memberitakannya ke orang yang bersangkutan. Hasilnya sangat jelas; dianggap gila, aneh, atau pembohong.

Aku terlalu mengasihani bocah ini, ia terlalu baik utk mendapatkan sebuah cobaan yang sbenarnya di luar kemampuan yang ia miliki. Aku tebar kartu 2-3 x malam itu, dan kartu meberitahukan hal yang sama. Aku bingung, haruskah aku ikut campur dan memberitahu dia?. Aku tanyakan hal ini pada teman ku yang juga seorang anak indigo.
"Abaikan saja, jangan tambah masalahmu"
Lalu aku melakukan apa yang disarankan temanku.

Prinsip itu tak berlangsung lama. Aku tak bisa menahan kebiasaanku utk tidak ikut campur masalah orang lain. Aku sendiri tidak yakin bisa membantu, tpi aku tidak puas sebelum aku mencobanya. Aku ajak ia utk bertemu, dan memberitahu penglihatan yang kudapat.

" This is just a game. Do not believe me or this card. believe in your self
In your heart"

Aku keluarkan semua energi yang kupunya. Kutawarkan sebuah permainan tak biasa yang sungguh menguras energi. Kepala ku sungguh berat dan mulai terasa sakit di sisi kiri. Mungkin aku terlalu serius dalam meningkatkan akurasi yang ada. Bodohnya aku, belum seminggu aku mengenal dirinya. Aku hanya mencoba..
Sejak saat itu kami menjadi teman, dan aku masih menganggapnya bocah.

Terang mulai meredup dan mendatangkan malam. Aku masih bersamanya, kami makan di tempat siap saji terdekat. Nampaknya sudah sepi, mungkin karena hari biasa. Kami makan bersama, bersenda gurau dan mengeluarkan tawa tanpa beban. Aku sangat senang melihatnya, setidaknya aku bisa menghilangkan wajah murungnya untuk sesaat. Bisa kubaca apa yang ia pikirkan selama ini, rasa takut dan sedih.

Makanan kami santap, dan suasana menjadi lebih tegang. Ia bercerita tentang keluarganya, serta harapan dan impian ibunya tentang dirinya.
Aku sangat senang melihat senyumnya, namun tiba tiba......
Ia menangis..
Kupegang bahunya sambil ketepuk perlahan.

"Keluarkan, jangan ditahan ", kataku.

Aku ikut sedih melihatnya, aku menangis dan terbawa suasana.
WHAT THE HELL IS GOING ON!?.
Aku merupakan orang yang sangat sulit mengeluarkan air mata. Bahkan aku tidak menangis utk teman dan keluargaku yang meninggalkan dunia. Bukan berarti aku tidak bersedih utk mereka, hanya saja aku bukan wanita yang mudah menangis meski rasa sakit menerpa dan darah mengucur.

Ia menangis dan sambil menutupi wajahnya. Bagus ia tak melihatku menangis , betapa beruntungnya aku. Sebelum ia melepas kedua tangan yang menutupi wajahnya, dengan sigap kuhapus air asin yang mulai membasahi pipiku.

Stay calm and cool, act like nothing happen.

Sejak pertemuan di meja makan, timbul sebuah rasa. Rasa yang tak pernah ku dapat selama aku hidup, rasa suka..
Aku terpikir tentangnya, dan terus memikirkan dia. Aku menyusun rencana agar bisa membantu masalah yang menimpanya.

Ini salah, ini benar-benar sebuah kesalahan. Pada mulanya, aku hanya ingin membantu karena kasihan, tapi skarang berbeda. Oh TUHAN, apa apaan ini.
Aku tidak bisa tidur....
Kali ini bukan karena setan-setan yang berdatangan, tapi karena aku memikirkan bocah brengsek itu. Inikah rasanya menjadi orang normal?
Ahahahhaha

Si bocah mengalami masalah, masalah tak biasa. Ada seseorang yang dendam padanya, padahal ia tak melakukan kesalahan apapun. Siapapun orang itu, aku sangat membencinya. Ia telah membuat orang lemah tak bersalah menjadi pasrah dalam menjalani hidup. Tidak bisa dibiarkan.

Masalah menjadi lebih serius ketika kami tahu bahwa tersangka menggunakan ilmu sesat dalam menganggunya. Mungkin ini adalah saat dimana aku bisa turun tangan tanpa diketahui olehnya. Aku melakukan hal yang tak mungkin dilakukan anak indigo lainnya, hal yang sangat bodoh. Aku memerintahkan semua penjaga yang kupunya untuk melindunginya. Membiarkan diriku sendiri menjalani hari tanpa benteng pertahanan.

Rasanya sangat melelahkan, aku menahan rasa letih karena tindakan bodoh yang kulakukan. Tanganku bergetar makin kuat tiap aku melindunginya. Aku bisa merasakan serangan tak terlihat yang terkadang tertuju padanya, tak akan aku biarkan. Aku tidak memberitahunya, aku takut jika ia menganggapku aneh dan menjauh. Membantunya perlahan lebih dari cukup untuk membuat hatiku tenang.

Noda merah mengucur dari hidungku beberapa kali. Mungkin aku sudah mencapai batas maksimal karena terlalu sering menggunakan energi. Aku tidak pernah perduli dengan seseorang sbelum bertemu dia. Tapi aku rasa ia pantas mendapatkan energi terbatas yang kumiliki, ia terlalu baik dan lucu .

Peristiwa baru membuatku sedih belakangan ini. Ia tak salah, aku yang salah, karena aku yang menaruh rasa. Aku salah tingkah terkadang, tapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku nyaman hanya dengan bertemu dan berada di dekatnya. Akupun mulai tidak bisa membaca pikirannya karena rasa suka. Tapi setidaknya aku tetap bisa melindunginya.

Aku sedih dan iri ketika ia dekat dengan orang lain (saat ini). Apa boleh buat, aku bukan siapa-siapa. Rasa ini hanya bisa kupendam hingga terngiang di kepala dan tenggelam dengan perlahan. Ditambah lagi aku sudah mengetahui jati diri wanita yang mendekatinya. Mreka terlihat sangat dekat, mebuatku iri dan tak tahan. Aku hanya bisa berpura pura tak melihat meski terkadang cukup terlihat bahwa aku tak suka. Tidak salah ia memilihnya, ia normal, dan jauh lebih baik dariku dari segi penampilan. Aku hanya anak aneh yang tidak punya siapa". Yang membuatku geram adalah, aku tahu bahwa wanita itu tidak benar" suka padanya(meskipun ia baik).

Aku sudah menyerah dan menerima takdirku. Aku akan menjauhinya perlahan dan menjadikannya sekedar teman. Aku tidak berani melangkah lebih jauh ataupun lebih dekat dengannya. Sepertinya ia takut denganku, hanya saja ia berusaha untuj tidak terlihat takut. Aku tidak kaget jika itu memang benar, aku sudah biasa ditakuti.

Akan kubiarkan ramalan buruk tentangnya menjadi pilihan, aku tidak mau dianggap berbohong dan subjektif karena rasa yang kumiliki. Dia sudah dewasa, sudah waktunya ia berpikir dan memilih. Ramalan hanya bisa patah jika ada usaha dari si individu. Setidaknya aku sudah pernah memberitahunya meski tidak semua.

Aku akan berusaha keras menghilangkan rasa yang kumiliki ini. Aku tahu pasti sulit, karena ia yang pertama. Ahahahh

Mungkin beberapa bulan ke depan aku akan pindah, mencari tempat tinggal lain yang tidak terlalu dekat dengan kediamannya. Aku tidak akan bisa melupakannya jika terus melihatnya.

Satu hal yang jelas.
Aku akan terus melindunginya dari kejauhan tanpa ketahuan.

Anthem from my HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang