Langit Jingga (Bagian 1)

4 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warna jingga menghiasi langit Bandung sore ini. Hal yang langka terjadi mengingat kota ini selalu diguyur hujan sejak beberapa pekan lalu. Matahari pun sepertinya masih malu- malu menampakkan wujudnya padaku kali ini.

Hamparan hijau kebun teh melambai tertiup angin seakan memanggil ku untuk segera menghampirinya. Aku memilih duduk di saung dan segera melanjutkan sketch ku yang sempat tertunda. Aku tersenyum melihat hasil gambarku. Bahkan setelah 10 tahun lamanya, aku masih mengingat jelas bagaimana wajah itu tersenyum.

Bertahun-tahun aku memendam rasa ini namun tak juga ada keberanian menyatakannya. Tak sedikitpun aku berani untuk memberi tanda yang akan membuatnya menjadi tahu. Sekarang dia sudah pergi jauh dariku dan mungkin tak tergapai. Aku tersenyum kecut. Membayangkan bahwa dia akan kembali padaku. Namun rasanya itu tidaklah mungkin.

Aku bergegas menuju rumahku dengan membawa hasil sketch yang aku selesaikan tadi. Perjalanan kali ini terasa begitu berat dan lama. Entah kenapa aku terus saja memandangi wajahnya. Rasa rindu itu tercetak jelas diwajahku.

"Assalamualaikum " ucapku seraya membuka pintu. Namun tak ada jawaban dari dalam rumah.

"Bun...nek...dek..." aku memanggil orang-orang rumah, namun masih tetap tak ada jawaban.

" Kemana perginyaa...?" ucapku sambil naik ke lantai 2, tempat kamar ku berada.

Aku memilih mandi dan bergegas menuju dapur, siapa tahu di kulkas tersedia banyak makanan. Pikirku. Selain menggambar, hobiku yang lain adalah makan. Aku mengambil berbagai macam buah untuk cemilan kali ini dan membawanya ke ruang keluarga. Ahh sore ini terasa lengang sekali, tak ada pr atau tugas rumah lainnya.

"KRING....KRING...." suara telepon berbunyi mengagetkanku. Aku melihat jam, hmm sudah masuk waktu maghrib.

"Siapa maghrib-maghrib begini menelpon ? " gumamku pelan.

Aku berjalan menuju telepon rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari tepat dudukku sekarang. Dengan ragu aku menjwab telepon itu.

"hallo, selamat sore, dengan kediaman rumah bapak wijaya ada yang bisa dibantu ?" sapaku sopan.

"selamat sore, bisakah saya berbicara dengan ibu Asha Kharisma Wijaya ?" jawab seseorang disana.

"ya, saya sendiri" aku menjawab pertanyaannya.

"kami dari Abhirama Oil Corp ingin memberitahu bahwa anda diterima di perusahaan kami sebagai manager marketing. Silahkan datang kemari untuk informasi lebih lanjut"

Aku terdiam, mencerna kata-katanya yang barusan dia ucapkan. Apa katanya ? diterima ? aku diterima ?

"benarkah ? terimakasih, terimakasih banyak. Saya pastikan besok saya akan kesana" jawabku semangat.

"baiklah, selamat sore." Tutupnya, lalu terdengar suara sambungan telepon yang diputus sebelah pihak.

Aku mengucap syukur sebanyak-banyaknya dalam sujud ku kali ini. Entah bagaimana caranya berterimakasih lagi untuk semua nikmat yang telah diberikan- Nya. Terimakasih Ya Allah, sekarang semuanya terasa lebih mudah dan jelas setidaknya untuk menjalani hidupku dan melupakannya.

***

Pagi yang sangat cerah, secerah suasana hatiku saat ini, berbekal map ditangan, aku siap untuk bekerja di hari pertamaku, tak lupa pamit kepada ayah, ibu, nenek dan kedua adik kembarku yang sudah kuberitahu tadi malam.

Dan reaksi mereka sangat kaget sekali. Yang mereka tahu, bahwa aku tak pernah melamar kerja di perusahaan minyak terbesar di ASEAN itu. Dan yang pasti, mereka senang sekali mengetahui aku diterima untuk bekerja disana.

Ya mudahan aku tidak mengacau di hari pertamaku, mengingat sikapku yang sedikit ceroboh dan suka melamun. Hmm aku sangat membenci itu.

Dan sekarang, disinilah aku berada, terdiam berdiri mengagumi gedung pencakar langit yang kemegahanya benar- benar diluar dugaanku selama ini. Sungguh ini seperti mimpi bagi seorang Asha Kharisma yang benar- benar tak pernah melihat gedung setinggi ini. Setelah puas memandangi, aku pun bergegas menuju meja Receptionist.

"selamat pagi, saya Asha Kharisma Wijaya, manager marketing baru di perusahaan ini" kataku sopan.

"selamat pagi dan selamat bergabung di perusahaan kami. Anda bisa menemui CEO kami di lantai 30. Beliau sudah menunggu anda" katanya. Hah ? Apa katanya tadi ? menunggu ? CEO perusahaan ini menungguku ? ahh lucu sekali mbak receptionist ini.

"Baiklah, terimakasih" kataku sambil berlalu.

Aku bergegas menuju lift khusus staff, hmm sebenarnya tadi aku diperbolehkan untuk menaiki lift khusus jajaran direksi, tapi mana berani anak baru seperti ku menggunakannya. Nasib baik aku tiidak berdesakkan dengan karyawan lain seperti pada jam-jam sibuk biasanya.

Dentingan khas lift berbunyi menandakan bahwa lift sudah berhenti sempurna. Aku berjalan santai menuju ruangan CEO ku yang baru.

"selamat pagi, saya Asha Kharisma Wijaya ingin bertemu CEO Perusahan ini." Kataku berusaha sopan.

"apakah anda sudah membuat janji sebelumnya ?" Tanya nya sambil melihat diriku dari atas sampai bawah. Adakah yang salah dengan pakaianku hari ini ?

"sebenernya belum, tetapi saya staff baru diperusahaan ini. " kataku lagi.

"tunggu sebentar." Katanya lagi.

" selamat pagi pak, disini ada tamu bernama Asha Kharisma Wijaya bermaksud ingin bertemu dengan bapak" kata sekretaris yang kuketahui bernama Mona ini dengan seseorang melalui intercom.

"suruh dia masuk" ucap seseorang yang kupikir itu CEO baru ku.

" baik pak" ucap sekretaris itu.

"silahkan masuk bu Asha" katanya berbalik kearahku

"baiklah terimakasih " kataku sambil tersenyum.

Aku pun melangkah menuju ruangan CEO yang hanya beberapa langkah dari tempat ku berdiri semula. Menjadi bahagia itu ternyata sangat sederhana, cukup tersenyum dan melihat orang lain tersenyum karenamu.

TOK..TOK..TOK..

"ya silahkan masuk" jawab seseorang yang sedang berada di dalam.

Suara khas pintu terbuka, memecah keheningan, jujur aku sangat merasa gugup saat ini. Apalagi ini pertemuan pertama ku. Dengan mengucap Bismillah sebanyak 3 kali, kuyakinkan diriku untk menghadapi apapun yang terjadi pada hari ini.

Ku lihat lelaki mengenakan jas Armani duduk si kursi CEO nya, dengan kacamata yang bertengger diatas hidung mancungnya. Sepertinya aku mengenalinya. Astagfirullah, dia kan ? Ya Allah...

"selamat datang Asha Kharisma Wijaya.." katanya menyapa ku, Ya Allah suara itu, aku rindu sekali dengan suara itu. Dengan keberanian penuh, kutatap manic mata hazel nya yang setajam elang.

"Ren..ren..rendy ?" kataku dengan suara pelan nyaris tak terdengar.

"silahkan duduk" katanya dengan menunjuk kursi dihadapannya.

Tubuhku tersihir seketika tak bisa digerakkan. Namun dengan cepat, aku mengembalikkan kesadaranku menuju dunia nyata. Apakah dia sudah melupakanku ? pertanyaan itu seketika hinggap dikepalaku.

"I..i..iya" kataku dengan suara tercekat.

"Perkenalkan nama saya Aditya Rendy Wicaksono. selamat bergabung di perusahaan kami, semoga anda nyaman bekerja disini" aku benar-benar kehilangan kata-kata. Suaraku hilang seketika.

lalu aku disodorkan map yang berisi kontrak kerja selama beberapa tahun kedepan. Dengan lemas aku menandatangani surat kontrak tersebut. Bismilah mudahan ini keputusan yang tepat.

***

Anthem from my HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang