4.57 AM
Aku bangun dari kasur lalu pergi ke dapur untuk memasak. Mengambil beberapa bahan untun di masak. Pagi ini aku akan memasak sandwich isi telur untuk sarapan.
Aku pun menyalakan kompor lalu menemanaskan pan untuk menggoreng telur. Sambil menggoreng telur aku membuat susu untukku dan malaikat kecilku. Sora.
Ya, aku memiliki anak hasil pernikahan dengan mantan suamiku 3 tahun lalu. Namaku, Ryan Anderson. Aku seorang pria memiliki anak yang ku kandung dalam perut selama 9 bulan yang bernama Sora Anderson. Sebenarnya nama belakangnya Reinder tapi, sekarang aku menggunakan nama belakangku karena ia aku rawat sendiri.
Selesai menggoreng telur aku menumpuknya dengan roti yang di lapis dengan selada, tomat, keju dan mayonais. Selesai membuat sandwich aku memasukkannya ke dalam kotak bekal Sora. Lalu membawanya ke ruang tengah sekaligus ruang makan.
Aku tinggal di apartemen yang tak terlalu besar namun juga tak terlalu kecil. Ukuran yang cukup pas untuk ditinggali oleh dua orang. Hari ini aku mendapat shift pagi sehingga aku harus cepat mengantar Sora ke daycare lalu pergi ke tempatku bekerja.
5.30 AM
Selesai mandi aku membangunkan Sora lalu membawanya ke kamar mandi. Selesai memandikan Sora aku mengenakannya baju lalu menggiringnya ke ruang tengah untuk sarapan. "Pah, hali ini papah macuk pagi?" Tanya Sora sambil mengunyah sandwich-nya.
"Iya, makanya papah bangunin kamu lebih pagi."
Sora hanya menjawab dengan menggumam.
"Ayo cepat makannya, kita ke sekolah!"
"Ayok!" Sora mengangkat tangannya antusias.
Aku pun mengaitkan tangan ke jari Sora untuk menuntunnya. Setelah itu mengunci pintu rumah lalu berjalan keluar menuju daycare.
Setelah mengantar Sora ke daycare aku bergegas menuju restoran cepat saji tempatku bekerja. Aku membuka loker lalu mengganti bajuku dengan seragam lalu ke kasir menggantikan Nico yang sedang menghabiskan shift malamnya.
"Pagi Nico! Kau boleh berganti denganku sekarang." Sapaku dengan senyuman.
"Oh hai Ryan. Sepertinya ak-Hoam-u membutuhkan tidur beberapa jam." Balasnya sambil menguap.
Aku hanya membalas dengan mengacungkan jempolku. Hah.. mari kita selesaikan shift hari ini.
Aku duduk di bangku kasih sambil menunggu pelanggan datang memesan. Sampai-
"Permisi, breakfast set-nya satu."
"Ah, oke. Breakfastnya satu. Semuanya jadi 18 dollar."
Aku menerima uangnya lalu memberinya kembali. Namun, ia hanya menatap diam ke arahku.
"Ehm.. sir, ini kembalian anda." Ucapan ku membuyarkan lamunannya.
"Ah ya, terima kasih. Aku duduk di sebelah pojok sana" ia menunjukkan tempat dimana ia duduk.
"Baiklah, pesanan anda akan di antar 10menit lagi. Terima kasih." Aku tak lupa memberikan senyum agar terlihat lebih ramah.
12.35 AM
Waktunya istirahat, aku harus memanfaatkan waktu istirahat untuk makan siang. Setelah ini aku hanya menjadi waitress bukan kasir. Aku pun berjalan ke dapur untuk meminta Dylan -pelayan dapur- untuk membuatkanku rice box sebagai makan siangku.
Jika kalian bertanya kenapa aku makan rice box, karena itu memang makanan pokok orang asia bukan? Meskipun aku tinggal di New York bukan berarti aku harus makan seperti orang barat.
Selesai makan aku kembali bertugas sebagai waitress. Kali ini aku mengantar pesanan meja nomor 12.
"Silahkan sir, tambahan Cheese Burger anda." Kulihat orang ini sedang melihat ke arah jendela.
"Permisi sir." Panggilku dan akhirnya orang itu menengok ke arahku.
"Tambahan Cheese Burger anda tuan."
"Ah, ya terima kasih."
Akupun memberikan senyuman tanda aku membalas ucapan terima kasihnya.
Sekarang sudah jam 2 siang. Shift pagi ku akan habis 2 jam lagi. Aku jadi teringat Sora, sedang apa anak itu?.
***
Sekarang aku sedang menuju day care tempat aku menitipkan Sora. Sesampainya di sana aku melihat Sora sedang bermain ayunan bersama beberapa temannya dengan seorang guru sedang mendampingi.
"PAPA" Teriak Sora sambil berlari memeluk kakiku.
"Hai sayang, gimana hari ini?." Tanyaku sembari mengelus puncak kepalanya.
"Sora punya temen baru pah!" Jawabnya antusias.
"Wah! Seru dong, nanti cerita ya di rumah." Balasku tak kalah antusias.
Aku pun pamit pada guru yang mendampingi. Lalu kembali ke tempatku bekerja.
"Hai Sora." Sapa Dylan ketika aku membawa masuk Sora melewati pintu belakang.
"Hai om Dyran." jawab Sora dengan aksen cadelnya.
Aku mendudukkan Sora di bangku sebelah kasir. "Kamu sini aja ya, sebentar lagi papa selesai kerjanya. Jangan nakal ya?." Aku pun menyodorkan kelingking bermaksud pinky promise dengan Sora.
"Hm! Janji."
Aku pun kembali bekerja seperti biasa.
"Ryan! Bisakah kau mengantar pesanan ke meja nomor 23?"
"Baiklah!"
***
Author POV
Seorang pria dewasa berbalut jas hitam mahal berlapis kemeja putih sedang menunggu tambahan pesanannya. Ia pun membuka laptop untuk mengecek e-mail yang masuk.
"Silahkan tuan, tambahan Iced Coffee Latte."
Suara seorang pelayan membuyarkan konsentrasinya. Ia mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang mengantar.
Ken POV
"Silahkan tuan, tambahan Iced Coffee Latte."
Siapa yang berbicara? Suaranya begitu lembut. Apakah dia seorang perempuan?.
Aku pun mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang berbicara.
Saat aku melihatnya dia seorang pelayan biasa, bertubuh kurus yang terlihat rapuh, dengan senyuman ramah, dan wajah yang... Manis.
Aku terperangah.
"Uhm.. tuan? Apa ada yang salah?." Suaranya membuyarkan lamunanku.
"A-ah, y-ya.. terima kasih."
Ada apa denganku!? Kenapa dadaku berdebar. Saat kulihat lagi, pelayan itu sudah pergi dengan raut wajah heran.
[To Be Continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fill Your Heart [DISCONTINUED]
Random[WARNING! YAOI CONTENT] [DISCONTINUED] "Bolehkah aku mengisi tempat di hatimu?." ... [RE PUBLISH]