Orang miskin itu sendiri punya tiga anak yang masih kecil-kecil. Paling tua berumur 8 tahun, yang kedua berumur 7 dan bungsunya belum genap 6 tahun." Aku ingin mereka juga menjadi orang miskin yang baik dan be ar sesuai ketentuan undang-undang. Setidaknya bisa mengamalkan kemiskinan mereka secara adil dan beradab berdasarkan pancasila dan UUD 45," begitu ia sering berkata, yang kedengaran seperti becanda. "Itulah sebabnya aku tak ingin mereka jadi pengemis!"
Tapi,seingkali kuperhatikan ia begitu bahagia,ketika anak-anaknya memberinya recehan. Hasil dari mengemis
***
Pernah suatu malam kami nongkrong di warung pinggir kali. Bila lagi punya uang hasil anak-anaknya mengemis,ia memang suka memanjakan diri menikmati kopi."orang miskin perlu juga sesekali nyatai,kan? Lagi pula, begituah nikmatnya jadi orang miskin. Punya banyak waktu buat leha-leha. Makanya, sekali-kali, cobalah jadi orang miskin,"ujarnya,sambil menepuk-nepuk pundakku. "Kalau kamu miskin,kamu akan punya cukup tabungan penderitaan,yang bisa digunakan untuk membiayaimu sepanjang hidup. Kamu bakalan punya cadangan kesedihan yang melimpah. Jadi kamu nggak kaget kalau susah." Kemudian pelan-pelan ia menyeruput kopinya penuh kenikmatanSaat-saat seperti itulah,diam-diam,aku suka mengamati wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Orang miskin yang bahagia
Short Storyhanya karna dapat kartu tanda Miskin, yang baru di perolehnya dari kelurahan, dia sudah legah dan mengganggap "AKHIRNYA DIA MENDAPAT PENGAKUAN SEBAGAI SESEORANG YANG RESMI MISKIN" coba baca deh ceritain ini serius bikin lucu dan heran ^.^