Dinda..,
Dimanakah kini?
Senandung lirih
Yang selalu membiaskan bisai
Lewat malaikat penjaga mimpiSemakin jauh
Tak kudengar lagi alunan genta
Dari kuil-kuil suci
Tempat kusemayamkan
Setangkup mahabbah bersimbah tiraniDinda,
Adakah kau dengar?
Serayu sendu
Dari salung pengembara bersimbah nista ini,
Yang berharap akan terpulas
Pada ribaan yang penuh kasih belaimuAku tak ubah shimpony
Yang perlahan sumbang
Dan terus mengais nada yang terpendar Pada lembah bingar
Yang padanya bisu mendayangDinda..,
Adakah masih terukir dalam anganmu? Saat lidah kita
Menyulam janji di rimba mimpi
Lalu kau mengecup keningku
Di penghujung senja bertirai mega kencana
Seakan kita tiada takut akan tarum
Pada cawan-cawan kaum perawahDinda...,
Bukankah Tuhan
Telah menisbatkan relung sebagai cinta untuk Esanya jiwa?Maka adakah kau nampak
Pengembara yang membiarkan diri
Tersayat belati pekat sang dewi malam?Dan berlari dalam buta
Lalu tenggelam
Pada petala nazam dan catatan bodoh tak berwatas
Demi berjumpa sang terwahai dalam wujudnyaDan dengan jiwa terkulai
Pengembara nista pun tertawan dalam keranda sang malamDinda...
Adakah kau tahu?
Setitik cahaya
Yang kunyalakan sebelum perapian menjadi abuAdalah kau...,
Pemberi terang pada galuh-galuh rimba
Karena kaulah
Cahaya itu pada tamsilku
Namun kau tak benar-benar tahu
Bahwa akulah galuh-galuh rimba itu
Yang rela menghanguskan diri
Lalu mati
Dalam kobar perapian
Agar dapat menyatu ke dalam cahaya
Meski riwayat...
Lebur bersama abu
Dan lalu tamatDinda...,
Adakah kau lihat?
Langkahku kian tertatih
Membawaku tersungkur
Pada keputus-asaanLalu
Kucoba sambangi dayah-dayah negeri maya
Kutanyai para sufi
Dan penyair-penyair ternama
Tentang arti sebuah kelana akan cintaNamun yang kudapati
Tak lebih dari seorang ahli diam tersohor pada kitab-kitab lusuh tanpa penulisAh... kumulai penat...
Dinda...,
Jika aku tak kuasa
Membuatmu pulas kedalam hangat ragawi
Semoga nazam pengembara nista ini
Kan memberimu damai
Dalam peluknya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Tak Berdarah
PoetryTapi kan kubiarkan itu, menjadi ukiran pada wajah sukma~ Lalu menjelma prasasti tentang sebuah prahara lembaran silam~ Pada riwayat seorang pengembara. Yang pernah mencoba mengulum tawa di pembaringannya~Di antara nafas-nafas yang menghembuskan arom...