# 1

5.6K 334 50
                                    

Enam jam perjalanan dari pulau jeju. Sekarang aku tepat di halaman mansion bergaya Georgian yang letaknya berada di tengah-tengah kawasan hutan lindung.

Setelah melewati pagar dengan tingkat keamanan tinggi yang mengharuskanku di periksa terlebih dulu sebelum masuk, aku kembali di buat terhenyak dengan megahnya mansion yang di kelilingi beberapa danau buatan penuh dengan ikan koi.

Belum hilang keterkejutanku, seorang wanita pertengahan abad melambai ke arahku dari depan pintu rumah. Ia berdiri dengan stelan hanbook serta lentera minyak yang menerangi tempatnya berdiri .  Aku langsung turun dari mobil dan menghampirinya yang tampak sudah sangat tidak sabaran melihatku dari dekat.

"Anneyong haseo , saya Irene yang - "

" Kau ikuti aku " pintanya tanpa sedikitpun menoleh padaku. Ia berjalan sangat cepat padahal tubuhnya sudah setengah membungkuk. "Panggil saja aku Sunyang."

Aku mendengarkannya sambil tertatih membawa beberapa barang bawaanku. Ahjumma Sunyang benar-benar tak membiarkanku bertanya ataupun membantah sedikitpun. Ia membawaku ke lorong-lorong gelap yang memang minim penerangan. Membuka beberapa pintu geser yang ku yakini adalah halaman belakang dari mansion yang dibangun campuran ala georgian dan jepang ini. 

"Sebelah kiri adalah dapur - " ahjumma menunjuk lorong gelap yang bahkan tak tampak jelas olehku, saat aku menoleh lagi, dia sudah berada di anak tangga teratas tengah menilikku tajam , "Cepatlah !" hardiknya setengah berbisik.

Sampai disini, aku hanya bisa menelan ludah sambil merengut kesal.

Di ruangan berikutnya, ahjumma menunjuk kamar dengan pintu kayu ukir besar di sudut , "Itu kamar tuan muda tertua - Jiyong. Besok kau akan bertemu dengannya jam delapan pagi, siapkan dirimu satu jam sebelum bertemu dengannya " ujarnya cepat dan kembali berjalan.

Kali ini ia menggeser pintu kayu lalu menunjuk lewat lentera minyaknya. Kamar kecil berukuran dua kali tiga meter yang dapat ku asumsikan adalah kamarku.

"Ini kamarmu. Karena tugasmu adalah mengawasi dan melayani tuan muda - Mino, kamarmu sengaja bertepatan dengan kamar miliknya agar mudah dijangkau."

Aku bahkan tak menyadari ada pintu besar lagi tepat di depan kamarku. Ahjumma mendekatkan telinganya pada daun pintu lalu memberi isyarat agar aku diam. Aku berani bersumpah, rumah ini sudah tenang sejak aku sampai di depan rumah. Ini bahkan terlalu sunyi untuk di tinggali oleh manusia ..

"Tuan muda kedua memiliki banyak gangguan. Terutama gangguan tidur di tengah malam. Sewaktu-waktu ia akan berteriak tanpa sebab. Dan tugasmu adalah menenangkannya dengan mengelus kepalanya hingga ia kembali tertidur atau menyuntikkannya obat tidur  yang ada didalam laci jika hal itu tak berpengaruh padanya."

Aku menganggguk paham , karena aku pernah mendengar ini sebelum aku mengajukan lamaran kerja ke rumah ini. Menjadi pelayan rumah tangga dan pelayan keperluan pribadi tuan muda Mino yang aku dengar juga seorang depresian ..

"AAAKKKK !! "

Aku terkejut mendengar teriakannya dari dalam kamar. Sunyang langsung mencari kunci dan membuka pintu , "Lakukan."

"Ndee? " tanyaku bingung , ahjumma tetap tak mendengarkan bantahanku dan malah mendorongku masuk ke dalam kamar. 

Didalam sini bahkan lebih gelap. Karena terlalu panik, aku sampai menabrak beberapa meja pendek dan kursi yang tak tampak hingga menciptakan bunyi mengganggu , "SIAPAAA !! PERGI !! PERGI !! "

Aku mengerjap lalu setengah berlari menghampiri ranjang tuan muda. Dia berteriak dengan mata yang masih tertutup. Aku menghela nafas lega sambil melakukan apa yang dikatakan ahjumma padaku tadi.

Mengelus kepalanya hingga kembali tertidur tenang ...

Lucu sekali. Tuan muda bukan seorang anak berumur delapan tahun untuk diperlakukan seperti ini. Tapi dia benar-benar tenang sekarang..

"Eomma - " igaunya. Aku menarik selimut tebalnya hingga ke dada. Tepat saat itu pula, tuan muda mendadak membuka matanya. Menggeliat lalu menatapku tepat di mata.

"Jangan berhenti - " bisik Sunyang dari arah pintu. Aku menoleh berulang kali memastikan apa yang diisyaratkan Sunyang lagi padaku. Sunyang menunjuk jarum suntik yang ada di dalam laci. Saat tanganku diam-diam meraba nakas menuju jarum suntik , tuan muda menarik sebelah tanganku hingga aku jatuh tepat didadanya..

"Pergilah sebelum kau menjadi mangsa berikutnya - " bisiknya dengan suara teramat parau.

Aku masih mencerna ucapan tuan muda dicela-cela Sunyang kembali bertanya padaku dari tempatnya. 

Kalau Sunyang risih melihatku menjalankan tugas dengan lamban, kenapa bukan dirinya langsung yang datang dan memberi obat penenang? Daripada berdiri gelisah seperti takut akan diterkam oleh monster?

Aku mencoba bangun dan kulihat tuan muda telahpun menutup matanya kembali. Sekali lagi aku menghela nafas lega dan menganggap semua tak pernah terjadi. Terutama ucapannya tadi yang sempat membuatku merinding.

Sunyang menutup pintu kamar lalu diam dengan pandangan menusuknya. Setelah kuperhatikan dengan dekat, diwajahnya terdapat goresan dalam hingga salah satu matanya sedikit tertutup ..

"Lakukan seperti tadi setiap kali ia terbangun. Kalau tak berhasil, suntikkan saja jarum itu sekuat tenagamu agar si pembuat masalah itu tidak menyerangmu."

Aku mendelik mendengarnya terus mengumpat meninggalkanku. Setelah Sunyang benar-benar pergi di telan gelapnya ruangan , aku langsung terduduk lemas di depan kamarku. 

Mana yang harus kutakuti lebih dulu? ucapan tuan Mino yang menyuruhku pergi ? atau sikap Sunyang yang kuhendus juga sama menakutkan dan mencurigakan itu ..


tbc



[MINRENEJI SERIES] THE HOUSEMAID (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang