Seperti yang dikatakan Sunyang tadi malam, aku harus bersiap menemui sang pemilik rumah - Tuan Kwon Jiyong satu jam lagi.
Karena aku sudah terbiasa bangun pukul lima pagi, maka serentetan tugas rutin pertama yang diberikan Sunyang selesai kulakukan dengan cepat. Dari membersihkan bath up si kecil Mino ( aku menganggapnya begitu karena gangguan susah tidurnya itu ) karena Mino suka berendam lama-lama di dalam bath up. Jadi , dia juga menginginkan tempat itu bersih dari lumut dan kotoran. Menyiapkan pakaiannya yang kuletakkan di nakas tengah. Obat anti depresinya serta mengganti air di dalam vas bunga mawar miliknya.
Saat aku mondar-mandir di kamarnya, Mino sama sekali tak terganggu. Ia tetap terjaga dalam tidurnya dan tak lagi mengigau seperti malam tadi. Lewat pencahayaan lentera minyak yang kuletakkan di sudut jendela, aku bisa melihat jelas rupa sang pemilik kamar. Wajahnya memang standart para bangsawan kebanyakan. Dia cukup tampan , memiliki rahang yang tegas dan bibir yang tipis.
Aku menggeleng cepat saat menyadari dimana posisi kepalaku semalam ...
"Ikut aku ke ruang makan. "
Ahjumma Sunyang langsung membuyarkan semua lamunanku. Aku lantas mengekorinya lagi dari belakang menuju ruangan yang ia maksud.
Aku terus menunduk saat mengikuti Sunyang. Ketika kaki meja makan sudah sangat dekat didepan mataku, aku mengangkat kepalaku dan langsung bertemu pandang dengan Tuan Kwon.
Disitu lututku langsung melemas..
Tuan Kwon benar-benar sosok pangeran dongeng yang sesungguhnya. Kharismanya langsung terpancar begitu saja walaupun dia hanya mengenakan kemeja putih dan celana olahraga kelonggaran.
"Irene-ssi? " panggilnya saat selesai membersihkan remah roti di sudut bibirnya. Aku tak berhenti gemetar kecil saat dipandang olehnya setajam itu, " I..ya."
Tuan kwon tersenyum ramah padaku. Mata elangnya seperti tengah memindai penampilan baruku pagi ini. Oh..khusus untuk pelayan muda, mereka menyiapkan dress maid merah terang sebagai pakaian resmi. Aku mencoba berpenampilan sebaik mungkin untuk bertemu Tuan Kwon pagi ini. Aku harap riasanku tidak terlalu mencolok baginya ...
"Senang bertemu denganmu. Semoga kau menikmati pekerjaanmu disini."
Ia kembali tersenyum manis padaku. Aku yakin semburat merah di pipiku sangat terlihat jelas di wajahku..
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk - "
Tuan Kwon berdiri lalu meraih tanganku. Ia bahkan mencium punggung tanganku sambil menutup mata. "Tentu, karena pekerjaanmu bukanlah hal yang mudah."
Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku untuk menghilangkan kegugupan. Tuan Kwon malah melihatku dengan ekspressi bingungnya yang lucu , "Apa kau demam?" godanya lagi yang langsung membuatku mundur selangkah untuk menjauh.
"Aa..nnii - "
"Tuan, ini sudah waktunya " Itu Sunyang yang datang memotong perkenalan kami. Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya agar kembali ke keadaan normal.
"Ah iya. Irene-ssi, temui aku satu jam lagi yah. Lanjutkan dulu pekerjaanmu."
Entah mantra apa yang ia miliki untuk membuatku tak bosan melihat wajahnya. Senyumnya membuatku yakin, kali ini aku tidak salah memilih majikan ...
***
Rasanya satu jam itu bergerak begitu lambat. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya lagi walaupun itu hanya sekedar menemaninya membaca diperpustakaan atau mengantarkannya pergi beraktifitas hingga ke gerbang utama.
Pikiranku kembali normal saat kaki ini sudah berada di depan kamar tuan muda kedua. Entah kenapa perasaan suram langsung menyertai kedatanganku ke kamar ini.
Untuk berhati-hati, Sunyang menyarankanku untuk menjaga jarak dengan Tuan muda Mino. Dia memang adik kandung Tuan Jiyong, tapi sifat dan karakter mereka sangatlah berbeda.
Mino lebih dikenal sedikit kasar jika gangguan mentalnya itu kambuh. Bahkan Sunyang mengantipasiku dengan cerita, pelayan sebelumku pernah di cekik nyaris mati oleh Mino. Jadi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, mereka membuat lubang kecil rahasia untuk memantau Mino dari luar kamar. Letaknya tepat menghadap tempat tidur Mino. Dan lubang itu tidak diketahui olehnya selama ia menempati kamar ini.
Akupun memastikan lebih dulu seperti yang disarankan Sunyang padaku ..
Dirasa cukup aman, aku melangkah masuk dengan amat sangat tenang. Tak ingin berlama-lama , akupun segera meletakkan obat tradisional yang disiapkan pelayan dapur di meja sebelah ranjangnya.
Kupercepat pekerjaanku merapikan beberapa barang yang tak tertata pada tempatnya sekalian mengutip beberapa pakaian yang tercecer di kaki ranjang. Tak lama suara kran air berhenti mengalir, berganti dengan dengan suara engsel pintu kamar mandi yang terbuka.
Tuan Mino keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang tersampir menutupi bagian tengah tubuhnya. Kami memang saling bertemu pandang, tapi entah mengapa ia hanya diam mengamatiku tanpa ekspressi lalu berjalan mendekati pakaian yang telah kusiapkan.
Wajahnya pucat ditambah bibirnya yang mengering. Walaupun aku tepat dihadapannya, Mino seperti tak melihatku sama sekali. Lewat sinar matahari langsung dari jendela kamarnya, aku bisa melihat jelas kantung mata serta wajahnya yang lebih mirip mayat hidup.
Aku tertegun melihat Mino tanpa risih mulai memakai pakaiannya dihadapanku. Reflek aku membalikkan badan untuk keluar kamar ...
"Kenapa kau tidak mendengarkanku?"
"Ndee?" jawabku spontan ketika pertanyaan itu ditujukan padaku. "Aku menyarankanmu untuk segera pergi dari rumah ini. Apa semalam kau tidak mendengarnya?"
Tubuhku dipaksa berbalik menghadapnya. Mata Mino tersirat kemarahan disana. Ia menatapku tajam seperti akulah mangsanya. Nafasnya naik turun menahan emosi , "Pergi , sebelum terlambat !!" bentaknya kemudian.
Aku meronta karena terus diterkam dengan cengkraman tangannya yang kuat di kedua lenganku. Dengan alis mata bertaut menantang aku berkata padanya , "Pergi untuk hal apa? katakan dengan jelas , kenapa aku harus pergi dari rumah ini?"
Pandangan Mino melunak. Ia melepaskan cengkramannya lalu mulai kebingungan. Karena tak ada lagi yang harus di perdebatkan, akupun melengos keluar kamar.
Pintu ku tutup dengan perlahan. Saat itulah mata kami bersinggungan lagi. Mino yang terduduk di tepi ranjang mengangkat kepalanya seolah mengawasiku tanpa mengucap sepatah katapun padaku.
Tapi dari matanya , aku menangkap apa yang coba ia katakan. Bahkan kata yang masih terngiang di telingaku ketika ia berbisik padaku malam tadi ...
"Tolong aku .."
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[MINRENEJI SERIES] THE HOUSEMAID (18+)
Mystery / Thriller++ Beberapa cerita mengandung adult scene , mohon kebijakannya ( '・・)ノ ++++++++++++++++ Aku hanya seorang pelayan rumah tangga biasa .. Yang mencoba untuk tidak tau , tidak peduli dan tidak ingin ikut campur apapun yang ada di rumah ini. Tapi ... Te...