# 3

3.6K 301 105
                                    

Sekarang aku berada di ruang kerja tuan Kwon. Dengan kemeja putih berdasikan kupu-kupu, Tuan Kwon semakin menunjukkan sisi artistiknya untuk selalu ingin dipuja. Semakin lama ku lihat, beliau seperti sosok malaikat yang turun dari langit ..

Apa aku terlalu berlebihan?

"Sudah puas memandangku ?" Tuan Kwon sengaja menyipitkan matanya seraya tersenyum menggoda. Aku langsung menunduk begitu ia menangkap basah perbuatanku.

Tuan Kwon kembali ke mejanya setelah memeriksa semua kesehatanku. Karena beberapa bulan terakhir  kabar tentang  wabah cacar kembali menyerang, tuan Kwon meminta para staf dan penghuni rumah untuk melakukan pemeriksaan dan vaksinasi. Agar nantinya, rumah ini tetap aman dari ancaman wabah.

Dan aku baru tahu,  kalau Tuan Kwon adalah salah satu dokter terbaik untuk wilayah Jeju...

"Empat belas hari - " Tuan Kwon dengan memonya. Ia melirikku sejenak sebelum atensinya jatuh pada Sunyang yang berdiri tak jauh dariku. Aku memiringkan kepala penuh tanya,  " - ehmm maksudku, selama empat belas hari kedepan kau akan ku berikan vitamin untuk mencegah penularan."

Aku mendengarkan dengan seksama sambil terus mengamati ruang kerja tuan Kwon. Ruang praktek kedokteran sekaligus perpustakaan pribadinya ini begitu rapi dan tertata. Aku terkagum-kagum dengan beberapa buku yang terjajar rapi serta dekorasi ruangan yang juga bernilai seni.

"Walaupun kau bekerja disini, anggap saja seperti rumah sendiri. Jangan sungkan bertanya padaku ataupun Sunyang jika ada hal yang tak kau pahami."

Aku mengangguk antusias untuk menanggapi ucapannya. Ia kembali membalasnya dengan senyum manisnya. Aku terus mencuri pandang pada tuan Kwon saat ia mulai menulis catatan penting pada jurnalnya. Terlalu asik sampai tak menyadari seekor kumbang pohon bersandar pada bahunya ..

"Ah..maaf tuan Kwon, itu ada - " tuturku sambil menunjuk sang kumbang. Begitu tuan Kwon menoleh, senyumnya menghilang.

Setelah melibas sang kumbang , ia lalu menginjaknya dengan kesal. Sangat kesal hingga umpatan dari berbagai bahasa yang tak ku pahami terus meluncur dari bibirnya. Aku meneguk ludah tertegun ...

"Ndee. Apa ada lagi yang harus ku lakukan?" tanyaku basa-basi. Tuan Kwon yang tampak lelah melawan kumbang tak berdaya itu lalu menoleh padaku dengan sisi dirinya yang berbeda. Ia tampak marah ..

"Ehmm - " Belum sempat tuan Kwon berucap, pintu kayu terbuka perlahan. Kami bertiga sama-sama mengalihkan perhatian pada seseorang yang dengan gegabah masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. 

Begitu yang tampak adalah tuan Mino, Sunyang dan tuan Kwon serta merta menilik Mino dengan pandangan tak suka. Aku lantas berdiri dari kursiku untuk segera bersiap. Mungkin tuan Mino datang kemari untuk menanyakan sarapan paginya ...

"Aku ingin di periksa hyung - " ujar tuan Mino terbata-bata. Tuan Mino mendekat enggan sambil terus menggigit ujung kuku jari tangannya, "- obat penenang itu seperti tak bekerja untukku " sambungnya lagi tanpa sedikitpun menatap lawan bicaranya.

Tuan Kwon dari mejanya tersenyum tipis lalu memanggil Mino untuk segera mendekat. 

Aku yang merasa tak memiliki tugas apa-apa lagi disini, menunduk untuk berpamitan. Saat itulah aku menyadari jika dilihat dari dekat , keduanya tampak mirip.

***

Selesai membersihkan kamar , aku segera beranjak menuju dapur. Dari atas lantai satu aku melihat tuan Mino keluar dari ruang kerja tuan Kwon dengan tatapan lesu. Pelayan dapur memanggilku dengan amat lembut. Tapi dari ekspressinya dia sangat enggan untuk bertemu muka dengan seseorang yang ia lirik lewat ekor matanya...

"Ini obat untuknya." Pelayan itu langsung lari ke dapur setelah memberi nampan berisi obat. 

Suara sol sepatu kian mendekat , tuan Mino berdiri di satu anak tangga dengan wajah yang dibuat terpaksa untuk tersenyum , "Racunku sudah datang yah."

Aku mengeryit tak mengerti, tapi setelahnya tuan Mino melenggang pergi melewatiku menuju ruang makannya. Aku mengekorinya hingga ia duduk tenang di mejanya.

Seperti sarapan tuan Kwon pagi ini, Mino menyantap semua itu dengan lahap. Sesuatu yang mengusikku hanyalah nampan berisi obat-obatan.

 Apa sakitnya separah itu?

"Pelayan itu begitu ketakutan melihatku yah?" tanyanya tanpa melepaskan genggaman roti tawar berisi bacon ditangannya. Sesekali ia mencuri pandang padaku kemudian kembali menunduk. Aku mengangguk untuk membalas pertanyaannya.

"Kau juga takut padaku?" tanyanya lagi. Dan aku cukup tertegun dengan caranya menatapku. Dimatanya terlihat sangat letih dan juga sedih. Aku berulang kali mengalihkan diri agar tak terpancing dengan puppy eyes itu ..

"Awalnya begitu. Mereka terus memperingatkanku dengan kejadian kau yang - "

Mino meletakkan gelas susunya memotong ucapanku , " - mencekik seorang pelayan?"

Spontan aku mengangguk dan mulai mengantisipasi dirinya yang mulai berdiri mendekatiku. Aku terus menunduk mengawasi langkahnya dan ...

Mino mengambil sesuatu di pundakku. Sekali lagi, itu adalah seekor kumbang pohon. Berbeda dengan tuan Kwon, Mino dengan tenang meletakkan kumbang itu ke pundaknya. Bermain dengan sang kumbang seolah itu adalah temannya. 

Dan ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum hangat ..

"Aku tidak melakukannya. Itu rumor - " ucapnya kini kembali murung. "Aku tidak gila. Aku baik-baik saja .. "

"Semua pasien yang dianggap kehilangan akal juga akan menyatakan dirinya baik-baik saja " jawabku asal yang langsung mendapat kerutan kesedihan di wajahnya. Aku cepat-cepat menutup mulutku karena kelepasan bicara.

Mulai mundur teratur, takut kalau tiba-tiba saja ia akan menyerangku ..

"Mereka semua tidak ada yang mau bicara denganku. Aku senang kau mau menjawab dan bicara denganku , Irene-ssi."

Mino melangkah melewatiku. Mendekati jendela lalu meletakkan kumbang itu pada pinggiran pot bunga. Cahaya matahari yang menyinari wajah dan kemeja putih terawangnya itu cukup mengalihkan perhatianku. 

Dari rasa takut menjadi rasa iba. 

"Aku mengingatkanmu sekali lagi Irene-ssi. Pergi dari rumah ini - "

Kalau sikapnya setenang ini, aku bisa percaya bahwa dia tidak gila. Tapi siapa yang akan menduga hal-hal yang akan terjadi kedepannya?

"Lalu kenapa kau berbisik minta tolong padaku? Apa ada sesuatu dirumah ini ?" tanyaku serius , saat tuan Mino kembali berjalan mendekat ke arahku.

Kurasakan tangan dinginnya menyentuh pipi dan leherku. Melihatnya sedekat ini, mataku teralihkan pada luka goresan yang cukup dalam di sebalik kemeja putih menerawangnya. Bahkan jika di perhatikan lebih dekat lagi , ada bekas kebiruan di kening yang tertutup rambutnya yang basah ..

Mino mendekati telingaku dan berbisik , "Yah.. tempat ini sangat berbahaya , Irene-ssi."

.

.

tbc

[MINRENEJI SERIES] THE HOUSEMAID (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang