#1 Bau eek

104 8 10
                                    

#1 Bau eek

●Cepet●

"PAK GUNDHULL!!" teriakku ga sabaran. "Ciloknya satu pak , yang Rp2.000,- aja yeee..."

"Okeee" sahut Pak Gundhul. Ia segera meneruskan melayani pembeli yang lain.

Aku langsung menoleh ke arah tempat duduk yang sudah dipenuhi orang-orang. Waduh , ni orang banyak gini , mana tempat duduk udah penuh lagi. Aizz...

Aku ngomel ngomel sendiri sambil hentakin kakiku. Aku tau. Childish banget. EGP ah.

Aku segera berhenti mengomel setelah namaku dipanggil menandakan bahwa cilokku udah siap. Aku mengeluarkan uangku trus dikasih ke Pak Gundhul yang menerimanya dengan cengengesan. Padahal uangnya cuma dua ribu eh cengengesan pula. Gigi depannya jadi kesapu kumisnya kan. Eww.

Aku lagi jalan mau balek ke rumah eh ada genangan air trus kepeleset. Emang dasar habis hujan.

Aku lagi menanti pantatku menyentuh aspal yang menyakitkan tetapi tak kunjung datang. Malah , aku merasa ada yang menarik lenganku sehingga aku ngga jadi jatuh.

Tubuhku miring gitu , muka aja 45 derajat dari aspal. Cilok udah kelempar ntah kemana. Lumayan sih kan bisa ngasih makan kucing.

Aku segera menoleh ke arah orang ini saking cepatnya leherku mungkin bisa patah. Heran sih siapa orangnya.

Tetapi setelah mengenali muka orang itu , mataku menonjol gede.

Itu bukannya Sabat? Sabat Kael?
Nggak , nggak mungkin deh.
Ah itu beneran Sabat!!

Aku ga sadar kalo selama aku lagi mikir tentang dia , dianya lagi ngeliatin aku dengan ekspresi yang gak bisa kukenali.

Beberapa detik kemudian dia yang mulai percakapan , "Wah , hati-hati dong lain kali jalan. Yah hujan juga sih , kan licin. Salahin hujan aelah ye." katanya sambil tertawa kecil. Aku juga ikut tertawa.

Orangnya humoris juga ya hem.

Kami saling bertatapan lagi sampai dia akhirnya sadar dan menarikku hingga aku bisa berdiri lagi. Suasana jadi canggung deh.

"Emm.. Kamu Sabat kan?" tanyaku untuk memastikan.

"Iya. Kamu..Grace?"

"Emm biasa dipanggil Cepet sih hehehe"

"Oh"
Tidak... mungkin dia kecewa dari yang namanya bagus , "Grace" malah aku suruh panggil "Cepet". Bodoh.

Setelah itu hening mencekam sekali sehingga dia memutuskan untuk menawarkan membelikanku cilok.

Mungkin karena dia merasa kasihan soalnya aku pentingin kasih makan kucing di samping kali daripada perut sendiri. Eh , yang dipinggir kali ayam ga sih? Aih bodo ah.

Aku merasa ga enak , mana dia udah tolong pas aku jatuh masa minta ganti cilok? Jadi kutolak.

"Ngga deh , makasih. Em , aku pulang aja ya? Udah sore entar bakalan di hajar sama emak kalo ngga pulang. Makasih ya.. Sabat." kulemparkan senyum terakhir sebelum membalikkan badan dan pergi.

Ini memang seharusnya adegan romantis / dramatis. Tapi realita? Komedi ngakak.

Yang seharusnya Sabat memanggilku lagi dan meminta nomor hp atau id line atau apa kek gitu malah menjadi dia menggendongku pulang.

Kenapa?

Aku nabrak gerobak sate.

Saking pedenya balik badan sambil cengengesan terus mau pergi kayak drama-drama korea gitu eh ngga taunya ketabrak gerobak sate.

Cilok Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang