Chapter Two

13 2 0
                                    




"Di! Adrian ngeliatin lo terus tuhh". Seru Sarah saat di kantin.

Diana menoleh ke meja seberang tempat Adrian dan kawan-kawannya berkumpul. Mata mereka sempat berpapasan, cukup lama. Hingga akhirnya Adrian membuang mukanya.

"Mata lo seliwer". Sergah Diana menyeruput jus nya.

"Ahh masa sih? Ngeliatin lo tau, Di! Tuhh dia curi-curi pandang lagi". Sarah menepuk-nepuk tangan Diana sambil menunjuk dengan dagunya.

'Peduli amat! Gue masih dendam sama dia' Runtuknya dalam hati.

"Dia naksir kali yaa sama lo, Di?" Sekali lagi Diana dibuat tersedak oleh ucapan Sarah.

"Apa-apaan sih lo, Sar! Ogah gue sama yang model begitu". Diana bergidik ngeri sambil mengalihkan penglihatannya.

"Hahaha!! Selaw aja kali, Di. Emosi banget lo. Naksir beneran aja baru tau rasa!" Goda Sarah menjadi-jadi bikin Diana makin bete aja.

Setelah insiden , perilaku Adrian jadi aneh banget. Yang katanya jarang pulang sekarang malah dirumah terus. Tante Miranda sendiri heran dikira anaknya kesambet jin tomang entah dari mana.

Diana tidak mengindahkan perkataan Sarah. Dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana jika Adrian adalah pacarnya. Apalagi sekarang mereka tinggal dalam satu atap. No way!!

###

Pikiran Adrian jadi nggak karuan, bayang-bayang Diana terus muncul. Dia mengisap kembali rokoknya, menghembuskan kebulan asap dari hidungnya. Adrian memang perokok aktif, hobinya ini udah dia jalanin sejak SMP saat dirinya masih abg labil yang mudah terpengaruh lingkungan ditambah broken home, masa remaja Adrian kian terpuruk dalam pergaulan sesat.

"Uhukk... Uhukk" Adrian menginjak putung rokoknya dan membuka jendela besar disampingnya agar asapnya menghilang.

Diana mengibaskan tangannya menyingkarkan bau rokok yang ada disekitarnya, sedangkan tangan yang lain menutup hidungnya. Adrian stupid, ngerokok dikamar, mending jendelanya dibuka. Nah ini ditutup rapat serapat-rapatnya, nggak mati apa tuh orang.

Ini nih yang bikin Diana benci banget sama rokok. Baunya itu loh, kok ada ya yang tahan. Diana emang nggak pernah ngerokok, nyentuh aja nggak karena riwayat asma yang dideritanya. Jadi bisa dibilang Diana dan rokok adalah musuh bebuyutan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Adrian. Saking sibuk nyingkirin asep, Diana sampai nggak sadar Adrian udah ada di depannya. 'Kapan jalannya deh, kok gue nggak liat'

"Uhukk.. Uhukk.. Gue nyium bau-bau aneh di kamar gue, uhukk.. pas gue cari ternyata lo lagi ngerokok disini. Uhukkk... Gue.. nggak bisa hirup asep rokok" Ujar Diana terbata-bata dselingi batuknya yang tak terkontrol.

"Oh, sorry gue nggak tau" Tukas Adrian. Kedua kalinya Adrian minta maaf, Diana yakin sebenarnya nih anak baik, tapi sayangnya aja brutal. Dari nada bicaranya juga kayaknya tulus, beda gitu sama biasanya.

"Shit!" Umpatnya. Asmanya kambuh, Diana merasa nafasnya sesak sekali. Ia berlari ke kamarnya, mencari benda yang ia butuhkan disaat seperti ini. 'Dimana sih tuh barang, giliran dicariin ngilang' Diana mengobrak-abrik laci nakasnya.

Bahaya kalau inhaler nya nggak ketemu, Kemungkinan dia akan pingsan lalu berujung ke rumah sakit dirawat seminggu. Diana pernah mengalaminya beberapa kali dan dia nggak mau hal itu terulang, kasihan Tante Miranda kalau harus kerepotan ngurus dia sakit.

"Nyariin apa?" Adrian berdiri sambil mengangkat satu alisnya sedangkan Diana membungkuk mencari obatnya.

"In.. ha..ler" Suara Diana nyaris hilang. Diana nggak kuat lagi, ia mulai kesulitan bernafas. Kepalanya pusing, matanya kunang-kunang, bahkan Adrian ada dua dan sekeliling kamarnya berputar kayak gasing.

Star Crossed LoverWhere stories live. Discover now