2

26.9K 122 2
                                    


Sudah 2 bulan semenjak kak Vian mengirimiku sms, aku semakin mengenal dia. Dulu aku hanya mengenalnya (sebatas nama dan orang), mama jarang sekali membicarakan kak Vian dan keluarganya atau mungkin karna aku masih terlalu kecil, tapi setelah papa meninggal, aku mulai sedikit mengenal kak Vian. Sebenarnya aku sudah banyak mendengar cerita-cerita tentang kak Vian maupun keluarganya dari mba Ranti. Mba Ranti dan aku sangat berbeda dalam segi sifat dan pergaulan. Aku lebih banyak diam dan cerewet pada orang-orang tertentu yang mengenalku sejak lama contohnya mama, mba Ranti, tante Mirna, Bude Siti serta om dan kakak-kakakku dari bude Siti. Aku akan mengurung diri di kamar bila ada saudara yang kurang aku kenal. Mba Ranti berkebalikannya, dia selalu ceria, selalu enak diajak ngobrol, tidak pernah malu dan selalu bisa mencairkan suasana dan gampang dekat dengan siapapun. Itulah yang kadang aku irikan.

Balik lagi ke kak Vian. Dia yang aku tau sedang berkuliah ternyata mengambil jurusan arsitektur. Dia memang pintar menggambar, aku sering melihatnya menggambar dulu, hobinya bermusik seperti kebanyakan anak laki-laki. Keahliannya menggambar memang tidak diragukan lagi membuat aku sering meminta saran untuk tugas-tugasku. Aktifitas komunikasi kami memang sebatas teman sms. Kak vian orang yang mengasyikan untuk berbicara macam-macam, memiliki selera humor yang cukup baik, aku bahkan menjadikannya teman bosan atau orang yang akan aku sms kalau aku bosan.

------------------------.--------------------------

"Ma, Mama... Assalamualaikum." seruku dari luar gerbang yang dikunci.

"Disms aja dulu, Mir. Mungkin mama kamu lagi keluar." Saran Andy.

"Oya ya. Bentar ya."

"Tenang, aku temenin kok." Jawab Andy. Aku langsung mengambil hpku dan mengirim sms pada mamaku.

Oya, kenalin nih. Andy. Dia cowok yang lagi deket sama aku. Orangnya baik banget tapi juga rese. Dia temanku SMP, kebetulan rumah kami searah dan sekolah kami walaupun berbeda tapi juga bersebrangan. Beberapa kali aku diantar pulang oleh dia naik sepeda. Dia memang selalu berangkat sekolah dengan sepeda dan hanya untuk urusan penting menggunakan motor. Keluarganya memang cukup sederhana. Aku udah naksir sama dia dari jaman SMP dan apesnya dulu malah deket sama temennya, Aris, padahal niatnya ndeketin Aris buat bisa deket sma Andy. Tapi tuhan baik banget sekarang dikasih waktu buat deket.

"Andy, mama belum bales juga nih." Kataku setelah menunggu beberapa menit sambil duduk didepan rumah.

"Emang sama sekali ga ada orang ya di rumah? Kok kamu ga bawa kunci si?" tanyanya.

"Iya, mba Ranti masih kelas tambahan deh kayanya. Tadi pagi aku udah mau telat makanya kelupaan kuncinya di kamar." Jawabku.

"Yaudah tungguin aja. Apa mau ke rumah aku dulu nuggunya?" tawarnya. Ide bagus juga daripada disini, tapi aku juga lapar tapi ga enak kalau makan di rumah Andy.

"Boleh si, tapi makan aja yuk." Ajakku.

"Ya makan dirumah aku aja. Ibu pasti udah masak dan seneng ketemu kamu."

"Ga mau ah, ngrepotin kamu."

"Gapapa. Yuk!" ajaknya lagi, sambil menyodorkan tangan setelah dia berdiri.

Sebuah motor berhenti disebelah kami.

"Itu mb Ranti, mir." Sahutnya. Aku langsung menengok. Iya itu memang mba Ranti yang tumben jam segini udah pulang.

Tapi yang aneh kok tumben ga sama mas Galang. Mas Galang itu pacar mba Ranti yang sebenarnya ga cakep-cakep banget entah kenapa mba aku mau hahahaha maaf mas aku mengejekmu. Eits aku perhatikan mukanya kok familiar ya.

Ranti POV

"Makasih ya,mas. Ntar kapan-kapan jalan lagi aku yang traktir." Sahutku sambil tersenyum.

If I canTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang