30. Jebakan!

10.8K 465 6
                                    

"Siapa dia Sifa?" tanya Wisnu saat Sifa mengajak seorang laki - laki kerumah Wisnu. Ralat, kerumah Sifa. Karena sekarang rumah besar dan perusahaan Wisnu adalah miliknya. Dia telah membayar sebesar 5 M sebagai pinjaman dengan bunga 10%. Ini sebenarnya menyalahi undang - undang persimpan pinjaman, memberi bunga yang terlampau besar. Sayang sekali, si Bodoh Wisnu tak menyadari saat menandatangani surat perjanjiannya. Kemenangan seutuhnya bagi Sifa

"Dia? Perkenalkan dia Axel, dia adalah bodyguardku" terang Sifa. Axel? Pemain barukah? Bukan.

Axel adan Ando yang menyamar. Dengan mengubah beberapa tampilan di wajahnya membuat Wisnu tidak mengetahui siapa pria itu

"Body guard? Untuk apa kau menyewa body guard?"

Sifa tersenyum "Kau tau? Kau meminjam uangku sebesar 5 M, jika saat aku akan menagih hutang, aku takut kau akan...." Sifa tak melanjutkan kata - katanya. Dia melangkah mendekati Wisnu dan berbisik "Memutilasiku" lirihnya di telinga Wisnu

"Mana mungkin. Aku mencintaimu Sifa" jawab lantang Wisnu. Sifa tersenyum

"Dulu kau juga mencintai istrimu, Ambar" bisik Sifa lagi. Wisnu hanya terdiam

"Ah sudahlah, Axel akan tetap tinggal di sini" terang Sifa tak terbantahkan

"Siapa yang memberimu ijin Sifa? Kau jangan seenaknya, ini rumahku!" jawab Larasati cukup emosi

Sifa tersenyum "Ya seminggu lalu ini rumahmu ibu, tapi sekarang.. Ini sah menjadi rumahku" senyum Sifa memgembang

"Apa maksudmu?? Kau adalah istriku, rumah ini juga milikku!!" teriak Wisnu kencang

"Rendahkan suaramu Wisnu!!" bentak Sifa "Aku hanya istri siri mu! Kau lupa?"

"Sifa kau..." Larasati sepertinya sudah mulai paham, akan jalan pikiran Sifa. Dia dan putranya sudah terkena jebakan Sifa.

"Sssttt.. Ibu! Jangan teriak - teriak. Sebaiknya ibu berberes rumah, daripada teriak - teriak" perintah Sifa

"Beraninya kau!!" Wisnu hendak mencekal lengan Sifa namun Axel (Ando) lebih cepat menahan tangan Wisnu

"Kamu mau pukul aku? Wow!" Sifa menghela napas lalu melipat tangannya di dada "Sebaiknya kalian jaga sikap, sebelum kalian aku usir dari sini. Dan satu lagi, aku adalah nyonya rumah di sini jadi kalian harus menuruti semua mauku"

"Seenaknya aja kamu perintah saya, kamu tidak tau siapa saya hah??" teriak Larasati

Sifa tertawa "Dulu saya sering sekali mendengar kata - kata ini. Saya adalah Kanjeng Ratu bla bla bla, begitu?" Ujar Sifa dengan nada meledek lalu menatap tajam Larasati "Tapi setauku, kamu adalah pembunuh biadap"

"Jaga bicaramu!!!!!" teriak Wisnu

"Kalian berdua adalah pembunuh, selain membunuh anakku kalian pun telah membunuh Ambar dengan keji!!"

"Mak-maksud kamu? Membunuh anak? Anakmu??" Larasati semakin kuat akan feelingnya, bahwa Sifa adalah Nina.

"Tidak perlu di jelaskan! Kerjakan apa saja yang aku perintahkan, atau kalian akan menjadi gembel dan mendekam di penjara!!" ujar Sifa sembari berlalu meninggalkan Wisnu dan Larasati yang menahan emosinya.

Sifa menaiki anak tangga bersama Axel, namun sebelumnya dia menoleh "Segera bersihkan rumah dan cuci mobil, lalu masak! Karena aku tidak suka melihat rumah berantakan!!!" perintah Sifa lalu berbalik meninggalkan mereka yang menggerutu kesal

"Sial!! Dia menipu kita Wisnu!!" ujar Larasati

"Bu, aku rasa dia.. Dia.."

"Dia Nina! Sudah aku katakan kan, dia adalah Nina. Dia adalah iblis bermuka dua!!"

Wisnu terduduk dilantai kedua kakinya melemas mendengar bahwa istri keduanya adalah Nina. Dia dengan mudah tertipu oleh wanita ular itu. Wisnu dan Larasati tentu tidak akan mau hidup ngegembel atapun berada di penjara

"Kau harus cari cara untuk merebut kuasa rumah dan perusahaan kita!" desis Larasati yang diangguki lemah Wisnu.

***

Aku berperan sebagai body guard Sifa, dan semua akan berjalan sesuai rencana awal kami. Aku takut Wisnu dan Larasati akan menyakiti Sifa, jadi aku memilih menjadi body guard demi menjaga keamanan Sifa.

"Apa - apaan ini? Makanan basi seperti ini kamu hidangkan untukku hah??" teriak geram Sifa dari arah dapur. Aku beranjak dari dudukku dan memilih melihat secara langsung

Larasati dengan wajah memerah kentara sekali menahan emosinya berdiri di hadapan Sifa dengen sepiring nasi goreng. Beberapa detik kemudian, nasi goreng yang ada di tanga Larasati diambil oleh Sifa dan Sifa membuang nasi goreng itu di kepala Larasati. Sempat terkejut dengan apa yang diperbuatnya, secara aku mengenalnya sejak kecil. Sifa atau Nina bukan wanita yang bisa setega itu pada orang tua, apakah dendamnya sebesar ini?

Larasati sepertinya hendak membalas dengan menampar Sifa namun sebelum tangan Larasati mendarat di pipi Sifa, Sifa sudah lebih dulu memegangnya lalu menghempaskannta kencang

"Jangan mencoba menyentuhku, wanita tua! Makanan basi ini pantas bersarang di kepalamu! Sekarang bersihkan ini!!" Sifa mendorong tubuh renta Larasati hingga terjatuh di lantai. Aku hanya bisa menghela napas melihat kekejaman Sifa. Aku tak menyangka.

"Sifa! Berani sekali kamu!!!" teriak Larasati

"Aku adalah nyonya rumah di sini!! Ingat itu" Sifa berlalu meninggalkan Larasati yang pada akhirnya memilih untuk membersihkan sisa sisa kotoran nasi goreng.

Aku berjalan hendak menghampiri Sifa namun belum sempat terkejar, Sifa sudah keluar dengan sebuah ember ukurang sedang di tangannya. Lalu..

Byuurrr!!!!!!!

Larasati mendongak keatas menatap tajam Sifa namun yang ditatap hanya tertawa kencang. Ini benar Sifa? Wanita yang menjadi istriku? Apakah kepolosannta hilang begitu saja? Aku bahkan seperti tak mengenalnya sama sekali. Larasati sudah basah kuyup akibat di siram air bekas cuci piring oleh Sifa.

"Kurang ajar!!" Larasati hendak bangkit namun tangannya langsung diinjak oleh heels yang dikenakan Sifa

"Aaaaakkhhhhh..." teriak Larasati

"Jangan coba - coba melawanku! Kau akan ada di jeruji besi!!!"

"Aakhh sssttt..." sepertinya Sifa semakin kuat menginjak jemari Larasati

"Denger saya kanjeng abal - abal, sudah cukup kamu membuat saya menderita. Keluarga saya hancur, sekarang kau akan menerima segala hukum karma atas perbuatan kejimu!!" desis marah Sifa.

"Sifa hentikan" bujukku karena tak tega melihat Larasati kesakitan menahan perih jemarinya. Sepertinya sudah mengeluarkan darah

Sifa menurutiku dan aku segera menariknya menjauhi Larasati. Aku yakin Sifa bisa lebih kejam lagi jika masih berhadapan dengan Larasati.

"Kamu kenapa sih sayang? Kok jadi tega begini??"

"Mereka pantas menerimanya, pantas menerima hukum karma atas perbuatannya pada Nina!!" ujar tegas Sifa yang membuatku seketika bungkam.

Tbc

DEPRESI (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang