Prolog

173 5 0
                                    

Afreen menghampiri Gian dengan amarah yang membara, dilemparnya sepucuk surat tepat di depan wajahnya dan tanpa berpikir panjang, dia berbicara dengan emosi yang masih menguasainya. "Kamu tahu? Lebih baik aku tidak pernah bertemu dengan orang seperti kamu meski Tuhan menakdirkan kamu untukku, aku akan menolaknya. Kamu tidak lebih dari sekadar pencuri, yang masuk tanpa izin mengambil barang orang lain dan tidak mengembalikannya. Kamu tahu? Kamu adalah pencuri, pencuri hati ini, kamu ambil tanpa izin kemudian membawanya pergi tanpa mengembalikannya kembali. Kamu.Itu.Laki.Laki.Pengecut." ucap Afreen sarkastik sambil menatap laki-laki di hadapannya tajam dengan tangan yang mengepal keras seperti hendak memukul kemudian pergi meninggalkan Gian dengan air mata yang menetes sedari tadi.

Laki-laki itu tak bergeming, dia diam tak berani berbicara, tadi hendak dia keluarkan sepatah kata, namun, Afreen dengan cepat menghalangi mulutnya yang hendak berbicara. Bahkan untuk menjelaskan tentang kepergiannya yang terbilang tak sengaja itu tak diperbolehkan. Memang, wanita selalu benar. Benar-benar tak bisa ditolerir.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang