Hujan yang mengguyur kota Jakarta beberapa saat yang lalu, masih belum juga berhenti. Aroma khas petrichor dan angin dingin mulai meyeruak ke udara menghiasi jalanan ibu kota; yang kini mulai dipenuhi dengan genangan air. Arus lalulintas tampak mulai bergerak pelan. Suara mesin kini telah hilang, terkalahkan oleh suara guntur dan gemericik air di siang ini. Beberapa pengemudi motor tampak menepikan kendaraan mereka, mencoba menyelamatkan diri dan berteduh dari derasnya air yang turun dari langit.
Bobby melepaskan jaket dari badannya, tanpa menghiraukan kakaknya yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Sejak dari sepuluh menit yang lalu, ia bersama dengan Yezkiel-kakak pertamanya-telah berada di cafe ini. Ia berfikir bahwa tidak ada salahnya berteduh, menikmati secangkir kopi panas, sambil menunggu hujan reda.
Dua gelas berisi kopi cappuccino kini telah berada di hadapan mereka. Kepulan asap tipis yang berasal dari dalam cangkir, dan aroma khas kopi yang menyeruak, membuat Bobby tak sabar untuk segera menikmati minuman yang sudah tersaji di depannya ini. Sesekali digosok-gosokkannya kedua telapak tangannya ke badan cangkir untuk mengusir hawa dingin yang sedari menghinggapinya.
Dilihatnya Yezkiel sedang sibuk memainkan handphonenya dengan serius. "Ngapain sih megang handphone mulu? DVD yang baru gue beli tadi mana? Gue mo liat covernya dong!" kata Bobby memecah kesunyian.
Yezkiel menghentikan aktivitasnya sejenak. Diambilnya kantong plastik berwarna hitam yang ada di sebelahnya, dan ditaruhnya di atas meja, tanpa berkata apa-apa.
"Lo ngeliatin apaan sih?" tanya Bobby sambil menaruh jaketnya di sandaran kursi yang ada di sebelahnya.
"Liatin handphonelah pe'a, pake nanya lagi!" jawab Yezkiel tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ngapain liatin handphone mulu? Sentuh-sentuh menu? Biar dikata, orang sibuk?" Sambil bertanya setengah meledek, diulurkan tangannya, diraihnya kantong plastik yang berada di atas meja dan diamatinya dengan penuh minat.
"Namanya juga handphone layar sentuh, ya makenya disentuhlah. Ntar gue ciptain handphone layar belai biar bisa lo dibelai. Dasar jomblo!" jawab Yezkiel sedikit kesal.
Bobby tertawa kecil demi mendengar lawakan abangnya ini. Sudah sepuluh menit berlalu dan masih belom ada tanda-tanda hujan akan mereda.
Sepertinya mereka akan lama terjebak di tempat itu.
"Muka lo kenapa kusut gitu? Ditolak lagi?" tanya Bobby memperhatikan raut wajah Yezkiel yang berubah-ubah saat sedang sibuk memainkan ponselnya.
Yezkiel menatap tajam Bobby di depannya dan berkata, "gue gak pernah ditolak, soalnya gue gak pernah nembak cewek! Puas lo?"
Yezkiel tak menghiraukan bobby yang terus mengoceh di depannya. Ia hanya sibuk memandang kesal handphone yang berada di tangannya.
Sudah seminggu belakangan ini, grup Line tempat dia biasa mengobrol dengan teman-temannya di komunitas Wattpad, kedatangan member baru.
Tidak ada yang salah dengan anak baru ini.
Semua member menyukainya, kecuali satu orang; Yezkiel.
Alasannya simpel, karna anak baru ini punya banyak stiker berbayar yang lebih banyak dari dirinya dan membuatnya merasa tersaingi dengan kehadiran anak baru ini.
Bukan rahasia lagi bila di grup Star Fiction, hanya Yezkiel seorang yang mempunyai banyak stiker berbayar. Ia adalah tipe seorang lelaki yang suka sekali mengkoleksi stiker Line. Karena kecintaannya pada stiker inilah, yang membuat anak-anak grup Star Fiction menjulukinya sebagai Raja Stiker.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE July's Event
Short StoryCinta, tak dapat dilihat, hanya dapat dirasakan. Beribu-ribu bahkan berjuta-juta insan di dunia pernah merasakan cinta, begitu pula dengan dirimu. Kau bisa mengartikan kata cinta dengan caramu sendiri. Dan ini adalah arti cinta bagi kami.