Bagian Kedua

129 18 0
                                    

Bang Zidan pernah mengajarkanku cara menulis cerita horror; 1.Takut-takuti pembaca, 2.Ancam pembaca, 3.Beri latar dan tempat yang seram, 4.Beri kesan mencekam, dan yang terakhir beri sensasi seram dan ending yang sulit ditebak.

Bang Zidan adalah penulis cerita horror yang lebih mengutamakan realita tentang mahluk gaib daripada ekspetasi tentang mahluk gaib.

Novelnya yang berjudul Girl in The Ghost House laku keras dan terjual 4,8 juta kopi hanya dalam 2 minggu.

Bercerita tentang gadis indigo yang lama-kelamaan dianggap sebagai anak autis. Dan gadis itu berniat membalas dendam pada Houston, teman lamanya yang berkhianat padanya.

Omong-omong, gadis indigonya itu aku.

Aku juga sudah lama bercita-cita menjadi penulis. Tidak ada salahnya juga mengikuti jejak seorang Kakak.

Bang Zidan sedang menulis cerita baru lagi yang rencananya akan diterbitkan di Pad miliknya. Sedangkan aku menulis cerita di blog-ku, www.anitazahrani.com.

Aku tertidur di bahu Bang Zidan. Bang Zidan menyelimutiku dengan jaketnya sambil mencium keningku. Aku yang menyadarinya langsung menggeliat.

"Zidan, Anta tidur?" Tanya Mama dari jok depan.

"Iya, Ma", jawab Bang Zidan.

"Baguslah. Jangan sampai dia tahu hal itu. Rumah baru kita akan menjadi teror bulanan untuknya", ujar Mama.

Dan, aku mendengarnya.

***

Ketakutanku semakin nyata waktu tahu bahwa disamping rumahku ada dinding yang persis saat Ziva selalu bertengger di tempat yang satu itu. Aku memutuskan untuk tidak berpikiran yang aneh-aneh dan segera menaruh koperku di kamarku. Sialnya, aku sekamar dengan Bang Zidan.

Bang Zidan menatap sinis ke arahku. "Lo kira gue juga mau tidur bareng lo?! Jijik".

Aku meringis. "Dasar sableng!"

Aku membuka kaus kakiku sebelum ketakutanku berubah menjadi sebuah sindrom paranoid. Dinding ini benar-benar mencekam.

"Bang... malem jangan tidur duluan, ya", rengekku.

"Lo kira gue burung hantu apa begadang", jawab Bang Zidan cuek bebek.

"Bukan gitu, Bang... G-gue... gue masih takut sama nih dinding", jawabku ketakutan.

"Nggak apa-apa. Paling Ziva nanti dateng". Ketakutanku jadi 90 derajat.

"BANG!!!!!"

***

Aku baru menyadari setelahnya. Rumah ini bersebelahan dengan kuburan.

Kagetnya, nisan itu bertuliskan Zenafa Virane.

"Anta, ya?"

Seseorang memanggilku dan berhasil membuyarkan lamunanku. Berdiri disana sosok cowok dengan tubuh jangkung dan mata yang sayu. "Radit?"

Dan, teman lamaku pun akhirnya muncul juga.

***Bersambung***

----
HALO READERS! Maaf ya semuanya karena khusus cerita ini alurnya pendek-pendek banget, nggak kayak Diary & Insomniaku. Author lagi melompong, karena idenya harus dibagi sama tiga cerita 😭. Yang pada nanya kenapa Me or My Bestfriend belum update lagi bersabarlah sebentar! Karena menulis tiga cerita belum lagi kalo ide udah stuck bukanlah hal yang mudah, Readers.

Salam author,
-Andini Nuraini Ramadhina-

Terror of My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang