Bagian Ketiga

192 12 9
                                    

Aku tidak percaya. Aku bertemu Radit Ahdya Adi Putra, teman lamaku di SD Angsa Gutama dulu, saat aku masih menjadi seorang indigo. Hanya dia yang mau menerimaku.

Karena kami sama-sama indigo, Sobat.

Tapi, sepertinya Radit masih menggenggam kemampuan itu sampai sekarang. "Kamu masih indigo?" Dan pertanyaan itu yang pertama kali kuucapkan.

"Iya", jawab Radit. "Dan kamu?"

"Aku menghilangkan kemampuan itu saat aku berusia delapan tahun, lebih tepatnya, aku nggak berhubungan lagi dengan Ziva", jawabku sambil meneguk ludah. Kenapa aku sekarang jadi ketakutan begini? Padahal yang ada dihadapanku sekarang adalah manusia!

"Di pojok sana rumahmu?" Radit menunjuk sebuah rumah dengan nuansa merah. "Aku memperingatkanmu, berhati-hatilah disana. Teror menunggumu".

Dan, kata-kata itu sungguh horror untukku.

"Apa maksudmu?" Aku gemetaran. Tapi, dengan lihainya aku tidak menunjukkan ketakutanku. Apa ini perasaan manusia normal yang takut akan kedatangan mahluk dari dunia lain?

"Kamu terjebak ilusi", ucap Radit yang membuatku kaget setengah mati. "Coba sekali lagi baca tulisan di nisan ini".

Benar. Sekarang nisan ini bertuliskan Rossa Dahlia bukan Zenafa Virane. Oh, yaampun! Permainan apa lagi ini?

"Siapa sih yang coba-coba mengerjaiku?!" Gertakku geram. "Sini kalau berani!"

Radit hanya menatapku sinis. Dia mencibir.

Oh. Ada apa?

***

Aku makan siang hari ini dengan zuppa soup dan kentang goreng asin.
Sialnya lagi, Bang Zidan dan Papa meninggalkanku ke Supermarket. Sedangkan Mama sedang tidur siang. Siang bolong ini mengubah segala sesuatunya menjadi horror.

Kalau aku anak yang greget alias anti-mainstream, sudah pasti siang ini aku menonton film Counjuring 2. Tapi sayang nyaliku hanyalah sekecil upil untuk gadis yang punya riwayat indigo sepertiku.

Peringatan Radit terngiang di kepalaku. Teror. Hal pertama yang paling kutakutkan.

Aku memutuskan keluar rumah dengan membuang akal sehatku. Tiba-tiba aku seperti menginjak sesuatu.

Warnanya putih, berceceran seperti garam. Ini...

SESAJEN?!?!?!

Aku memutuskan untuk membuang sandalku sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepadaku. Dan entah ada angin apa, aku ingin jajan di toko antik Cina disebelah rumahku itu.

***Bersambung***

----
HALO READERS! Gimana ceritanya? Bikin penasaran akut, 'kan? Vote+comment, dong! 😄

Salam author,
-Andini Nuraini Ramadhina-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terror of My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang