Pagi ini, adalah pagi pertama Adra dijemput oleh seorang lelaki selain, Kevin.
Pagi ini, adalah pagi pertama Adra merasakan, bahwa dirinya telah dewasa.
Pagi ini, adalah pagi pertama Adra berangkat bersama Dean.
"Saya kepagian, ya?" Tanya Dean yang melihat Adra sibuk dengan bawaannya.
Adra jongkok dan mengikat tali sepatu nya menggeleng "nggak," jawabnya.
"Lalu, kenapa kamu keliatan sibuk?"
"Gue lupa kerjain PR, dan PR itu dikumpul pagi ini, lo bisa bantu gue kerjain nggak?" Tanya Adra lalu berdiri, menatap manik mata Dean.
Dean mengangguk "bisa," jawabnya mengangguk, "kalau gitu ayuk kita berangkat."
Tak menggunakan sepeda seperti malam kemarin, mereka berdua bahkan menaiki mobil Harrier milik ayah Dean.
"Kamu nggak akan kesakitan lagi, bokongnya."
Ucapan Dean membuat Adra terkekeh, ia juga malu. Kemarin malam ia mengaku pada Dean, kalau bokongnya sakit karena duduk di sepedanya. Jelas pengakuan itu membuat Dean terkejut, awalnya Dean pikir, Adra diam karena ia sudah mengantuk. Ternyata bokongnya, sakit.
"Tapi, gue senang kalau diajak naik sepeda."
"Kenapa?"
"Bukannya lo yang bilang, udara malam lebih segar kalau naik sepeda?"
"Tapi inikan pagi, Adra."
Adra terdiam, lalu ia nyengir, "Maksudnya, kalau nanti kita jalan malam lagi."
"Jadi, kamu berharap saya ajak jalan malam lagi?"
Adra terkejut lalu menggeleng, "enggak," jawabnya lantang "gue kan cuman kasih contoh."
"Tapi, kalau saya mau ngajak kamu jalan malam lagi, gimana? Kamu mau?"
Adra tak habis fikir dengan Dean. Apapun yang dikatakan Adra, Dean pasti dengan cepat menanggapinya, bahkan dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Menurut lo, gue mau apa engga?"
Dean mengangguk "saya yakin kamu mau."
Adra terkekeh, baru kali ini menemukan sosok lelaki seperti Dean. Benar-benar unik bagi, Adra.
"Ini jam berapa?" Tanya Dean.
Adra melirik jamnya, "masih jam setengah enam, Yan."
"Oke."
❤️❤️❤️❤️
Pukul enam pagi. Bukannya sampai di sekolah, Adra dan Dean malah berada di warung bubur ayam langganan Dean. Jaraknya sangat dekat dengan sekolah mereka, tapi, sungguh Adra tak pernah tau jika ada warung bubur ayam se-enak ini.
"Udah, kamu lanjutin aja makannya, saya sebentar lagi selesai nyalin PR kamu."
Adra menggeleng "Lo udah bantu gue ngerjain, ngajak gue makan bubur ayam, sekarang, lo mau nulis juga di buku pr gue? No," ucap Adra lalu mengambil buku dan pulpennya dari tangan Dean.
"Itu matematika, saya suka," ekspresi wajah Dean tetap sama, datar.
"Lo suka, bukan berarti lo juga mau nyalin dari buku coretan ke buku PR gue. Lo mending makan aja, cepet! Tar kita telat!"
Dean kemudian mengambil buku dan pulpen ditangan Adra, lalu memasukan semua alat itu kedalam tas Adra.
"Kamu makan, atau kamu telat?"
YOU ARE READING
Dean-dra.
Teen FictionAdra, wakil ketua osis. Tegas dan sangat friendly. Dean, cowok formal, dan kadang sedikit iseng, yang entah kenapa bisa membuat Adra senyum-senyum sendiri. Dipertemukan disebuah ruang osis, dan dari situlah kisah mereka berdua dimulai. Cover by: sem...