Malam minggu, dan Adra berdiam diri dikamar.
"Jomblo banget sih, Dra!" Olok abangnya yang baru saja masuk kedalam kamarnya.
Adra hanya diam sambil membaca novelnya.
"Pantes jomblo, baca novel mulu!"
"Apasih, bang?!" Serunya
"Keluar deh, ada yang nyari tuh."
Adra menutup novelnya "Siapa? Kevin? Biasanya juga langsung masuk kekamar."
Abangnya, Adrian, menggeleng "Dean namanya."
Sontak Adra melotot kaget, dan langsung keluar kamar, untuk turun dan menemui Dean.
"Yan,"
Dean menoleh lalu tersenyum.
Adra akui, Dean memang berkacamata, dan itu sangat pas diwajahnya ketika ia tersenyum, terlebih ia mempunyai lesung di pipi kirinya. Ia terlihat manis.
"Ngapain?"
"Saya mau mengajak kamu jalan."
Adra duduk disebelahnya "Kemana?"
"Saya nggak tau, kamu tau?"
Adra menggeleng.
"Kita jalan-jalan aja, saya lagi kepingin makan ketoprak di taman malam."
"Ketoprak?"
Dean mengangguk "kamu nggak suka?"
Adra menggeleng "Gue suka kok, cuman jarang aja ada cowok yang dengan jujur ngaku kalau suka ketoprak, apalagi makannya dipinggir jalan."
"Nggak ada yang salah kok kalau makan dipinggir jalan, saya rasa selama gerobaknya bersih, lingkungannya bersih, apa yang harus ditakutkan?"
Adra mengangguk "Gue siap-siap dulu ya."
❤️❤️❤️❤️
Diluar dugaan Adra, Adra kira ia akan jalan memakai motor. Ternyata mereka berdua menggunakan sepeda.
"Saya lebih suka menaiki sepeda jika malam."
"Kenapa gitu?"
"Kamu tidak merasakan kalau udara malam ini, terasa lebih bersih dari siang hari?"
Adra diam di depan Dean, sambil terus menatap kedepan, dan penciumannya terpusat pada harum tubuh Dean.
"Kalau kesekolah saya kadang pakai motor atau mobil milik ayah saya, tetapi kalau malam, saya lebih senang bersepeda seperti ini. Maaf jika kamu tidak suka."
"Nggak kok, saya suka. Ternyata asik juga naik sepeda malam-malam."
Lalu hening.
Jujur, ini pertama kalinya Adra mengenal lelaki yang seperti Dean. Bahkan Dean tak sedikitpun malu menggunakan sepeda untuk menjemputnya.
"Ayuk, Dra."
Adra mengangguk, mereka berdua kini sudah sampai di taman dekat rumah Adra yang menjual ketoprak dan lainnya.
"Adra."
Adra menoleh "iya?"
"Jangan jauh-jauh jalannya, nanti kamu hilang."
Adra terkekeh "Nggak bakal hilang kok."
"Iya, dipikiran saya aja kamu ngga pernah hilang, hehe."
"Kok lo jadi gombal sih?"
"Saya nggak gombal, ini nyatanya, pikiran saya isinya kamu semua."
"Lo tau gak? Kita baru aja kenal dua hari yang lalu, dan lo udah bisa buat gue nyaman dan senyum-senyum karena cara lo sendiri."
"Memangnya apa yang membuat kamu senyum?"
Adra mengangkat bahunya acuh "Entah, tapi gue akuin lo adalah cowo yang beda."
"Iya, saya memang beda, karena hanya saya yang berani membawa kamu keluar menggunakan sepeda, ya?" Tanya Dean tersenyum.
Adra terkekeh "Itu salah satunya."
"Adra."
"Iya?"
"Kamu ngga pernah melihat saya sebelumnya?"
Adra menggeleng "Enggak, Yan. Pertama kalinya, di ruang osis waktu itu. Kenapa sih lo mau bantu anggota osis?"
"Karena saya mau berdekatan dengan kamu."
Adra terlonjak kaget "Kok?"
"Saya selalu memperhatikan kamu dari jauh, Dra, dan baru ada kesempatan untuk berkenalan 2 hari yang lalu."
Sontak ucapan Dean membuat Adra tersenyum malu. Siapa yang tahan jika diperlakukan manis seperti ini? Terlebih, info yang Adra dengar, Dean adalah anak kepala yayasan sekolahnya, bukan. Bukan itu yang dimaksud Adra, tetapi, ternyata Dean adalah salah satu cowok yang sangat banyak pengagumnya disekolah.
Kenapa Adra baru tau? Yang kurang update ini Adra atau memang Dean yang tak pernah sedikitpun menampakkan wajahnya?
Mereka berdua sudah sampai di tempat abang-abang yang menjual ketoprak, setelah memesan Adra membuka suaranya untuk bertanya hal yang ia pikirkan sejak bertemu Dean.
"Yan,"
"Kenapa, Adra?"
"Lo kenapa sih kalau ngomong formal banget?" Tanyanya "hmm, i mean kenapa harus pakai saya-kamu? Kenapa nggak lo-gue?"
Dean menggeleng "Saya diajarkan untuk sopan, dan saya rasa salah satunya dimulai dari perkataan."
"Tapi, sopan nggak harus saya-kamu, kan? Kalau menurut gue, lo-gue juga udah cukup buat temen sebaya. Beda lagi kalau sama guru ataupun disaat-saat tertentu."
"Kamu terganggu, ya? Kalau saya pakai saya-kamu?"
"Nggak sih, cuma belum terbiasa aja. Apalagi kita baru kenal, kan?"
Dean mengangguk.
Setelah pesanan datang, dan mereka berdua makan. Makan dalam diam dan pikiran mereka masing-masing.
Didalam pikiran Adra, kenapa gue bisa sedeket ini sama orang yang baru gue kenal?
Karena Adra paham betul, kalau ia tak bisa seakrab ini dengan orang baru.
❤️❤️❤️❤️
To be continue!❤️❤️
YOU ARE READING
Dean-dra.
Teen FictionAdra, wakil ketua osis. Tegas dan sangat friendly. Dean, cowok formal, dan kadang sedikit iseng, yang entah kenapa bisa membuat Adra senyum-senyum sendiri. Dipertemukan disebuah ruang osis, dan dari situlah kisah mereka berdua dimulai. Cover by: sem...