Part 6

1.4K 121 4
                                    

"Hannaa........."

Aku terbangun dengan keringat yang mengucur deras dari dahiku. Detak jantungku juga seakan tidak dapat di kontrol lagi. Aku merasa aneh, karena sekarang aku tidak berada di ruangan putih yang membuatku mual melainkan aku berada di kamarku.

"oppa? Ada apa? Kau bermimpi buruk?" aku menoleh dan melihat sosok yang sangat aku rindukan saat ini sedang duduk disebelah ranjangku.

Aku menatap Hanna seakan tidak percaya,dan ia menatapku khawatir karena aku masih terdiam dan tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.

"yoyo oppa, kau kenapa. Kenapa melihatku seperti itu ?" sekali lagi ia bertanya kepadaku sambil mengguncang bahuku cukup keras.

Seakan kembali kedunia sadarku, aku menarik Hanna ke dalam pelukanku. Aku memeluknya dengan erat, dan bersyukur bahwa yang aku alami tadi hanya sebuah mimpi. Aku tidak bisa membayangkan jika aku harus benar-benar kehilangan Hanna.

"aku mencintaimu Lee Hanna, tetaplah disisiku." bisikku parau,

"aku juga sangat mencintaimu oppa, apa yang terjadi ? Tolong ceritakan kepadaku, jangan membuatku khawatir seperti ini" ucapnya menahan tangis di tengah pelukanku yang semakin erat.

"aku hanya bermimpi buruk, dan aku takut kau akan pergi meninggalkanku."

"itu tidak akan terjadi oppa, aku akan pergi hanya jika kau yang menginginkan. Maaf untuk semua masalah-masalah yang sudah aku buat belakangan ini. Aku hanya takut kau akan berpaling dariku," dan kali ini aku merasakan punggungnya bergetar, lalu tangisan Hanna tumpah di pelukanku.

Aku semakin memperdalam pelukan kami, sambil menghirup aroma wangi rambutnya yang membuatku merasa lebih tenang.

Drrrrttt.....drrtttt.....

Sebuah panggilan masuk di handphone Hanna menginterupsi kebersamaan kami.

Jihyee calling.....

Aku melepas pelukanku dan membiarkan Hanna menerima panggilan di handphonenya. Entah mengapa aku tertarik mendengar percakapan Hanna saat Hanna menyebut nama Jihyee, nama yang familiar untukku.

Aku ikut bangkit dari tempat tidurku saat Hanna berbicara dengan seseorang di handphonennya, seakan tidak ingin berpisah dengan Hanna aku memeluknya dari belakang dan menenggelamkan wajahku di lekukan lehernya. Bisa aku katakan ini adalah tempat ternyamanku berada disisinya. Aku rasakan salah satu tangannya membelai puncak kepalaku. Dan aku mulai mendengarkan percakapannya lewat telepon dengan seseorang yang mungkin aku kenal karena mereka juga menyebut namaku dalam pembicaraannya.

"sayang, siapa yang menelpon ?" tanyaku saat Hanna memutuskan teleponnya.

"itu Park Jihyee, kekasih Hanbin. Ia mengundang kita makan malam pada perayaan ulang tahun cafe." pantas saja aku familiar ternyata itu adalah Jihyee, yeoja yang belakangan ini sudah membuat hari-hari Hanbin menjadi semakin berwarna.

"kau mengenal Park Jihyee ? " seingatku aku belum pernah memperkenalkan mereka secara langsung.

"ne, kami belum lama ini bertemu secara kebetulan saat aku menikmati coklat panas di cafenya. Lalu kami mengobrol lama, Jihyee yeoja yang baik. Dan aku yakin kami bisa menjadi teman baik" entah mengapa jawaban Hanna seperti dejavu bagiku. Aku seperti pernah mengalami situasi ini.

"dan aku beruntung bertemu dengannya, dia banyak mengajariku untuk lebih bersabar. Mengingat kami sama-sama mempunyai kekasih yang tampan dan banyak fangirlnya." ucap Hanna, membuatku tersenyum karena pengakuannya.

" Oppa aku berjanji tidak akan membuatmu marah dan kesal lagi. Aku akan lebih bersabar sekarang, tidak akan egois lagi dan berusaha menjadi tunangan yang baik dan dapat di andalkan......"

Cup...

Aku mengistrupsi kalimatnya dengan ciuman singkat di bibirnya. Aku merasakan ia terkejut atas perlakuan mendadak dariku. Aku senang melihatnya bersemu merah seperti saat ini. Ia terlihat semakin manis dan menggemaskan.

"aku tahu kau akan melakukan itu untukku, aku juga berjanji akan selalu membahagiakanmu Hanna-ah, aku menyayangimu tunanganku." aku kembali memeluk Hanna dan mencium keningnya.

" Dan satu hal lagi, aku tahu kau sangat cemburu jika ada yeoja yang mencoba mendekatiku. Tapi kau juga harus tahu, jika aku lebih cemburu lagi jika ada namja yang mencoba mendekatimu di setiap acara yang menjadikan kau bintang tamunya. Setiap kali melihat tatapan memuja dari namja-namja itu entah mengapa selalu membuatku marah dan langsung ingin menarikmu keluar dari acara itu. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena itu adalah resikoku menjadi tunangan seorang pianis yang cantik dan terkenal sepertimu"

"benarkah ? Aku baru tahu ternyata oppa menyimpannya selama ini, aku kira oppa tidak pernah marah dan cemburu jika ada namja yang mendekatiku. Aku sampai berfikir jika hanya aku saja yang terlalu mencintai Yoyo oppa, seperti cinta sepihak" aku tertawa mendengar jawaban Hanna, jadi itu yang ia fikirkan selama ini. Sekarang saatnya aku meluruskan kesalahpahaman ini.

"phabo, tentu saja aku juga sangat mencintaimu. Aku sengaja tidak memperlihatkan rasa cemburuku, itu karena aku tidak ingin kita berakhir dengan pertengkaran. Tapi ternyata aku salah, karena ketidak pekaanku malah membuat semuanya menjadi seperti ini. Mianhe chagia-a. Mulai saat ini aku akan lebih peka lagi "

"gomawo oppa, terimakasih karena sudah bersabar selama ini. Tapi bisakah kau memasakkan makanan sekarang ? Aku sangat lapar , semalaman aku menunggumu tersadar dari pengaruh alkohol itu. Sebenarnya saat kau tersadar tadi aku ingin segera memarahimu, bisa-bisanya kau minum sampai mabuk padahal kau sendiri tidak terbiasa dengan alkohol" kali ini ia sudah kembali menjadi Hanna yang cerewet dan mengesalkan, tapi entah mengapa itu yang membuatku semakin jatuh cinta jika berada di dekatnya.

Aku teringat saat Hanna mengatakan aku mabuk karena terlalu banyak minum, bukankah semalam aku berada di apartemen Hanbin dan sahabat-sahabatku yang lain. Lalu kenapa sekarang aku bisa berada di rumahku, aku cukup pusing memikirkannya terlebih lagi karena mimpi yang ku alami tampak seperti nyata, mungkin nanti akan aku tanyakan kepada Jinan Hyung.

Continue....

Whats Wrong ? || YunhyeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang