BEE 2

32 0 0
                                    

      Aku sangat terkejut sekali sesuatu yang membuatku penasaran seribu bahasa kenapa kok Yuni memberikan buku diarynya padaku padahal aku bukan siap-siapanya dia,entahlah langsung saja ku terima buku itu dari Zul dan melanjutkan perbincangan kami sampai sekitar 30 menit zul pun pamit untuk pulang karena masih ada banyak urusan.

      Setelah Muktamar itu selesai aku pun langsung saja pulang ke rumahku yang sederhana, rumahku berada di salah satu desa yang masih menjaga nilai budaya lokal kenapa aku memilih tinggal di desa ini ? Sebab aku bosan dengan dunia kota yang bergermelap, hedonnisme , dll aku lebih suka dengan suasana pedesaan yang asri dan tenang. Ahirnya sampai juga di rumah, rumahku berbentuk sederhana dengan sedikit gaya kelasik memiliki luas sekitar 5×10 meter tergolong sedenganlah untuk ukuran orang sepertiku, di bagian belakang ada sungai yang cukup jernih biasanya jika aku tidak ada pekerjaan aku akan memancing ikan atau sekedar berenang di sungai itu, para tetangga ku juga sangat ramah ada bu Aminah sekeluarga yang selalu memberi makanan kecil padaku ada bang Jaim yang sukanya main gitar dan nyanyi lagu india serta ada dik Bella yang selalu bercanda denganku dia baru lulus SMA dan berencana meneruskan kuliah di kota oh ya hampir lupa ada satu lagi dia adalah temanku di Bandung ini rumahnya ada di depan rumahku tepat namanya Abdul tapi orang-orang sering memanggilnya bagong sebab badannya yang besar itu, dia tergolong orang yang unik sebab rasa cintanya pada hobi anehnya yaitu kecintaannya pada hal-hal mistis.
     Aku pun masuk ke dalam rumah ya isi dari rumahku tak banyak, di ruang depan atau ruang tamu ada satu television yang gak terlalu bagus untuk tempat duduk aku hanya memakai tikar, di kamar tidurku tak ada kasur hanya sebuah bekas baleho parpol lah sebagai alas tidur ada sebuah lemari pakaian juga meja kecil dan tumpukan buku-buku koleksiku, aku tak punya kamar mandi kalau mau mandi ya pergi ke sungai sedangkan dapurku masih sangat sederhana + tradisional berupa tungku kayu dan beberapa alat masak seperti penggorengan,panci,sendok sup,sepatula,alat untuk membakar dan lain-lain sedangkan piring,mangkok,sendok,garbu,dan gelas ku tata rapi di rak kusus prabot makan. Yah beginilah jika hidup di perantauan kita harus pintar-pintar mengatur pengeluaran ekonomi sebab sulit untuk mendapat makanan dan uang untuk menekan pengeluaran uang aku juga menanam singkok dan ubi-ubian yang lain, sebagian hasi panen akan aku jual ke pasar untuk menambah pemasukan dan sebagian ku simpan dan ku jadikan gaplek agar awet.

     Setelah mandi di sungai,ganti baju,sholat dan makan aku pun duduk di beranda rumahku sambil melihat indannya pemandanan,sesekali aku menghirup seteguk kopi panas yang di temani sepiring singkok rebus aku menikmati hidupku yang seperti ini jauh dari keramaian kota yang mencekik leher dan jauh dari bisingnya fitnah-fitnah para penguasa yang saling menjatuhkan,betapa hina mereka hanya demi sebuah jabatan dan pangkat mereka rela membuat saudara seiman hancur mereka tak lebih sama dengan binatang..... huh sudahlah tak usah memikirkan masalah orang lebih baik memikirkan masalah sendiri,oh ya aku lupa aku langsung masuk ke dalam rumah untuk mengambil buku diary Yuni yang tadi Zul berikan, ku bawa kembali ke beranda dan duduk di kursi sederhana ku ku buka buku itu mulai dari lembar pertama masih berupa curhatan biasa ku terus membaca dan mebuka halaman demi halaman tapi saat aku sampai pada hal 37 aku kaget.......

27 desember 2015

  Aku tak tahu harus bagaimana ? Aku merasa bersalah pada dia , seharusnya aku terima saja dia. Tapi logika ku berkata tidak dan setelah aku menuruti logika aku pun jadi begini..... maafkan aku

Yuni Puspita

     Apa maksutnya ini ? Aku menjadi binggung sendiri, siapa yang dia maksut ? Di saat aku sedang membaca tiba-tiba si bagong alias abdul membuatku kaget sebab datangnya yang tiba-tiba. Aku langsung saja menyembunyikan diary Yuni itu dan untungnya si bagong gak menyadarinya, ya inilah si bagong alias abdul sahabatku di Bandung aku bertemu dia di saat aku sedang mencari rumah untuk ku beli ya kenapa aku beli rumah bukan in the kos saja ? Karena bila membeli rumah itu jugakan investasi dan kita bisa puas menempatinya sampai kapanpun tanpan harus bayar lagi bagiku begitu lebih baik, bagong aduh lebih baik ku panggil abdul aja biar kalian gak bingung abdul selalu begitu mengkagetkanku dan usil. Ku persilahkan dia duduk di kursi depanku yang kebetulan kosong, kami berbincang-bincang dengan seru berbagai lelucon sampai membahas hal-hal mistis di saat kami sedang bercanda datang si Bella yang baru saja pulang les bahasa inggris kebetulan rumahnya ada di samping rumahku jadi sudah biasa bila dia singgah sebentar ke rumahku sebelum pulang ke rumahnya sendiri, kami sangat dekat sekali bahkan bang Jaim mengira kalau kami pacaran kan engak mungkin usia kami saja terpaut empat tahun tapi memang aku sudah menganggap dik Bella itu adikku sendiri. Duduklah Bella di kursi yang ke tiga kami bertiga berbincang-bincang seru setiap hari selalu seperti ini di rumahku tak pernah sepi bahkan ini belum seberapa jika nanti selepas isya bakal semakin ramai ada si Bagong yang penuh misteri juga lelucon ada dik Bella yang penuh logika serta anak tertua keluarga bu Aminah si Bram yang sampai sekarang masih lajang hihihi juga yang paling membuat seru adalah si artis desa bang Jaim yang selalu membawa gitar hitam kesayangannya dan lagu-lagu india dan lagu-lagu roma irama. Begitulah keseruan ku tinggal di sini tak terlalu terbebani masalah hidup, setelah sekitar jam sembilan semua teman-temanku itu pada pulang karena di desaku diadakan jam malam yang melarang orang keluar rumah dari jam 21:30 sampai jam 03:30 di sebabkan adanya teror yang mana setiap ada orang keluar malam di atas batas jam itu maka esoknya akan di temukan mati tanpa kepala, masih jadi misteri juga ah sudahlah aku pun masuk ke dalam rumah dan menkuncinya aku duduk menatap buku diary milik Yuni...... semoga saja aku bisa bertemu dia lagi aamiin

Bersambung.......

MB :

bagong : salah satu tokoh dalam wayang kulit jawa.

Gaplek : singkok yang di awetkan dengan cara di jemur hingga kering.

Pamit : mohon diri

Maaf bila ceritanya aneh mohon dukungannya.

MR.BEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang