four

85 9 4
                                    

Alana Pov

"Gue sebenernya udah mau tunangan" ujar gue cepat.

Refleks, sahabat gue langsung natap gue dengan pandangan horror nya masing- masing. Mirip suzana asli kalau kayak gini, gue pun bergidik ngeri sendiri.

"Serius tai" sungut helena kesal.

"Sama siapa anjrit" ujar khalisa, sambil melempar sedotan jus nya kearah gue, dan mengenai pundak seragam sekolah gue. Hannah sendiri pun masih shock dengar kabar gue mau tunangan.

"Jorok lo ah. Lengket nih" ucap gue kesal, dengan mengibas ngibas kan bulir air jus yang menempel dipundak gue.

"Bodo. Serius anjrit sama siapa??" tanya khalisa, dengan gasabar nya.

Gue lantas melirik sahabat-sahabat gue. Anjrit matanya lebih serem dari suzana ternyata.

Gue pun menghela nafas lelah "Iya, tadinya gue udah mau ditunangin tapi akhirnya gue nolak" kata gue santai, sambil menyeruput jus yang tinggal setengah.

"Why? doi jelek, gakaya, gakerja? atau doi yang gamau sama orang utan macem lo?" hannah pun bersuara juga.

"Yee krik lo. Jelas aja lah gue gamau! orang gue mau dijadiin istri ke dua nya adam levine. Yaa sekalipun dia ud---"

Belum sempat gue selesai bicara. Gue udah masuk rumah sakit karena dihajar masa.

Canda deng.

"Brengsek kamu la"
"Babi banget emang lala mah"
"Garing anjir"

Gue pun hanya ketawa ngakak, saat sahabat sahabat gue ini dengan brutalnya menghakimi gue. Ada yang ngedorong badan gue sana sini, nginjak kaki gue tanpa perasaan, nendang betis gue pake sepatu, noyor kepala gue. Astagfirulloh. Ingetin gue buat nuntut mereka nanti ke pengadilan.

"Anjrit udah elah. Lagian lo pada idup serius amat sih. Maen sekali-kali ama dedek, biar ga serius amat" ucap gue, kemereka masih dengan sisa tawa barusan.

Akhirnya mereka pun berhenti menghakimi gue. Dan kita pun, melanjutkan mengobrol hingga masuk waktu magrib.

Hujan pun, sudah reda dari 30menit yang lalu. Setelah itu kita semua pun memutuskan untuk pulang kerumah masing masing.

***
Author Pov

Sinar terik matahari masuk menembus sela-sela tirai jendela kamar sang empunya. Merasa terganggu dengan penglihatannya, sang empunya pun membalikkan badannya kearah tembok. Demi menghalau terik matahari diluar sana.

Masih berkutat dengan sang mimpi. Ia pun mengguling gulingkan tubuhnya, untuk mencari posisi yang nyaman. Alisnya bertaut, Ia mengernyitkan dahinya tak suka. Sebab, dimimpinya itu ia sedang berada ditepi jurang yang sangat curam dan menakutkan itu.

Sepi , sangat sepi. Bahkan, tidak ada orang satu pun selain dirinya ditepian jurang itu. Entah siapa yang mendorongnya, atau dia memang sengaja melangkah kan kakinya kejurang itu. Dan ia pun terpeleset, terguling guling dijurang tersebut. Tanpa ada yang menolongnya.

Bugh!

"Aaaaaaaakk. tidak. arghhh." erang perempuan itu, merasa kesakitan pada beberapa bagian tubuhnya.

Blam!

Suara pintu terbuka mengagetkannya. Lantas, perempuan itu langsung membuka kedua kelopak matanya lebar lebar.

"Lo kenapa dek?" seru suara bariton itu, dengan nada paniknya, dari arah daun pintu kamar.

"Anjir. Kebiasaan lo, kalau tidur jatoh dari atas kasur mulu." ujar nya, dengan nada jengkel.

who know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang