Six

58 8 2
                                    

Author Pov

"Tapi gue mau jawab sekarang, rul"

Rully lantas menegapkan tubuhnya untuk mendengarkan jawaban atas pernyataannya pada alana.

Alana mencoba mengatur nafasnya yang mulai terasa berat "Gue..."

Rully pun menunggu jawabannya dengan sabar, tanpa memotong ucapan alana. Ia tau bahwa alana cukup berat untuk memutuskannya.

Rully sendiri pun sadar bahwa dia terlalu cepat meminta alana untuk menjadi kekasihnya. Tapi keinginannya untuk menyatakan hari ini lebih besar, daripada menundanya.

"Gue.. gue gabisa terima lo rul. Gue hanya nganggep lo galebih dari sekedar temen." jawab alana, menundukkan kepala nya dan menggigit bibir bagian bawahnya.

"Mending lo terima kenyataan pahit duluan. Kalau lo terima nya belakangan, Itu lebih sakit rul" sambung alana, perlahan mendongakkan kepalanya agar ia dapat melihat ekspresi yang ditujukkan rully atas jawabannya.

Rully yang duduk dengan tegapnya, lantas memundurkan tubuhnya perlahan pada sandaran kursi. Rully pun hanya menatap alana dengan pandangan tidak percaya nya.

Pasalnya, baru kali ini ia ditolak cintanya oleh seorang wanita yang ia sukai. Sangat jarang rully dapat menyukai seorang wanita. Di sekolahnya, rully menjadi incaran para wanita SMA. Wajar saja, sebab ia termasuk most wanted disekolahnya.

"Jadi... gue ditolak, La?" ujar rully, meyakinkan diri sendiri.

"Maaf rul, maaf banget" ucap alana, dengan pandangan bersalahnya.

"It's okay la." jawab rully, dilengkapi dengan senyum manisnya

"Rully marah ya sama alana?" tanya alana, dengan mata berkaca-kaca nya.

"Engga-lah, La. Gue ngerti ko, perasaan itu gabisa dipaksain."

"Lagian kita juga masih bisa jadi temen ataupun sahabat kan, La?" lanjut rully.

Alana pun langsung mengangguk - anggukan kepalanya semangat, pertanda ia setuju.

"Tapi beneran kan, lo gamarah sama gue rul?" tanya alana,meyakinkan diri sendiri.

"Gausah alay dah lo badak" ledek rully, sedikit memajukan tubuhnya, lalu mengacak-acak puncak kepala alana.

"Yah rully apaan sih!" sungut alana, merapihkan rambutnya kembali menggunakan jari jari tangannya.

"Nah inii, baru Lala gue" ujar rully, dengan menaik- naikkan alisnya yang tebal itu berulang kali, disertai tawa lepas dari bibirnya.

Alana pun yang melihat tawa rully begitu tanpa beban, lama kelamaan ia juga menaikkan kedua sudut bibirnya, hingga membuat matanya menyipit. Seolah ungkapan rully terhadap alana pun, tak pernah terjadi.

***
Alana Pov

Hari ini hari jum'at. Hampir dua minggu, setelah kejadian rully nembak gue.

Kita bukan macem anak alay, yang setelah nembak-gaditerima trus malah jadi musuhan gitu. Kita masih kontakan ko, malah kita lebih akrab dari sebelumnya. I mean, kita emang cocoknya jadi kakak-adik yang jadi setelah gede.

Bel sekolah tanda istirahat pun berbunyi. Anak anak mulai merapihkan buku-bukunya, termasuk gue.

"Pelajaran kita akhiri sampai disini. Selamat siang anak-anak." ucap bu bella, guru sosiologi.

"Siang juga bu." jawab anak kelas, serentak.

Hari ini, gue males ke kantin. Gue juga udah bawa susu kotak, rasa strawberry kesukaan gue. Yang tadi sempet gue comot dari kulkas rumah gue. Gue mau mojok aja diperpus, baca novel.

who know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang