One

99.9K 4.3K 63
                                    

Suara musik yang membahana di seluruh ruangan gedung ini membuat siapa saja menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik. Termasuk dengan tubuh seorang gadis cantik berambut pirang dan berpakaian mini yang tampak asyik meliuk-liukan semua anggota tubuhnya malam ini.

"Kay, gue balik ya. Nyokap udah nelepon nih," teriak Samantha di telinga Kayla.

"Nggak seru banget sih lo! Masa gue ditinggal?" balasnya dengan suara sama kencangnya.

"Sorry, habis mau bagaimana lagi. Gue terpaksa balik! Kecuali gue udah nggak butuh jabatan di kantor nyokap! Sekali lagi sorry, K!" Samantha menyatukan jemari di atas keningnya. Meminta maaf sedalam-dalamnya pada sahabatnya ini, Kayla Aryasatya. Seorang gadis cantik dan kaya raya. Sayangnya hingga usianya dua puluh tujuh tahun belum pernah sekalipun ia berpacaran. Entah apa yang sebenarnya terjadi, bahkan Samantha, sahabat terdekatnya pun tidak tahu alasan di balik semua itu.

"Ya udah sana deh loh ngegelinding sebelum gue tendang," kata Kayla akhirnya.

"Trims, K. You are the best!" Refleks Samantha mengecup pipi Kayla lalu langsung beranjak dari situ.

Setelah kepergian Samantha, rasa hampa kembali mengisi relung hati Kayla. Tak ingin terpengaruh dengan perasaannya, akhirnya ia memutusakan untuk berjalan menuju meja bar dan meminta sebotol whiskey untuk dirinya sendiri. Persetan dengan semuanya! Saat ini yang ia butuhkan adalah ketenangan untuk hatinya. Dan yang mampu menenangkan hatinya hanyalah minuman beralkohol yang terpajang di rak-rak yang berada tak jauh dari matanya.

***

Setelah mendengar pernikahan Aura dan Regan yang diselenggarakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, Erwin memilih mengungsi ke Bandung. Sebutlah ia pengecut, tapi ia tidak ingin membuka luka dihatinya dan berakhir dengan mengingatkan dirinya pada penyesalan yang terus berputar di kepalanya bak kaset rusak.

Saat mencari wanita yang dicintainya selama dua tahun, Erwin sengaja bertandang ke seorang dokter psikolog untuk menyembuhkan penyakit di dalam dirinya. Bukan penyakit pada salah satu organ dalam tubuhnya, namun penyakit yang berdiam di dalam jiwanya. Untungnya dokter mengatakan jika Erwin datang tepat pada waktunya. Kebetulan saat ini ia memiliki impulsive control abilites yang cukup tinggi sehingga memudahkan dirinya untuk menjadi kembali normal. Dengan tujuan membuka lembaran baru bersama gadis yang dicintainya, Erwin secara teratur mengunjungi dan mengikuti saran Dokter Elisa. Syukurlah dalam setahun, pribadi Erwin mulai kembali pulih. Ia telah berhasil mengalahkan sisi gelapnya.

Namun, mendengar pernikahan Aura Pratiwi membuat Erwin bersedih. Hatinya hancur berkeping-keping. Tapi bukankah ia sedang belajar menerima kenyataan meski semuanya terasa pahit? Hati kecilnya selalu membisikkan jika gadis yang dicintainya akan jauh kebih bahagia bersama pria bernama Regan Tristan daripada seorang pria brengsek seperti dirinya.

Dan di sinilah dirinya menghabiskan waktu bersamaan dengan acara pernikahan Aura dan Regan. Sebuah klub malam di salah satu kota kembang.

"Aku minta whiskey-nya satu botol lagi!" teriak seorang gadis. Erwin menolehkan kepalanya untuk mencari tahu seperti apa perempuan yang memesan satu botol whiskey. Tatapan matanya menemukan sosok seorang gadis berambut pirang, hasil pekerjaan salon ternama, dengan mini dress yang memperlihatkan sebagian tubuhnya yang putih dan mulus.

"Anda sudah terlalu mabuk," ujar bartender tersebut. Tak ingin direpotkan oleh salah satu pengunjung yang mabuk.

"Aku belum mabuk! Siapa yang bilang kalau aku mabuk!? Huh?" sahutnya berteriak.

"Siapa saja yang melihat anda pasti tahu kalau anda sedang mabuk, nona." Bartender itu menoleh ke kiri dan ke kanan. "Coba saja kau tanyakan pada pria itu." Tunjuknya ke arah Erwin yang masih menatap mereka dalam diam.

Tapi setelah tahu jika ia akan terlibat dengan mereka, Erwin memilih untuk menyingkir dari tempatnya. Sayangnya teriakan gadis itu membuat langkah Erwin berhenti.

"Hei! Sini lo!" Kayla memandang punggung Erwin sembari memicingkan matanya. Pandangannya mulai kabur. Entah mengapa di dalam matanya pria itu ada dua. Apa mereka kembar? Batinnya menebak. Tapi siapa yang peduli. Yang terpenting ia harus membuktikan jika dirinya belum mabuk dan ia membutuhkan sebotol whiskey lagi!

Dengan terpaksa Erwin memutar tubuhnya menghadap gadis itu. Kedua tangannya berada di dalam saku jaket kulitnya.

"Kasih tahu ke bartender bodoh ini kalau gue belum mabuk!" perintahnya.

Dalam diam dengan jengkel Erwin memajukan langkahnya sehingga jarak mereka tidak lebih dari dua meter. "Anda mabuk, nona."

Mendengar jawaban Erwin, gadis itu turun dari kursinya dan berjalan ke arah pria dihadapannya.

"Apa? Coba lo bilang sekali lagi!"

"Anda mabuk." Dengan berani Erwin menjawab. Karena ia sudah ingin cepat-cepat pergi menjauh dari gadis mabuk ini.

Namun semuanya terjadi begitu cepat. Setelah Erwin menyelesaikan kalimatnya, gadis itu berjalan mendekat dan meraih tangannya lalu sekuat tenaga membanting tubuh Erwin ke lantai. Erwin yang tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti itu terkejut dan meringis ketika merasakan sakit pada punggungnya.

"Rasakan! Itulah hukumam buat lo yang berani melawan gue!" kata Kayla sambil menepuk kedua telapak tangannya lalu meraih tasnya dan berjalan meninggalkan tempat itu. Tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya dengan pandangan kagum. Juga meninggalkan Erwin yang perlahan bangkit dan menatap kepergian gadis pirang itu kemudian mengumpat dalam hati.

***

Love Between Us (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang