Entah karena mimpi apa semalam, hari ini Kayla merasa dirinya sangat sial. Dimulai dari dirinya yang lupa memasang alarmnya dilanjutkan dengan Tina yang mendadak minta cuti selama seminggu untuk pulang kampung karena ibunya sakit. Beserta mobilnya yang tiba-tiba mogok di tengah jalan. Sedangkan menuju kantornya yang berada di Sudirman masih sekitar tiga kilometer lagi. Sungguh hari yang tidak bersahabat! Kayla membatin. Ia sudah menghubungi bengkel langganannya tapi lima belas menit telah berlalu dan hingga saat ini belum datang. Jika seperti ini ia akan terlambat.
Kayla menghentakan kakinya kesal. Bisa saja ia meninggalkan mobilnya dan naik taksi. Namun kepada siapa mobilnya akan dititipkan? Lihat saja sekitarnya, semuanya tampak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Tiba-tiba pandangan Kayla tertuju pada sosok pengendara motor yang menghentikan motornya tak jauh darinya. Lalu melepaskan helm-nya dan detik itu juga Kayla terperanjat.
"Mobilmu mogok?" tanya laki-laki itu tanpa sapaan.
"Menurutmu?" Alih-alih menjawab, Kayla membalas bertanya dengan nada ketus.
"Hey nona, aku sengaja berhenti karena hendak menolongmu. Tapi jika kamu tidak ingin dibantu olehku, aku akan kembali melanjutkan perjalananku," sahut Erwin yang langsung memutar tubuhnya menuju motornya.
Dengan cepat Kayla menarik ujung jaket pria itu. Sontak Erwin menoleh menatap pegangan pada jaketnya, sehingga membuat Kayla langsung melepaskan pegangannya. "Kamu bisa melanjutkan yang tadi. Aku tidak akan mengganggumu," ucapnya pelan.
Erwin memandang wajah Kayla dengan gengsinya yang setinggi langit. Ia menghela nafas sebelum akhirnya menghampiri mobil gadis itu dan memintanya untuk membuka kap mobil yang langsung dituruti oleh Kayla. Erwin mengedarkan pandangan matanya dan mulai mengecek satu persatu mesin yang menurutnya menjadi sumber masalah.
"Sepertinya karburatornya bermasalah."
"Terus?"
Erwin berdecak kesal dan menatap wajah cantik di dekatnya. "Beri aku waktu untuk memperbaikinya."
Baru saja Erwin hendak kembali fokus pada kerusakan mobil milik Kayla, gadis itu lebih dahulu mencegahnya.
"Berapa lama?" serunya. Sedikit terlalu kencang sebenarnya. Karena dengan nada normal pun Erwin mampu mendengarnya.
"Tidak lama tapi aku butuh waktu."
"Kalau begitu aku titip mobilku padamu ya. Aku harus segera ke kantor." Kayla mengambil dompet dari dalam tasnya yang berada di dalam mobil lalu menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribu.
"Kalau sudah selesai, bisa tolong antarkan ke kantor aku? Ini kartu namanya dan ini uang untukmu. Terima kasih sebelumnya."
Tanpa menunggu jawaban Erwin yang tidak diberinya sedikit kesempatan pun untuk menjawab, Kayla telah menyetop sebuah taksi dan langsung naik ke dalamnya.
Meninggalkan Erwin yang menatap jengkel kartu nama dan beberapa lembar uang yang masih ada di atas telapak tangannya. Sebaiknya ia mengembalikan uang ini secepatnya. Karena sejak awal Erwin memang berniat hanya membantu. Ia tidak mengharapkan uang sebagai bayaran jasanya. Akhirnya Erwin memutuskan untuk memperbaiki mobil gadis itu kemudian mengembalikan uang tersebut.
Setelah selesai memperbaikinya, Erwin meraih ponsel miliknya dan menghubungi sebuah nomor.
"Halo," sapa suara yang sudah dikenal Erwin dengan baik.
"Adam, aku butuh bantuanmu. Cepat ke sini."
"Tumben kamu butuh bantuanku," sindir Adam.
Erwin mengusap tengkuknya. "Kau mau datang atau tidak? Jika tidak aku akan menutup teleponya."
Ternyata ancaman Erwin berhasil. "Baiklah. Aku akan ke sana. Di mana kau?"
Setelah menyebutkan posisinya Erwin melanjutkan, "O iya? Jangan lupa bawa satu anak buahmu."
"Untuk apa?"
"Jangan banyak bertanya. Sejak kapan bibirmu itu seperti ibu-ibu di pasar?"
Adam terkekeh. "Sejak kau jadi anakku."
Lalu beberapa detik kemudian sambungan terputus.
"Halo?" Adam masih berusaha memanggil Erwin. Tapi ternyata laki-laki itu telah mengakhirinya tanpa pamit. "Cih..apa-apaan dia seenaknya memutuskan sambungan." Tapi akhirnya Adam tersenyum kecil dan langsung berangkat menuju tempat yang tadi disebutkan oleh Erwin.
Sesampainya di tempat yang disebutkan oleh Erwin, kerutan di dahi Adam begitu tampak jelas.
"Mobil siapa ini?" tanya Adam saat melihat Erwin yang penuh dengan peluh sedang duduk di atas kap mobil sedan yang tidak dikenalnya. Apalagi Adam tahu jika majikannya ini belum mampu membeli sebuah mobil dengan gajinya sebagai montir. Motor bekas yang dipakainya saja dibeli Erwin dengan harga murah sesuai kemampuan kantongnya. Dan hal ini cukup membuat Adam bertepuk tangan karena Erwin yang biasanya tidak bisa jauh dari kekayaan ayahnya berhasil bertahan sejauh ini.
"Jangan banyak tanya. Mana orang yang aku minta?" Tak lama kemudian sosok yang dimaksud menyusul keluar dari mobil Adam. "Okay. Dam, kamu tolong antar mobil ini ke pemiliknya. Dan kamu tolong bawa ikuti Adam. Jadi saat ia mengembalikan mobil ini, kalian bisa pulang bersama lagi. Adilkan?"
"Jadi ini tujuan kamu minta aku bawa orang?"
Senyum mengembang di wajah Erwin. "Yup. Aku udah telat masuk jam kerja. Jadi aku harap kalian bisa diandalkan dalam urusan ini. O..iya ini tolong letakkan ini ke dalam mobilnya. Aku tidak membutuhkannya." Erwin menyerahkan uang yang tadi diterimanya kepada Adam. Lalu ia menepuk bahu Adam dan berjalan menuju motornya. Lalu tanpa berkata apa-apa ia melajukan motornya. Meninggalkan Adam yang masih memandang kepergian Erwin dalam diam. Ia memandang jumlah uang yang cukup banyak di dalam tangannya disusul senyum tipis di bibirnya. Erwin yang dikenalnya telah berubah.
***
Sebuah ketukan pintu dari sekretarisnya berhasil membuat pandangan Kayla lepas dari layar monitornya.
"Masuk!" serunya. "Ada apa?" tanyanya saat Ina, sekretarisnya berdiri di depan mejanya.
"Seseorang meminta saya untuk memberikan ini kepada ibu."
Kayla menatap kunci mobil dan sejumlah uang yang jumlahnya sama dengan yang tadi diberikannya kepada laki-laki aneh itu. Memnuat kerutan di dahinya tampak jelas.
"Apa maksudnya ini? Di mana orang yang menyuruhmu memberikan ini?" tanya Kayla tidak sabar.
"Sudah pergi bu."
Hening sejenak. "Baiklah, kamu boleh pergi."
Ina mengangguk dan langsung pamit dari atasannya. Ia menarik nafas panjang. Bagaimana bisa seseorang menolak uang satu juta rupiah sebagai upah bantuannya?
Sebuah notifikasi pada ponselnya berhasil membuat Kayla meraih ponselnya dan membuka pesannya yang dikirimkan oleh Sandra.
Saya sudah menemukannya bu! Akan segera saya kirimkan fotonya!
Tak lama kemudian ia menerima sebuah file foto. Erwin Ivander, seperti apakah kamu sampai membuat karyawanku bekerja keras demi mencari sosokmu?
Jari Kayla membuka file berupa foto itu. Namun detik berikutnya sepasang mata yang indah itu membesar dan bibirnya sedikit terbuka. Di layar ponselnya foto Erwin Ivander berhasil membuat Kayla terperanjat.
Bukankah dia...? Pria aneh itu!? Pria aneh dengan motor jeleknya yang baru saja mengantarkan kunci mobil dan menolak uangnya!?
Cepat-cepat Kayla keluar dari ruangannya hingga membuat Ina terlonjak di tempatnya.
"Ke mana pria yang baru saja mengantarkan kunci mobil saya?"
"Ke arah lift bu.." jawab Ina kebingungan.
Langsung Kayla melangkahkan kakinya menuju lift yang berada di ujung lantai ini. Tidak memedulikan suara stilletonya yang membahana di lantai ini.
Erwin Ivander, aku menemukanmu!
***
Bab selanjutnya bisa buka di link berikut :
https://m.dreame.com/novel/n6F%2FB0nBJa64DowXdNKSZQ%3D%3D.html
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us (Complete)
RomanceSetelah gadis yang dicintainya memilih untuk meninggalkannya dan menikah dengan pria lain. Erwin Ivander memilih untuk kembali ke tanah air. Hingga akhirnya malam itu, ia bertemu dengan Kayla Aryasatya. Seorang gadis angkuh yang menganggap remeh sem...