PART #12 One Percent Love

4.8K 499 78
                                    

Keesokan harinya, masih bersama Azkan, Azizzah belajar melancarkan mengendarai motor. Dengan semangat tinggi ia mengingat setiap perkataan dan arahan dari adiknya, yang harus begini dan begitu ketika mengendarai motor, tetap fokus pada jalanan kedepan, gunakan spion untuk sesekali melihat kebelakang dan terutama patuhi aturan dan rambu-rambu lalu lintas, itulah dasar pelajaran dijalanan jika ingin selamat sampai tujuan. Satu lagi jangan panik ketika ada razia oleh para polisi, tunjukan surat-surat STNK dan SIM. Dan kalaupun tidak punya SIM jangan sampai memberikan pelicin supaya kita bebas, akan lebih baik kita mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Kepala Azizzah manggut-manggut, tanda mengerti.

"Sekarang, ayo kita coba lagi. Luka-luka teteh sudah ga sakit lagi kan?" Azkan menunjuk segores luka yang lumayan dalam dilengan Azizzah yang tersingkap karena terjatuh kemarin diatas jalanan yang berkoral.

"Ga terlalu sakit kok dek. Teteh udah kasih alkohol dan betadine supaya ga inspeksi."

"Bang Harsya tau?" selidik Azkan, alisnya terangkat satu. Ia terlalu memahami kakaknya dan ia tahu jika kakaknya itu tidak akan pernah bisa membuat orang khawatir dengan apa yang dialami karena itu ia tidak akan pernah cerita apapun yang menimpanya "Teteh jatuh kamerin dan luka-luka gini." Azkan menunjuk tangan dan kaki Azizzah.

"Tau." Jawab Azizzah pendek, menundukan kepalanya menatap luka dilengannya itu. Ia tidak berbohong Harsya memang tahu dan melihat ketika ia sedang membersihkan semua luka ditangan dan kakinya dengan alkohon tanpa Azizzah ketahui Harsya sudah ada dihadapannya, tidak diketahui kepulangannya. Kemarin sore Azizzah mengira suaminya itu akan pulang larut malam lagi. Bahkan Harsyapun sempat bertanya "Kenapa?"

Dan Azizzah hanya menjawab "Jatuh." tidak menceritakan secara detail kenapa dan kerana apa ia sampai terjatuh. Karena setelahnya tidak ada pertanyaan lanjutan dari Harsya, tidak ada kekhawatiran atau kecemasan dimata suaminya itu, ia hanya berkata "Oh." lalu beranjak masuk kedalam kamar.

***

Hampir selama dua minggu Azizzah belajar mengendarai motor hingga lancar ditemani adiknya Azkan yang dengan setia membimbing, mengarahkannya dan memberi masukan.

"Teteh yakin pulang sendiri, naik motor ini?" Azkan masih sanksi untuk melepaskan kakaknya mengendarai motor tanpa pengawasan darinya. Pagi ini selama satu jam Azizzah berlatih sekali lagi, memastikan kepada Adiknya bahwa ia sudah lancar dan bisa mengendarai motor.

"Yakin. Tadi kamu lihat sendiri kaka sudah lancar."

"Iya. Tapi..."

"Dek percaya sama kakak," Azizzah meyakinkan adiknya "Kalaupun ada apa-apa, Inshaallah teteh tidak akan kenapa-kenapa."

"Hubungi Aku kalau teteh sudah sampai rumah."

Azizzah mengangguk. Memakai helmnya dan pamit pada Azkan yang masih tergambar jelas kekhawatiran diwajahnya.

Sedikit gerogi kala Azizzah mengendarai motornya, tapi ia harus bisa sendiri dan tidak lagi bergantung pada adiknya, ia harus membuktikan pada dirinya bahwa iapun bisa dan tidak lagi harus merepotkan Harsya seperti yang dibilang oleh Kinanti. Selain itu, iapun ingin membuktikan ucapan Kinanti bahwa dirinya bukanlah parasit yang hanya numpang hidup dari biaya suami.

Azizzah dilema, disatu sisi ia tak ingin terpengaruh sedikitpun dengan ucapan dan tuduhan Kinanti kepadanya dan tetap memilih menjadi istri yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk suami. Namun disisi lain, ia terluka ketika ada seorang wanita yang mengaku sebagai kekasih suaminya menginjak-nginjak harga dirinya, meremehkan tugasnya sebagai istri dan juga wanita. Untuk itu, ia harus melakukan sesuatu yang baik tidak hanya untuk dirinya akan tetapi baik pula untuk suaminya.

Azizzah - One Percent Love [Tersedia E-Book Di Google PlayBook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang