Lampu penerangan jalan terlihat semakin bersinar karena hari sudah menjelang senja, dan kendaraan bermotor semakin memadati jalan saja. Aku memandangi wajah wajah lelah pengendara motor yang kelihatan sangat merindukan bantal tersebut, kemudian melirik wajah Ihsan yang masih fokus menyetir lewat kaca spion motornya."Jalannya pelan banget sih, San!"
Dia menghela nafas pelan "Hemat bensin nona Elisa Yohan!" Aku terkikik pelan mendengarnya, "Apaan sih! Aku ngingetin karena sebentar lagi maghrib, entar kamu telat sholat lagi"
"Waktunya masih lumayan lama kok, lagian rumah lo kan nggak jauh dari rumah gue"
"Tapi tetep aja, kalau kamu langsung pulang pasti lebih cepat sampe, aku ngrepotin banget jadinya"
"Eh? Tumben nyadar, biasanya juga lo selalu ngrepotin gue" Dia tertawa pelan.
Aduh! Bisakah kamu nggak ketawa lagi? Bisa bisa aku meleleh disini sekarang! "Heh, kamu kali yang selalu ngrepotin aku" Kupukul punggungnya pelan.
"Eh ya, bisa minta tolong nggak Lis?"
"Apaan?"
Kulihat dari kaca spion, wajahnya tersipu lalu tersenyum, malu malu.
Ah, aku tidak suka ini! Aku tahu ini akan mengarah kemana."Mintain nomornya si Septi dong, duh, gue udah lama suka tapi masih malu banget buat minta nomernya"
Gotcha! Feelingku tepat.
"Kaaan! Udah aku bilang kamu yang selalu ngrepotin aku! Ogah ah, minta sendiri sana"
"Aaahh! Eliiss! Pliiisss! Minggu pagi besok gue temenin ke Gramed*a buat beli novel inceran lo deh"
"Minggu pagi aku ke gereja, ogeb!"
Dia lalu ber-oh pelan sambil menepuk dahinya " Ya sepulangnya dari sono, gue langsung jemput deh!"
Yah, memang meskipun kami baru kenal selama dua tahun ini, dia sudah benar benar tahu seluk beluk diriku, bahkan sampai tahu bahwa aku tidak akan bisa menolak sogokan berupa novel karya penulis favoritku.
"Okelah, jam sepuluh jemput gue di depan gereja"
"Nomornya lo mintain kan?"
"Iya iya tenang!"
Aku menunduk sambil meremas erat rok pramuka panjang yang ku kenakan. Yah, baiklah! Asal Ihsan senang, aku juga senang kok. Lagipula apa hakku melarangnya untuk meminta nomor cewek berkerudung incarannya tersebut?
-..-
"Aku pulaaang!"
Mama langsung menyambutku di ruang tamu "Kok udah pulang? Papa malah belum pulang kerja, jadi belum bisa jemput kamu"
"Tadi pulangnya sama Ihsan kok"
Seketika beliau langsung menyeringai jahil "Hayolohh..kamu pacaran kan sama Ihsan?"
"Apaan sih ma? Enggak kok"
"Tapi tiap hari yang nganter pulang dan kadang juga jemput ke sekolah kan si Ihsan yang tinggi itu kan?"
Aku mengangguk "Iya Ma, tapi dia bukan pacarku!" Lebih tepatnya aku berharap dia jadi pacarku. Mama tertawa melihat pipiku yang bersemu merah. "Yasudahlah, mandi dulu lalu makan, oh ya, udah di kasih tau Mbak Jessy belum?"
"Dikasih tahu apa?" Aku menghentikan kegiatan melepas sepatuku begitu mendengar nama salah satu tetanggaku tersebut.
"Kamu disuruh bantuin dia ngajar anak kecil di sekolah minggu, Bu Gerald sakit soalnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't I Love You
Teen FictionBisakah aku mencintaimu, mengisi hatimu dan menjadi orang yang paling berharga untukmu?