Chapter 4

796 100 23
                                    

Sooyoung merasakan kakinya gemetar karena dinginnya air lautan ketika Sungjae muncul dengan rompi pelampung ditangannya.

"Syukurlah tidak terlambat. Sooyoung-ah, ambil ini. Pasang dengan benar. Aku akan turun" Sungjae hampir melompat turun namun tertahan dengan teriakan Istrinya.

"Ani Oppa. Lemparkan saja rompinya. Kau tak harus ikut kedalam sini" Ujar Sooyoung sambil tersenyum menenangkan. Sungjae merasakan tenggorokannya tercekat, apa Sooyoungnya ingin membuatnya menjadi pengkhianat dengan membiarkan istrinya mati sendirian.

"YA! Aku lebih baik mati jika kau mati, Sooyoung-ah!" Teriak Sungjae kalap. Yeri nampak menghiraukan pembicaraan sepasang suami istri ini karena dia terlalu sibuk menangisi ketakutannya.

Seulgi berpikir sejenak kemudian melihat keadaan sekitar. Dia merasa tak ada yang bisa berpikir jernih sekarang selain dirinya. Wendy dan Yeri sudah terlalu putus asa, dan sepasang pengantin baru ini juga nampak terlihat panik.

"Tidak, Sungjae-ssi. Tetap disana. Ini mungkin gila, tapi ini adalah satu-satu cara yang bisa kita coba. Kita akan menunggu air naik, hingga kita bisa mengapung, berenang keatas dan keluar dari pintu" Seulgi mendongak memandang pintu yang berada sekitar beberapa meter dari atas kepalanya.

"Kau tunggulah disana. Bantu untuk kami keluar dari sini, kau bisa menarik kami satu persatu dari sini mengingat hanya kau pria yang ada" Bujuk Seulgi. Sungjae berpikir sejenak lalu wajah berubah ketika dia ingat satu hal.

"Tapi istriku tidak bisa berenang" bisik Sungjae putus asa. Sooyoung tersenyum sekali lagi, mencoba menenangkan suaminya yang terlihat kalut.

.

Sooyoung sudah memakai rompi penyelamat saat air sudah hampir mencapai dagu. Yeri mulai menggerakkan kakinya karena tubuhnya yang tidak tinggi. Sungjae terus mengamati keadaan kabin yang mulai terendam itu dengan wajah kosong.

"Sooyoung-ah, kau tau aku mencintaimu kan?" tanyanya sendu. Sooyoung mendongak, dan menemukan Sungjae sudah beruraian air mata.

"Ho'oh, tapi Oppa... Jika benar mimpiku semalam jadi kenyataan kuharap kau bisa hidup dengan baik. Jangan berpikiran pendek dengan mengakhiri hidupmu karena aku. Aku tidak suka lelaki lemah seperti itu. Kau mau berjanji kan Oppa?" Sungjae benar-benar terisak sekarang. Dia merasa ini benar-benar akhir mereka. Dia sama sekali tidak melihat tanda-tanda tim penyelamat yang dijanjikan sang kapten.

Sungjae menghentikan tangisnya lalu mengusap wajahnya yang basah. Tidak, ini bukan saatnya untuk menyerah. Dia punya istri yang harus diselamatkan. Apa jadinya jika kepala keluarga seperti dirinya menyerah dengan mudah seperti ini.

"Sooyoung-ah, kau bisa melihat lemari di sana? Sepertinya bisa mengapung. Cepat naiki sebelum kalian benar-benar tenggelam" Perintah Sungjae setelah menyadari sebuah lemari berukuran sedang nampak mengapung sedikit dari posisinya.

"Kau benar! Wendy-ya! Sadarlah Hey Kau mau mati disini!! Bantu aku membalikkan lemari ini! Kalian berdua juga! Cepat!" Seulgi meneriaki Wendy yang linglung. Seketika gadis itu tersadar lalu menyisiri air yang mulai mengubur leher mereka, membantu Seulgi bersama dua orang yang lainnya membalik lemari yang ditunjuk Sungjae.

Sesuai dugaan, lemari kayu tersebut dengan mudah mengapung dengan sisi pintu berada dibawah. Sooyoung adalah orang pertama yang menaikinya mengingat dia satu-satunya yang tidak bisa berenang disana. Disusul Yeri, Wendy kemudian Seulgi walau dia hanya berpegangan disisi lemari karena lemari nampak akan tenggelam jika dinaiki empat orang sekaligus.

Sungjae mencoba mengulurkan tangannya, menggapai tangan istrinya yang juga terulur. Tinggal sedikit.

"Masih belum sampai. Seulgi-ssi kau masih bisa bertahan?" Tanya Sooyoung. Seulgi mengusap air yang membasahi wajahnya lalu berkata dengan lantang.

July 7'th (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang