Dia sedang mengawasi keadaan pertigaan jalan utama yang ada di Distrik Seoul itu. Dia akan mendapat banyak pekerjaan kali ini.
Dia sesekali mengecek arlojinya. Karena sekitar 10 menit lagi dia akan berkerja.
Sambil menunggu, dia mengecek amplop-amplop yang ada di tangannya. Sangat banyak. Mungkin sudah ada sekitar 10 amplop.
"Hosoek-ah. Berapa lama lagi?" Tanya seseorang yang ada di samping pria bernama Hosoek.
"9 menit lagi. Soekjin, Yoongi. Bersiaplah. Kita akan dapat banyak orang hari ini. Dan jangan sampai ada catatan nama yang terlewat."
Mereka berdua hanya menganggukan kepalanya.
"Hosoek-ah. Apakah mungkin akan ada jiwa yang belum mati nanti?" Yoongi bertanya dengan nada dingin. Sambil mengecek daftar nama yang ada di amplop yang dia bawa.
"Semuanya akan mati dan pergi ke akhirat. Tenang saja. Aku sudah terlalu repot dengan jiwa yang belum mati." Hosoek menjawab dengan nada yang agak tinggi. Perasaanya sedang tidak terlalu baik. Banyak masalah yang harus dia urusi sekarang. Keadaan akhirat sedang tidak kondusif.
"Oh ya. Mana teman kita yang baru? Bukankah kita seharusnya empat orang?" Tanya Soekjin.
Hosoek hanya mengindikan bahunya...
Hosoek kembali menatap jalanan itu. Dia merekatkan mantel jas nya kembali.
"Baik. Ayo mulai sekarang"
Soekjin dan Yoongi menganggukan kepalanya.
Dduaarrrr
Byul Bi
Kulangkahkan kakiku menuju tempat favoritku. Ya, rooftop. Ku dudukan diriku di bangku satu-satunya yang ada di sana. Ku tarik nafas yang dalam sebisaku. Aku memikirkan betapa malangnya diriku. Memang, aku mempunyai dua sahabat, ah tidak. Mungkin 3 sahabat. Ya, semenjak kejadian di rooftop tempo hari aku semakin dekat dengan Taehyung. Tapi kedua unni ku? Mereka selalu meninggalkanku ketika lonceng istirahat tiba.
Aku sangat ingin tertawa bersama kedua unni-ku. Tapi nihil. Itu tidak akan terjadi. Dan kedua unni ku tidak pernah berinteraksi kepada penghuni kelas, kecuali dengan aku dan Taehyung. 'Sebenarnya ada apa dengan mereka?' Itu yang selalu kupikirkan.
Aku pun memutuskan untuk pergi dari tempat singgahsana ku dan ku beranikan diri untuk mencari unni-unniku. Ku susuri setiap ruangan yang ada di sekolah. Tapi hasilnya nihil. Di kantin, lap basket, UKS, bahkan wc . Aku sudah mencarinya. Tapi di mana unni ku.
Akhirnya aku menyerah untuk mencari mereka. Aku pun memutuskan untuk duduk di dapan ruang musik. Terdengar dari dalam siswa siswa sedang memainkan musik dengan sangat merdu. Aku menyukainya.
"Hana-ah, kemarilah" Unni, suara Ara unni. Ya benar, itu suaranya.
"Ne unni.. tunggu aku." Aku pun segera mengejar kedua unniku.. Aku berlari sekuat tenaga ku. Aku ingin memeluknya.. aku merindukan mereka
Brukk!!
Aku tersungkur... semua orang memperhatikanku..
"Di mana unni-unni ku?" Aku berbicara sendiri. Aku bingung, kepala ku sangat berdenyut. Sebenarnya ada apa ini.. dimana kedua unni ku?
"Neo gwaenchana?" Kata seseorang sambil memegang kedua pundakku
Aku masih tak bergeming. Aku masih memegangi kepalaku. Entah mengapa kepala ini berdenyut sangat cepat. Menyakitkan.
Aku bisa merasakan tubuhku di bopong entah menuju ke mana. Apakah mungkin dia adalah lelaki hidung belang? Atau Psikopat yang meninginkan gadis muda? Tolong turunkan aku, aku bukan seperti wanita-wanita jalang itu.! Tolong turunkan aku. Aku ingin meronta, tapi aku sudah tudak kuasa menahan sakit yang ada di kepala. Iya, seperti ada yang menusuk-nusuk kepalakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Byul Bi [BTS FF]
Fanfiction📌Hidup untuk menjadi pengganti dari jiwa yang mati. 📌Ber-reinkarnasi untuk menjadi jiwa yang baru 📌Pencabut nyawa. Itu semacam malaikat. Dia menjadi pencabut nyawa karena dosa yang dilakukan di masa lalunya teramat besar. 📌Saling mengorbankan s...