Prolog

75 1 0
                                    

Bianca turun dari mobil Alpard putihnya. mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. ponsel dalam keadaan mati itu Bianca gunakan untuk bercermin. merapikan poni miringnya yang sedikit berantakan.

Di rasa rambutnya sudah rapi kembali, Bianca memasukan ponselnya kembali, lalu segera berjalan anggun. hembusan angin pagi membuat rambut hitam panjang Bianca naik turun sehingga bertambahlah kecantikannya. apalagi di tambah senyuman ala Bianca yang tercetak di bibir. alhasil tak seorangpun siswa laki-laki yang tak menatapnya pada detik ini. tetapi ada satu siswa yang sama sekali tidak tertarik dengan keindahan wajah Bianca. namanya Bintang. dia sangat terkenal dengan sifat playboynya. hampir semua siswi SMA Bimantara sudah pernah di pacari Bintang. nggak semuanya sih. cuma yang menurut Bintang cantik aja di mata dia (Author)

Bianca juga melekat sifat yang sama seperti Bintang. ia playgirl. sama juga seperti Bintang, hampir semua siswa SMA Bimantara pernah di pacarinya. nggak semuanya juga. sama kayak si Bintang.

Bianca cuek di pandang banyak siswa laki-laki. ia terus berjalan fokus ke depan. hingga ia berhenti mendadak ketika ada seorang cowok yang melintas di depannya.

"Heh, lo!" panggil Bianca.

Cowok dengan tas punggung yang ia kenakan hanya di satu bahu menoleh. dengan rambut yang acak-acakkan khas anak keren.

"Lo manggil gue?" tanya cowok itu sambil menunjuk dirinya.

"Siapa lagi. sini lo!" perintah Bianca.

"Sorry ya, yang butuh siapa yang harus mendekat siapa. lo butuh gue kan? ya lo yang ke sini," balas Bintang.

"Ck, hhh, Bintang si playboy akut! lo udah bikin gue berhenti mendadak dan untung gue nggak nabrak lo," Bianca menghampiri Bintang dengan langkah sepatu yang di tekan-tekan.

"Ngaca dong. lo juga playgirl. super akut banget tingkat dewa ngalahin gue. sok cantik lagi. jijay gue mah sama lo," Bintang membuang muka. "Sia-sia dah waktu berharga gue cuma buat berhadapan sama lo. waktu gue buat ketemu pacar nggak jadi gara-gara lo. lagian kenapa emang kalau gue bikin lo berhenti mendadak? dan kenapa lo beruntung nggak nabrak gue? setau gue cewek-cewek tuh pada ngarep tabrakan sama gue."

"Jawaban pertama gue nggak suka aja sama lo. fine aja sih kalau orang lain bikin gue berhenti mendadak juga. tapi kalau lo. gue nggak tinggal diam. jawaban kedua najis banget sentuhan sama lo. bisa iritasi sebulan kalau kulit gue nyentuh kulit gosong lo," tutur Bianca.

"Kedua jawaban lo bikin gue pengin banget gampar muka lo. untung lo cewek, Bi, kalau cowok, gue gampar lo seribu kali," Bintang menunjuk wajah Bianca dengan jari telunjuknya, lalu menunggalkan Bianca.

Bianca terus menatap Bintang dengan panas. di kejauhan Bintang terlihat membenarkan tasnya yang dikenakan hanya di satu bahu.

"Kurang ajar banget tuh cowok!" Bianca meremas kedua tangannya. pandangannya tertuju pada Bintang yang semakin menjauh.

Tak ingin membuang waktu lagi, Bianca berhenti menatap Bintang yang kini sudah menghilang dari penglihatannya. ia kembali berjalan menuju kelasnya. langkah anggunnya telah di gantikan oleh langkah jalan cepat di karenakan sebentar lagi bel masuk berbunyi. belum lagi Bianca harus menaiki anak-anak tangga berjumlah banyak karena kelasnya terletak di lantai 3. andai saja sekolah ini di fasilitasi lift pasti murid-murid yang kelasnya terletak di lantai 3 dan 4 tak perlu menghabiskan energinya untuk menaiki tangga-tangga. mereka tinggal berdiri manis di lift dan sebentar saja sudah sampai di lantai tujuan.

Bangke dah ni sekolah. mewah-mewah tapi pemiliknya pelit banget fasilitasin lift. paling mentok eskalator kek, rutuk Bianca.

°°°

Tolong vote-nya ya ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Playboy VS PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang