Chapter 6: Date?

128 17 2
                                    

"Apa!" gumamku terkejut melihat siapa nama yang tertera di layar, setelah ku melihat log panggilan. Ku senggol-senggol lengan Kun Hee, lidahku serasa kelu, tenggorokan serasa tercekat. Kun Hee menoleh dan ku sodorkan ponsel ke arahnya.

"Mr. J," guman Kun Hee dengan raut muka kebingungan.

"Kau mengenalnya?" tanyaku dengan mengerutkan dahi.

Sebenarnya siapa Mr. J? mengapa nama itu juga ada di ponsel Kun Hee? Apakah dia mengenal Mr. J?

"Aniyo, aku tidak mengenalnya sama sekali." Gelengan dengan ekspresi Kun Hee membuatku semakin bingung. Tangannya meraih ponsel di tanganku, melihat kembali nomor yang baru saja menelfon.

"¹Jinjja?" bisikku.

"Ne, bahkan aku hanya menyimpan beberapa nomor teman dekat saja diponselku. Kun He menyipitkan matanya, terlihat berfikir keras.

"Lalu, ini siapa?"

"Sudah ku bilang, aku tidak tahu. Atau kamu yang mengerjaiku ya?" Kun Hee malah menuduhku balik. Aku menggeleng dengan tegas. Jika bukan dia, lalu siapa?

"Eh, kau sudah tidak takut?" Alisnya bergerak naik-turun begitu aku melihatnya. Oh My God, aku lupa jika... Secara refleks kepalaku menengok ke arah layar besar yang terpampang di depan sana. Pria berambut acak-acakan dengan mata membelalak merah dan darah menetes-netes dari sana hingga menelusuri kedua pipinya, membuatku semakin ketakutan dan—

"Aaaaarrrgh..." Semua orang mengalihkan pandangan ke arahku. Entah kekuatan dari mana sampai aku berani menjerit, segera memeluk lengan Kun Hee dengan kepalaku yang menempel di bahu bagian belakang alih-alih menatap wajahnya dengan ekspresi memelas, dia membulatkan mata dan mulutnya tak percaya. Tangan satunya menepuk-nepuk pundakku menenangkan. Suara kasak-kusuk mulai terdengar, merambat seolah alunan radio rusak yang terdengar keseluruh ruangan. "Ayo pergi, Kun Hee-ya!" bisikku penuh penekanan. Si empunya terkikik melihat aksiku kali ini. Hey, aku bukan badut eoh.

"Ku kira kau akan senang dengan genre ini, Lee Sang Mun-ah." Aku tahu, kali ini Kun Hee mengerjaiku. Dia terus terkikik dengan suara ringan dan pelan, ku lepaskan lengannya sumpah serapah mulai keluar dari mulutku untuk mengutuknya. Dia menyebalkan!

"Yaaa! Kun Hee-ya. Jebal, kita pergi sekarang!!" pekikku tak tahan melihatnya terkikik menang. Baiklah kau yang mulai ini, Kun Hee-ya!!!

"Baiklah, kajja." Kerlingan matanya membuatku ingin mencoloknya saja, tak perlu di komando lagi—aku keluar dari bioskop dengan diikuti Kun Hee di belakang. Tak bisa dipungkiri lagi, kali ini aku sangat malu bukan main—berteriak seorang diri disana. Uuh, sudahlah aku tak perduli apa kata orang, mungkin sebagian orang memakiku karena suaraku lebih menyeramkan dari hantunya. Tak apa, mereka tak bisa melihat wajahku secara jelas, bukankah lampunya dipadamkan? Ihihi... Itu bonus untuk mereka.

Kita sudah berada di pintu keluar bioskop, terlihat banyak orang mondar-mandir melewati kita. Kun Hee manarik telapak tanganku, beranjak dari tempat mengerikan--bagiku. Mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya--bahwa Lee Sang Mun, menonton film Horror. Aku ingin tertawa sekeras-kerasnya atas ucapanku barusan, terlalu konyol.

"Sang Mun, kali ini kau harus mencoba permainan ini, oke!" Tubuhku tergoncang-goncang, kali ini Kun Hee sangat bersemangat, hingga berbicara menghadapku dengan mengoyah-goyahkan kedua pundakku. Sedangkan aku, hanya bengong dengan wajah polos dan menatap matanya yang juga menatap mataku. Bayangkan saja, bagaimana konyolnya wajahku menghadapi orang yang juga bertingkah konyol seperti itu. Oh My God. Kun Hee mengubah ekspresinya seperti orang kebingungan, aku jadi heran, apa dia seorang aktor? Mudah sekali mengubah ekspresi muka. Alisnya hampir saja menyatu, dahi berkerut tapi tetap saja dia terlihat imut. Eh, Sang Mun, apa yang kau fikirkan hah!!!

Dear My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang