Seperempat Otak

8 1 0
                                    

"Selamat ulang tahun, Andori yang ke-16. semoga panjang umur,sehat selalu,"

Suara khas orang ngantuk itu terhenti sejenak. Membuat salah satu orang yang berada dalam ruangan kelas ini menutup mulutnya agar tidak berteriak histeris.

"amiin." Kata itu,ya. Hanya kata itu yang menjadi penutup sebuah voice note yang sahabatnya berikan untuk Dori. Itu,suara Angkasa. Iya,yang itu. Kevandra Angkasa.

Setelah benar-benar berakhir Dori memekik senang,di umurnya yang ke-16 Angkasa-kakak kelasnya. Memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya. Ya meskipun,Andori tahu. Itu sangat membutuhkan perjuangan. Tapi, Dori tidak peduli. Dan sangat bertrimakasih kepada semua sahabatnya.

"Sumpah,demi apapun,itu ayang gw?" Dori memeluk sound yang tadi digunakan untuk memperkeras suara Angkasa. "Yatuhan, jangan bangunkan Dori jika ini mimpi" Katanya seraya mengusap-ngusap sound system itu dengan sayang. Perbuatan Dori itu membuat semua sahabatnya berdecak kagum akan sikap yang terlalu chilhood,menggelikan,menyebalkan,terlalu alay dan hal-hal menjijikan lainnya?

"Gak mau bilang makasih mba?" Anisa menyilang tangannya didepan dada. Berhadapan dengan Andori yang sedang duduk menggelikan itu. "Makasi Anisaa" Tanpa di komando. Dori menghamburkan diri pada Anisa yang sebenarnya belum siap untuk tertimpa Dori. Tapi, Apa boleh buat? Semua orang yang berada dalam ruangan kelas itu berpelukan.

Kejadian itu,kejadian  delapan bulan lalu. Saat masih duduk dibangku kelas sepuluh. Membuat bibirnya berkedut hanya untuk tersenyum kecil. Membayangkan Angkasa yang kesal karena perbuatan sahabatnya itu membuat Dori bergumam untuk menahan diri tidak berteriak.

Seperti sekarang,di jam istirahat pertama yang selalu dihabiskan Dori untuk membaca novel atau berimajinasi tentang semuanya. Gebetan,calon imam,percakapan yang bakalan dilakuin sama gebetan,padahal Dori tidak mempunyai gebetan sama sekali. Menyedihkan memang. Setiap kali Dori menyukai seseorang pasti berujung seperti ini.

Sadar akan suatu hal,senyum Dori pudar begitu saja dan memilih menelungkupkan wajahnya.

"Bangun Dor" Desya membangunkan Dori yang menelungkupkan wajahnya di bangku. "Lo nangis?" Desya memegang kedua pundak sahabatnya ini,Dori menggeleng sekaligus terkekeh geli melihat ekspresi sahabatnya  "Apasi,Sya. Enggak." Dori melepaskan tangan Desya yang berada dipundaknya "Ini tuh,pulau yang masih basah. Soalnya lo bangunin gw pas gw udah mau tidur banget" Katanya yang langsung mendapat jitakan dari Desya "ew,demi apapun,lo jorok banget." Desya menjauhi Dori yang sedang tertawa.

"Sana ah! Cuci muka lu Dor. Jijik gw punya sahabat kaya lo" Katanya seraya mendorong Dori untuk beranjak dari bangkunya tanpa perlu dipaksa dengan keras,Dori menuruti kata-kata sahabatnya. Ia pergi ke arah toilet yang diantar oleh Desya dibelakangnya. "Gw tuh suka apa engga sih?" Gumamnya yang membuat Desya menyerit. "maksud lo?" Pertanyaan yang dianggap tidak bermutu itu keluar dari mulut sahabatnya--Desya. "Gw stuck,yang" Ucapnya pelan. Embel-embel "yang" itu digunakan Dori ketika ia berbicara dengan Desya. Panggilan kecil Desya. Ya,gitu. Menurut Dori Desya beruntung. Meskipun jomblo. Banyak yang memanggil dia Yang atau yayang.

Otak Dori memang terkadang terlalu baper,maklum. Sisa Seperempat otaknya yang masih original alias tidak terkontaminasi galau yang sering Dori lakukan.

"Bukan stuck kok,lo cuma keingetan aja." Desya menenangkan sahabatnya itu. " udah jangan dipikirin,nanti lu sakit hati lagi. " Katanya. Yang mendapatkan putaran bola mata jengah dari Dori "Bukan lagi,tapi sering."

Kekehan itu lolos dari bibir Desya,melihat Dori yang mencebikan kata-kata tidak suka pada Desya. "mangkanya,hatinya jagain. Peringatin. Buat gak gampang suka sama orang." Katanya seraya menahan tawa yang akan meledak. Dori yang melihat itu hanya menirukan suara Desya. "Jangan so deh Sya. Lo juga gitu kok. Bedanya,gw terbuka sedangkan lo tertutup!" mendengar itu Desya langsung melebarkan bolamatanya. Dan hanya mendapatkan Dori yang sedang menjulurkan lidahnya.

Dan seperti sekarang,mereka berakhir berlari di lapangan utama hanya untuk menghindari omelan Desya yang selalu kelewat pedas. Seperti anak kecil memang. Tetapi itulah mereka. Tanpa Dori sadari. Ada sepasang mata yang tersenyum kecil melihat tingkah mereka.

--------------

Welkaammmmm beautifullllll. Kini aku datang bersama Angkasa dan Doriiiiii

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang