[Sang burung bertarung untuk bisa keluar dari cangkangnya. Cangkangnya adalah dunia.]
Sudah lama aku tidak melihat dunia yang ku tinggalkan, sudah lama aku tidak melihat cahaya yang menyilaukanku dan menuntunku kembali.
Suasana sepi, begitu sepi hanya ada aku di meja makan itu. Tidak, sebenarnya aku ditemani beberapa hal yang sering menemaniku selama ini. Sebuah apel di atas meja makan panjang, di hiasi cantiknya lilin mewah di meja juga sekuntum bunga berwarna putih. Sambil mendengar alunan musik yang terdengar dari aerphone milikku, ku habiskan waktuku disana –di dalam ruangan yang remang-.
Tanganku meraih apel merah besar itu, mengarahkannya ke mulutku. Namun aku hanya menghirup aroma apel itu. Mencoba untuk memakannya namun nafsuku tidak mengijinkan gigitan apel itu untuk mendekat ke deretan gigi milikku. Ku jauhi apel itu dan ku jatuhkan ke lantai.
Dug
Apel itu menggelinding menjauh.
Ku raih kamera polaroid milikku untuk menaikkan mood ku saat ini. Ku arahkan kamera itu untuk memotret bunga putih di depanku.
Klik
Saat kamera itu telah mengabadikan bunga itu tiba-tiba angin berhembus dan memadamkan api yang bertengger di sumbu lilin. Aku menurunkan kamera ku, menatap lilin di atas meja yang telah padam. Ku alihkan pandanganku ke sekitar. Ke arah kiriku, tidak ada yang berubah. Namun di arah sebaliknya kegelapan itu mendekat dan menenggelamkanku dalam kesunyian.
Aku takut
Aku melangkah menuju kamar besar yang sudah ku tempati selama ini. Menyusuri lorong gelap itu seorang diri, dengan gontai aku menuju kamar milikku. Kedua tanganku terangkat begitu sampai di depan pintu kamar, meraih tangkai kayu yang menempel di daun pintu lalu membukanya lebar.
Moment pertama yang ku lihat, tidak ada yang berubah. Hanya ada kasur milikku dan ruangan sunyi itu. Kaki ku melangkah masuk ke dalam, lalu berhenti ketika sudah sampai di dalam. Ku tolehkan kepala ku ke belakang melihat lorong gelap itu sekali lagi sebelum pintu itu tertutup rapat memenjarakan ku sekali lagi.
Ku duduk ditepi ranjang sambil memainkan sebuah korek api di tangan. Ku lirik kelopak bunga putih di samping ku. Ku raih dan ku letakkan di lantai. Kembali ku raih korek api yang semula ku genggam dan ku nyalakan korek itu hingga menghasilkan api yang mulai membakar kelopak itu.
Aku takut ... selalu takut ... sekali lagi aku takut ...
Ku rebakan diri di atas ranjangku. Berusaha menutup mata meski mimpi itu akan kembali hadir dan menakutiku. Benar saja, belum sempat mataku terpejam suara itu kembali hadir. Kepala ku serasa berputar ketika mendengarnya. Semua hal yang ku lihat seakan mulai hilang dan tak tampak hidup. Lemari itu, lampu itu, bahkan langit-langit itu semuanya bergerak abstrak dimataku. Ahhhh ... ini menyakitkan! Halusinasiku kembali membuatku tersiksa. Siapapun ... tolong aku!
Aku membuka mataku dan bangkit dari ranjang itu. Semuanya sudah kembali, meski kepala ku masih sakit.
Aku duduk di tepi ranjang menghadap sebuah jendela di depanku. Ku buka tirai itu dan mendapati sebuah pantulan diriku disana. Ketika ku sentuh, pantulan itu menghasilkan riak seperti air. Apa ini?
Kling
Aku menoleh ke belakang, suara itu mengalihkan perhatianku. Siapa disana?
Aku turun dari ranjangku karena penasaran. Ku dekatkan diriku menuju pintu itu yang masih tertutup. Sesaat kemudian pintu itu terbuka tepat di depan mataku.
Klek
Lorong itu?
Pintu itu terbuka dan hal yang pertama kali ku lihat adalah lorong itu terang meski remang. Ku dapati lampu di atas langit-langit itu menyala dan menerangi sebagian lorong itu. Di ujung sana, ku lihat sebuah gambar yang tak begitu jelas dari sini.
Kaki ku bergerak mendekat –keluar dari kamar itu-. Ku susuri lorong itu seorang diri. Ku perhatikan di kanan – kiri ku terdapat sebuah gambar yang sama menyelimuti dinding disana. Seperti yang ku tahu, gambar itu disebut Abraxas.
Tak ku sangka aku sudah berada di ujung lorong itu. Gambar yang ku lihat dikejauhan kini sudah tepat di depan mataku. Gambar sebuah burung hitam yang bertengger di dinding itu. Oh .. aku pernah melihat gambar ini.
Kling
Aku menoleh ke kanan mendapati sebuah ruang yang sangat terang, bahkan cahaya tempat itu sampai menerangi sebagian tempatku berdiri saat ini. Sayup-sayup ku dengar suara dari sana. Suara panggilan seseorang yang memanggil namaku. Aku ingat suara ini.
Ku langkahkah kaki menuju cahaya itu, meninggalkan tempat yang selama ini ku anggap duniaku. Aku baru teringat, selama ini aku terjebak di dunia yang aku ciptakan sendiri. Dunia yang hanya aku inginkan. Pergi menjauh dari dunia yang sudah Tuhan ciptakan sempurna untukku hanya untuk kemauan diriku saja. Kini aku menyadari dunia apa yang ku maksud. Tapi apakah aku masih dapat kembali bahkan setelah menjauh seperti ini?
Aku kembali pulang, kembali ke dunia yang telah lama ku tinggalkan.
[Siapa yang akan terlahir harus menghancurkan dunia terlebih dahulu. Dan dunia itu adalah dirimu sendiri.]
-AWAKE-
KAMU SEDANG MEMBACA
WINGS [END]
FanfictionSang burung bertarung untuk bisa keluar dari cangkangnya. Cangkangnya adalah dunia. Siapa yang akan terlahir harus menghancurkan dunia terlebih dahulu. Author : Sung Hyo Woo (Ariya_Tri) Tittle : WINGS (From Short Film WINGS) Main Cast : Kim Nam Joo...