4

3 1 0
                                    

"Kamu nggak sepenuhnya salah ,kok! Aku yang egois, harusnya aku nggak bikin kamu nunggu."

Nggak sepenuhnya salah? Berarti sama aja aku punya kesalahan atas semua kejadian yang menimpanya hari ini. Huft..

Dia menatapku dengan senyumannya yang selalu membuatku jatuh hati.

Tok... tok... tok...

"Permisi... maaf, Bapak Vedderick Christiawan? Ini makan siangnya. Tolong di habiskan dan anda harus makan obatnya setelah itu minum obatnya untuk mengurangi rasa nyeri. Ini obatnya, ya?" Kata perawat itu.

"Iya. Terima kasih, ya, Sus." Kataku. Suster itu menganggukan kepalanya dan meninggalkan kami.

"Aku kesel kalau dipanggil bapak sama Suster dan Dokter di sini ,Yang!" Keluhnya padaku setelah mendengar dirinya di panggil Bapak. Aku tertawa kecil.

"Aku setuju sama suster itu ,yang... makanya jangan suka marah-marah, nanti cepet tua!" kataku sambil tertawa.

"Kamu kok jadi ikut-ikutan ngeledekin aku?" Katanya protes. Dia terlalu menganggap serius perkataanku.

"Aku cuma bercanda, Yang!" Kataku.

"Tapi kamu ledekin aku, aku kesel ah, sama kamu!" Kata Ved.

"Kamu kayak anak kecil tau ga?!" Kataku yang balik marah padanya. Aku pergi meninggalkannya. Aku terlalu kesal padanya yang selalu saja seperti itu, bersifat seperti anak kecil.

***
aku dan Kam menaiki mobilku. Aku menyalakan mobilku. Dan mulai perjalanan menuju rumah. Aku tak ingin berlama-lama di sini.

Aku mulai muak dengannya. Tapi, pasti ada saja kata-katanya yang membuat aku tersentuh. Kata-kata yang mungkin sudah 'basi' menurut Kam.

Di mobil aku memulai pembicaraan dengan topik Vedderick Christiawan. Seorang lelaki yang sedang terbaring di rumah sakit yang baru ku kunjungi.

"Dia tuh kayak anak kecil aja...! Umur 23 tapi sifatnya kayak anak 3 tahun." Kataku.

"Ah, gue bete kalau lu bahas soal Ved, Tiana!" Kata Kam yang terlihat sudah terlalu kesal saat mendengar nama Ved.

"Ih, lu mah... temennya mau curhat ga dibolehin..." kataku protes.

"Lah? Kan gue udah bilang ke lu tentang Ved, lu nya aja yang kepala batu!" Kata Kam. Aku terdiam. "Tiana Khiel, ini demi kebaikan lu juga, gue ga mau lu lebih tersakiti lagi. Jadi, lebih baik lu putus sama Ved. Lu bertahan sama dia tuh seakan-akan ga ada cowo lain lagi yang lebih baik dari dia di dunia ini." Kata Kam lagi.

"Iya, gue tau, Kam, tapi..."

"Tapi, lu sayang banget sama dia? Duh, lu udah di kayak giniin masih aja mau pertahanin si cowo sialan itu? udah deh, terserah lu aja lah sekarang! gue udah capek tau ga?" Kata Kam.

"Iya, gue putus dari dia, tapi lu jangan marah sama gue lagi dong! Gue kan bestie lu, Kam..." kataku.

"Iya. Iya." Kata Kam.

***

Aku mengatur sebuah pertemuan dengan Ved sepulang dia dari Rumah Sakit.

"Sayang!" Kata Ved yang baru saja memarkirkan motor ninja kesayangannya yang baru selesai di servis.

"Hai Ved!" Kataku datar.

"Kamu kenapa? Kayaknya serius amat? Mau ngomong apa emangnya kamu?"

"Iya, aku mau ngomong sama kamu." Kataku.

"Soal apa?"

"Hubungan kita."

"Kenapa sama hubungan kita?"

"Aku udah capek kayak gini terus, aku punya kehidupan sendiri. Kehidupan aku nggak harus selalu tentang kamu, Ved. Ini hidup aku, kamu salah kalo kamu perlakukan aku kayak gini terus kamu bilang kalau kamu sayang sama aku!"

"Aku memang sayang sama kamu, aku lakuin ini semua buat kebaikan kamu, sayang! Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu!"

"Cara kamu salah! Udah. Sekarang begini aja, aku mau kita putus karena aku udah capek sama kamu, sama sifat kamu! Makasih buat semuanya! makasih buat 'Rasa sayang kamu' yang selalu berhasil membuat aku tersiksa! Selamat tinggal, Ved!"
Aku meninggalkannya begitu saja. Aku akhirnya bisa memulai hidupku yang seperti semula. Tentunya sebelum aku mengenal Ved bahkan berpacaran dengannya. Aku terlalu menyayangi dia sampai aku tak sadar kalau kehidupanku akan lebih baik jika aku tidak bersamanya terus.

***
Aku kembali ke 'pink world' ku. Tempat yang penuh dengan kisahku. Aku merindukan kamarku ini. Ya, aku sedang pulang ke rumah warisan Orangtuaku yang sudah meninggal. Sekarang rumah itu di tinggali oleh kakak perempuanku yang juga tinggal dengan suami juga kedua anaknya. Tapi, kebetulan aku sedang liburan, dan mereka sedang ke luar kota, jadi aku di minta oleh kakakku untuk menjaga rumah itu. Hitung-hitung untuk melepaskan segala beban hidupku. Termasuk melupakan seorang lelaki yang dulu amat ku cintai. Vedderick Christiawan.

-THE END-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

this is meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang