Part 4

4.9K 302 5
                                    

Naruto-kun mencintaiku?

Hinata menggenggan cincin dijarinya erat. Jangan berfikir jika dia tidak mendengar perbincangan Naruto dan Sasuke kemarin. Dadanya berdegup kencang, menimbulkan rasa senang dan sesak secara bersamaan. Kini dia sedang berada di kediaman sederhananya. Memandangi tumpukan kertas diatas mejanya. Malam semakin larut, pikirannya menerawang ketika dia mengunjungi rumah sakit beberapa jam lalu. Gadis manis itu merasa sakit kepala sering menyerangnya di waktu yang tidak tepat, serta rasa mual di pagi jari yang begitu menyiksa.

Hinata bukanlah gadis bodoh, dia jelas tahu gejala apa yang sedang dialaminya hingga ia memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit secara diam diam -tidak diketahui oleh keluarganya di mansion Hyuuga.

Meski dilanda perasaan takut, namun lembaran amplop putih didepannya memutuskan jalan masa depannya. Mau bagaimanapun juga, dia adalah seorang perempuan yang suatu hari akan menjadi seorang ibu. Namun dirinya ragu apa dia akan menjadi seorang istri atau tidak, dilihat dari kondisinya sekarang yang bisa dibilang 'hina' maupun tidak suci.

Kedua tangannya menyentuh ujung amplop tersebut dan merobeknya pelan. Tubuhnya melemas begitu membaca tulisan dokter yang mengatakan bahwa dirinya sedang berbadan dua.

Positif.

Kata itu berhasil membuat kedua matanya berair dan panas. Isakan muncul diiringi senyum bahagia. Tangannya bergerak menyentuh perutnya yang masih rata. Menyapa sang jabang bayi yang belum terbentuk sempurna.

"Okaa-san disini... Okaa-san akan melindungimu."

***

"Aku memperkosanya."

Sasuke berkedip beberapa kali mencoba mencerna perkataan yang baru saja dilontarkan sahabat kuning jabriknya. "Apa kau bilang?"

"Lebih tepatnya kami bercinta, ya, kami melewati malam yang panjang bersama." Naruto menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya memperagakan tanda kutip dengan tatapan meyakinkan.

Otak Uchiha miliknya seketika koslet, kedua bola matanya masih terlihat datar namun diamnya menjelaskan bahwa dia benar benar terkejut.

"Kau melakukannya sejauh itu? Selamat, kau berhasil memiliki gadis yang kau cintai."

Naruto menggeram dalam. Kedua tangannya mengepal dan menggebrak meja kecil didepannya keras. "Sudah kukatakan, aku tidak mencintai jalang itu!"

"Dan kau memanggilnya jalang?" Sasuke memperlihatkan wajah terkejut yang dibuat buat. "Apa kau mengusirnya?"

Melihat Naruto mengangguk cepat membuatnya menghela nafas. "Aku tak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi di antara kalian, aku yakin Hinata pasti menderita. Dia kesakitan sendirian."

"Kau pikir aku peduli?" Ujar Naruto cepat.

"Itu terlihat jelas dari wajah bodohmu, dobe." Sasuke menyeringai dan menyandarkan badannya pada sofa di belakangnya. Dia menunjuk Naruto menggunakan dagunya dengan gaya angkuh. "Jika kau sudah kehilangannya, kau akan menyesalinya."

Naruto mencengkram celananya keras. Didalam, dia mencoba menyingkirkan segala pemikiran tentang Hinata, bahkan perasaan berbunga miliknya terhadap gadis hyuuga itu. Namun sebuah getaran dari celananya membuatnya tersentak. Buru buru dia meraih nya dan menjawab siapapun yang berani menelponnya di waktu senggang ini.

"Moshi-moshi?"

"..."

"Na-nani?!"

Sasuke mlihat kedua bola mata Naruto yang membulat, tubuhnya pun melemas beserta tangannya yang sontak menjatuhkan telfonnya ke atas sofa. Dia mendudukkan diri dengan lemas seraya memandangnya syok. Sasuke meraih selfon Naruto dan menanyakan hal yang sama. Mendengar nafas yang terburu serta penjelasan cepat yang dilakukan maid terpercaya keluarga Uzumaki itu berhasil membuatnya berdiri dari tempat duduknya.

"Kushina-baasan dan Minato-baas-" matanya melirik Naruto. Menarik tangannya kasar kemudian menyeretnya ke arah mobil milik Sasuke kemudian mengebut ke arah kediaman Naruto. Sekumpulan orang dengan seragam tampak mengelilingi tempat mewah itu, garis garis polisi terbentang di mana mana, dan pemandangan dua tubuh yang dibalut kain putih membuat Naruto kehilangan fungsi otaknya.

Dia berlari kencang meninggalkan Sasuke yang berjalan cepat dibelakangnya. Menggapai kedua tubuh orangtuanya yang tak bergerak, kaku, tak bernafas, dan takkan menyambut kepulangannya lagi. Tidak lagi.

"AAAAAAARRRGGHHHH"

***Tbc

Reaksi saya pas baca ulang : ewwwww drama kaya sinetron ewwwwww ヽ(`Д´)ノ( ̄ー ̄)

Banyak pertanyaan hinggap dikepala saya, Hinata hamil anak siapa ya? Bikin Naruto cemburu ga ya? Sasuke kok kepo banget ya(?)

Makasih sekli lagi bagi yang berkenan membaca ff saya, maaf klo kependekan, moga suka~
Rencananya hari ini update dua part sekaligus mumpung masih hari minggu pagi yee ye~ *tebarbunga*

Maaf kalo misalnya telat update sesuai janji saya solnya baru sadar, waktu jam amerika jauh dibelakang waktu Indonesia. Bodonya saya ga sadar :'3 ada pengumuman penting nih;

BESOK SENIN PEMIRSAH, SENIN! T_T

Salam hangat...
~misscollins08

Extremely Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang