Part 7

4.9K 313 12
                                    

Naruto memandang gadis di depannya dengan ekspresi tak terbaca. Hinata masih melemparkan pandangan sayang. Kedua tangannya terlipat apik diatas perutnya. Tubuhnya kecil, terlihat tenggelam dalam balutan baju rumah sakit yang dipakainya. Hinata memang mungil, namun tak pernah sekecil ini.

Tubuhnya kurus sekali.

"Kami akan meninggalkan kalian berdua." Suara Sakura menginterupsi keheningan yang melanda kamar rawat Hinata. Tak mengambil banyak waktu, seluruh remaja yang hadir langsung meninggalkan sepasang anak adam tersebut.

"Naruto-kun?" Suara Hinata terdengar lembut namun lirih. Naruto diam tak menjawab. Kakinya melangkah mendekati jendela dan memandang keluar. Pemandangan taman rumah sakit yang sepi seolah menjadi objek yang menarik untuk dinikmati. Apa saja, asal bukan wajah menyedihkan Hyuuga Hinata.

"Bagaimana... perasaanmu." Nada dalam pertanyaan Naruto membuatnya terdengar lebih seperti pernyataan. "Bagaimana perasaan ayahmu?"

Hati gadis bernama Hinata itu mencelos. Tak bisa dipungkiri, bahwa rasa sakit dalam hatinya semakin menjadi. Seperti akan membunuhnya secara perlahan. Dia berusaha menyembunyikan sesuatu di balik bantal tidurnya sebisa mungkin. Tak ingin pemuda tampan di depannya mengetahui segala rahasia serta rasa sakit yang ditanggungnya seorang diri.

"Tou-san... marah. Aku dilarangnya berteman dengan lelaki manapun kecuali Naruto-kun." Hinata berujar lirih. Tubuhnya bergetar mencoba menyembunyikan rasa gugup yang ada. Kebohongan yang baru saja dia lontarkan, semata mata hanya untuk tetap dekat dengan pemuda di depannya.

Hanya aku? Hyuuga memang bodoh. Naruto tersenyum tipis diam diam.

"Beliau mempercayaimu." Tambah Hinata pelan. Kedua tangannya meremas selimut dalam pangkuannya keras.

TIDAK! Hinata tak bisa membayangkan hidupnya tanpa pria Uzumaki itu. Dirinya memang terkenal tak pandai berbohong. Namun rupanya Naruto tak sadar akan hal tersebut. Dia mencoba melupakan rasa sakit yang menjajah tubuh dan jiwanya.

Guncangan akibat rasa syok coba dia kubur dalam dalam. Kepedihan dan rasa sedih karena kehilangan dia kunci rapat rapat dalam kubangan memori terburuknya.

Ibu mana yang tidak terpukul ketika kehilangan bayinya?!

"Aku mendengar kau mengalami pendarahan." Hinata mendongak menatap Naruto yang berdiri di samping ranjangnya. Menatap kedua bola mata miliknya dengan tatapan intimidasi. "Apa Hyuuga selemah itu?" 

"Na-naru-"

"Aku tak perlu tahu apa yang terjadi, tapi satu hal yang pasti. Kau pantas mendapatkannya." Naruto berbisik tajam ditelinga kanannya sebelum melangkah pergi.

Hinata mematung. Menguatkan diri dari cobaan yang diberikan tuhan melalui orang yang paling dia kasihi kedua setelah Okaa-san-nya di surga. Tangannya meraih sebuah buku yang sedari tadi dia sembunyikan dari Naruto dan membukanya. Senyum lembut menghiasi wajah manisnya. Jari jemari lentik itu bergerak mengelus tiap lembar lukisan pemuda yang begitu berharga dihidupnya.

Naruto yang sedang tertawa.

Naruto yang sedang merengut sebal.

Naruto yang marah.

Naruto yang sedang melahap ramennya.

Dan... Naruto yang tersenyum kepadanya.

Senyum tulus yang dituju hanya untuknya. Kini telah musnah.

Setetes air mata meluncur membasahi lukisan yang Hinata buat. Lukisan lukisan yang dibuatnya secara diam diam -tak diketahui oleh Naruto.

Tangisnya pecah ketika dia mencapai akhir halaman dari buku lukisnya. Selembar kertas hitam transparan menempel rapi disana.

Foto janinnya, buah hati miliknya.

Anaknya yang tak sempat hadir di dunia dan menemui orang tuanya. Anak tak berdosa yang mati secara tak sengaja oleh kelakuan binatang sang ayah.

Bayi yang dinantinya telah pergi untuk selamanya.

Meninggalkan sang bunda dalam kepedihan dunia.

***Tbc

Masih nekat apdet padahal baru sampe rumah jam segini?! Hidup saya memang berantakan, harus manage waktu seakurat mungkin.

Satu hal yang pasti, no copy paste ya... tulisan ini murni karya saya. Orang mana yang senang hasil kerja kerasnya diikuti oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. TUHAN MEMANG TIDAK TERLIHAT TETAPI DIA TERUS MELIHAT.

Parno sendiri denger banyak kasus kopipas tulisan karya orang.. tapi saya coba mempercayai dan menghargai readers yang menyukai tulisan saya.

Terima kasih atas pengertiannya..

Salam hangat...
~misscollins08

Extremely Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang