Entah Jalan Apa?
Ayah menanam belati tepat di bola mataku
Menikamnya tajam tanpa tepi
Menggertak telak dalam lorong dimensi
Agar aku dapat menang
Agar aku dapat bertahan
Agar aku dapat mengeras
Dalam gejolak rasa yang meranggasIbu membawa anak sungai di jemariku
Mengalir hangat dalam rengkuhan malam
Menetaskan mimpi kelam
Agar aku dapat terbang
Agar aku dapat melayang
Agar aku dapat kembali
Dalam lantunan bait suciPamanku melahap rasa di setiap alir darahku
Mengeratkan nada pada melodi yang tak berujung
Mengulur pahatan diksi dalam balutan janji mentari
Agar aku dapat merasa
Agar aku dapat berasa
Agar aku tak mudah dirasaOleh caci dan hina yang tak sampai
Rekanku bertanya, sampai kapan?
Aku akan tetap berlayar pada arus yang tak pasti
Pada satu pedoman arah yang tak kupahami
Pasang, kurasa lebih mendamba
Jika surut menawarku telak, lantas aku bisa apa?
Kurasa mengikuti gelombang lebih menantang
Tak apa semut mencaci, bahkan tikus ikut membenci
Jika jalanku memang jalan jalan jala
Aku siap terikat pada tumpuan berlubang sekalipun
Demi satu tuju yang kutahu, entah kemana#AH
YOU ARE READING
Sajak Jingga
PoetryHanya kumpulan puisi yang tak berrumah dan mencoba untuk dibiarkan berkembang dalam sangkar alam.