Kepada Paman
Paman, ingatkah kau kala itu
Ayah dan ibuku mendukungmu
Bak kerbau dungu kan turut si pemandu
Mereka menyerukan namamu
Katanya agar kau jadi orang nomor satu
Paman, kini ayahku rela mengais tetesan mimpi
Sebab asa yang kau gantung jauh dari jangkauan kami
Sebab pasokan tenaga kau kuras habis untuk mengganjal perekonomian negeri
Lalu akankah kami seperti kisah cinta di televisi?
Paman, setiap pagi ibu kami merangkak demi remah-remah
Agar kami dapat menenangkan cacing yang dipelihara di serambi rumah
Sebab subsidi kau pangkas habis
Konon karena inflasi bisnis
Paman, bibiku rela menunggu di serambi
Supaya kau pulang lekas berseri
Sebab kau tlah setuju pada satu janji
Janji untuk kami anak-anak mentari
Paman, kamboja di depan rumah menari-nari
Mengingatkan kami masa tuk kembali
Mengubur segala derap langkah kami
Memenuhi ruang kosong yang tak bertepi
Paman, jangan bangunkan kami dari tidur panjang
Agar kami dapat meniti masa depan
Meski itu lebih mengerikan dari tajamnya belati
Meski kaki kami tlah kau kaitkan dengan bara api
Paman, lanjutkan rencana terakhirmu
Supaya drama di televisi tak menuntut bukti
#AH
YOU ARE READING
Sajak Jingga
PoetryHanya kumpulan puisi yang tak berrumah dan mencoba untuk dibiarkan berkembang dalam sangkar alam.